Mohon tunggu...
Fitriani Roikhatul Jannah
Fitriani Roikhatul Jannah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswa aja.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat sebagai Kerangka Berpikir

23 Agustus 2022   19:42 Diperbarui: 23 Agustus 2022   19:49 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu Filsafat

Filsafat disebut sebagai induk semua ilmu. Tetapi filsafat sering disebut ilmu yang terlalu rumit dan sulit dicerna oleh banyak orang dan terkadang dianggap sebagai sesuatu yang mengambang yang tidak jelas, tidak realistis, konyol dan kurang kerjaan. Bahkan masyarakat awam sering berpendapat jika filsafat itu ilmu yang menyesatkan, padahal tidak demikian. Filsafat itu akan membawa pemahaman yang berarti pemahaman tersebut akan membawa tindakan.

Belajar filsafat berarti belajar juga tentang "kebijakan" atau paling tidak kita belajar untuk mencintai kebijakan. Secara etimologis, istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia adalah kata majemuk  yang terdiri dari dua kata yaitu philos dan shopia. Kata philos berarti cinta atau sahabat, dan shopia berarti kebijaksanaan, kearifan dan pengetahuan. Sehingga secara etimologis, filsafat berarti cinta kebijaksanaan, cinta kearifan, cinta pengetahuan, atau sahabat kebijaksanaan, sahabat kearifan, dan sahabat pengetahuan.

Menurut sejarah, philosophia pertama kali digunakan oleh Phytagoras (sekita abad ke-6 SM). Ketika Ia ditanya apakah Ia termasuk orang yang bijaksana, maka ia menjawab jika Ia hanyalah philosophos, pecinta kebijaksanaan.
Secara terminologis (istilah), terdapat banyak definisi maupun pendapat pengertian filsafat.

Karena hal tersebut, setiap manusia memiliki sudut pandang tersendiri untuk mendefinisikan filsafat. Filsuf pra-Socrates yang kala itu mempertanyakan tentang awal mula alam atau awal dari segalanya, berusaha menggunakan logos atau akal tanpa percaya lagi pada jawaban legenda atau mitos. Maka dari itu, bagi mereka, filsafat adalah ilmu yang berusaha untuk memahami hakikat alam dan realitas dengan mengandalkan akal budi.

Sedangkan Plato berpendapat bahwa filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang berushaa meraih kebenaran yang asli dan murni. Dia juga berpendapat jika filsafat adalah penyelidikan tentang akhir dari segala sesuatu yang ada. Menurut Aristoteles, filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Karena itu, Aristoteles menamakan filsafat dengan "teologi" atau "filsafat pertama".

Al-Farabi berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya. Ibnu Rusyd berpendapat bahwa filsafata dalah hikmah yang merupakan pengetahuan otonom yang perlu dipelajari manusia yang memiliki akal.

Rene Descartes berpendapat bahwa filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya tentang Tuhan, alam, dan manusia.

Objek Filsafat

Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan mungkin ada. Objek filsafat dapat dibagi menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal.

Objek material

Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, segala sesuatu yang menjadi masalah, segala sesuatu yang dipermasalahkan oleh filsafat.

Louis Kattsouf mengatakan bahwa lapangan kerja filsafat itu sangatlah luas, meliput segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia. Pada garis besarnya yaitu, hakikat Tuhan, hakikat alam, dan hakikat manusia.

Objek formal

Objek formal filsafat ialah usaha untuk mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalmnya, sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat. Menurut Oemar Amin Hoesin, objek formal filsafat tidak lain ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek material filsafat (segala sesuatu yang ada dan mungkin ada).

Ciri-ciri Berpikir Filsafat

Filsafat sering diidentikkan dengan berpikir kritis dan mendalam, atau berpikir sampai ke akar-akarnya. Karena hal tersebut, filsafat dianggap sebagai cara berpikir radikal. Berikut adalah ciri-ciri berpikir filsafat:
Radikal, artinya berpikir sampai ke akar persoalan.

Kritis, artinya tanggap terhadap persoalan yang berkembang dan yang diketahuinya atau bahkan mendatanginya.

Konseptual atau konsepsional, artinya kontruksi pemikiran filsafat berusaha menyusun suatu bagan yang konsepsional .

Rasional, yaitu berpikir menggunakan akal.

Koheren, yaitu bahwa perenungan pemikiran filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagan yang runtut.

Sistematis, yaitu bahwa pemikiran filsafat itu berusaha menyusun suatu gagasan konsepsional yang memadai untuk berusaha menyusun suatu gagasan konsepsional.

 Beberapa ciri di atas adalah yang biasa ditemukan dalam pemikiran filsafat.

Filsafat sebagai Kerangka Berpikir

Berpikir merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh banyak orang. Berpikir mungkin bagian dari filsafat, tapi tidak semua orang mampu berpikir secara filosofis setiap hari. Berpikir filsafat merupakan suatu yang penting dalam memecahkan masalah yang sering dihadapi setiap harinya. Filsafat yang meupakan induk semua ilmu memiliki beberapa manfaat yang penting, salah satunya yaitu berpikir kritis, sebagai dasar dalam mengambil keputusan dan menggunakan akal dengan sebaik-baiknya.

Filsafat berfungsi sampai sejauh mana filsafat bisa memenuhi harapan-harapan manusia. Karena manusia memiliki kodrat berpikir, maka cara berpikir manusia akan berubah secara waktu ke waktu. Nah, dengan adanya perubahan berpikir tersebut, manusia sudah melewati banyak perkembangan ilmu sains dan teknologi. 

Dan dengan adanya perkembangan pesat di bidang iptek, semakin rumit pula permasalahn yang harus dihadapi oleh manusia tersebut. Karena manusia mendapatkan kekuatan besar dari dunia iptek, sehingga manusia sering mengalami kegelisahan dalam hidup dan kekosongan atau ketidakbermaknaan dalam hidup.

Dengan adanya masalah tersebut, filsafat bertugas kembali meluruskan kembali tujuan sains dan teknologi. Secara singkat, filsafat itu berfungsi untuk menyelamatkan manusia dari kesesatan hidup menghadapi pengaruh-pengaruh kemajuan dan gaya hidup materialism, melepaskan kungkungan kegelisahan dan ketidakbermaknaan dalam hidup.

Berfilsafat itu berarti berpikir, tapi berpikir itu tidak berarti berfilsafat. Hal inidisebabkan oleh berfilsafat berarti berpikir artinya dengan bermakna dalam arti berpikir ituada manfaat, makna, dan tujuannya. Berfilsafat itu berarti berpikir, tapi berpikir itu tidak berarti berfilsafat. Hal ini disebabkan oleh berfilsafat berarti berpikir artinya dengan bermakna dalam arti berpikir itu ada manfaat, makna, dan tujuannya.

Cara berpikir filsafat mampu mendobrak pintu-pintu tradisi dan kebiasaan yang masih berupa mitos. Secara bersamaan juga filsafat mampu mengembangkan cara berpikir yang rasional, kritis, luas dan mendalam, teratur dan integral, metodisa dan sistematis, logis dan analitis. Ciri berfikir filsafat tersebut patutlah selalu digunakan dalam tiap kalisedang berfikir dan terlebih lagi ketika sedang menyelesaikan sebuah permasalahan.

Namun tidak hanya dengan itu, kita pun juga harus mengkontekstualisasikan dengan setiap kebenaran dalam berfikir. 

Karena fikiran yang benar hanyalah berasal dari praktik Social manusia agar dapat memahami dan mengerti kenyataan social yang ada di sekeliling kita. 

Pengetahuan yang sering kita dapatkan sejatinya juga berasal dari praktik social, praktiklah yang kemudian melahirkan pengetahuan dan praktiklah yang kemudian juga akan menguji apakah pengetahuan yang kita miliki adalah benar dan ilmiah. Oleh karenanya praktik menempati posisi atau kedudukan yang primer. 

Pengetahuan ada dua tingkat, tingkat pertama adalah pengetahuan perceptual atau sesasional yaitu kesan-kesan mengenai pengetahuan yang didapatkan dan pemahamannya masih terpecah-pecah. 

Sedangkan yang kedua adalah pengetahuan logis atau rasional yaitu pengetahuan yang didapatkan untuk memahami kondisi materi secara mendalam yang didalamnya ada saling hubungannya dan saling terintegrasinya. Tapi untuk sampai kepada pengetahuan yang rasional, seseorang harus melewati dulu tahapan pengetahuan perceptual dan tidak bisa meloncat langsung memperoleh pengetahuan rasional. 

Demikian juga kita tidak boleh berhenti pada pengetahuan perceptual, tapi harus ditingkatkan menjadi pengetahuan rasional. Tapi proses pengetahuan juga tidak berhenti hanya setelah sampai pada tercapainya pengetahuan rasional, karena kemudian masih harus di uji kebenarannya didalam praktik nyata dan konkret.

Filsafat mengendalikan sikap, sedangkan sikap mengendalikan tindakan. Hasil daritindakan adalah mengendalikan gaya hidup.

Daftar Pustaka

Dr. Ali Maksum, M.Ag., M.Si, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, (Yogyakarta: 2016)

Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011)
Rihlah Nur Aulia, Berpikir Filsafat: Sebagai Pembentukan Kerangka Berpikir Untuk Bertindak, Jurnal Studi Qur'an: Membangun Tradisi Berpikir Qur'ani, Vol. 11, No. 1, 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun