Sudah sliweran berbagai produk kendaran listrik, mulai dari sepeda listrik, motor listrik dan mobil listrik.
Sepeda listrik pun sudah banyak dijumpai dikendari di jalan raya.
Pagi itu, aku diperbolehkan ibu untuk menaiki sepeda listrik. Aku sudah mahir mengendarainya, cuma ibu dan bapakku tidak selalu mengizinkanku untuk mengendarainya.
Oiya, aku baru kelas 6 SD, walaupun belum masih tergolong anak-anak, aku sudah bisa mengendarai sepeda motor. Sudah beberapa motor yang kucoba kendarai.
Mula mula aku menaiki bersama bapakku di depan, Â hanya mencoba saja.
Dan ternyata rasanya berbeda. Ketika mengendarainya, aku merasa semakin ingin untuk terus mengendarainya, apalagi terbersit untuk mengendarainya keliling sendiri.
Awalnya ibu bapakku menegurku, aku kesal, namun terus kubujuk mereka.
Aku hanya menaiki di depan bapak ibuku.
Aku hanya memindahkan sepeda motor kesana kemari tanpa menyalakan mesin di depan bapak ibukku. Harapannya supaya mereka luluh, dan mengizinkanku untuk mengendarainya
Dan hari itu tiba, rengekanku didengar, aku dizinkan ibu dan bapakku untuk mengendarai sepeda motor.
Aku mengendarainya walaupun hanya jarak dekat, tapi aku sangat senang.
Seperti menguasai jalan, aku mengendarainya dengan percaya diri, dengan kecepatan yang naik turun.
Walaupun ada orang lain yang mengomentari kebiasan baruku ini, tapi karena bapak ibukku diam saja, aku menghiraukannya.
Dan sepeda listrik itu tiba di rumahku
Awalnya ibu melarangku untuk mengendarainya, cukup pakai sepeda biasa saja cukup, begitu kata ibu.
Kembali aku merengek, jurus yang sama sewaktu ibu melarangku menggunakan sepeda motor.
Dan tebakan kalian benar, aku diizinkan ibu menggunakannya.
Walaupun dengan jarak dekat aku senang sekali, kukendarai setiap hari.
Kalau disuruh ibu beli sesuatu, walaupaun dekat, selalu kupakai.
Aku Kembali merengek, agar ibu mengizinkanku untuk mengendai sepeda listrik ke sekolah.
Awalnya ibu melarangku, karena sekolahku melewati jalan raya, banyak motor dan mobil.
Aku bilang ke ibu, kalau disekolah, ada 2 temanku yang menggunakan sepeda listrik.
Ibu mulai berpikir, bapakku terlihat diam saja.
Aku Kembali lagi bilang ke ibu, kalau aku akan hati-hati mengendarainya.
Dan akhirnya ibu dan bapakku menyetujui, walaupaun tidak setiap hari mengendarainya, hanya dizinkan jika aku mengikuti kegiatan ekstrakulikuler setelah pulang sekolah.
Hari pertama mengendarainya, bapak mengikutiku dari belakang.
Dan itu berlanjut sampai beberapa kali.
Hari rabu ini, bapak tidak mengikutiku, karena bapak sedang dinas ke luar kota dari hari senin, dan ibu harus menemani adek yang sedang sakit.
Aku sudah cukup berani untuk mengendarainya.
Aku berkendara tanpa diikuti bapakku hari ini, dan braakkkk
Sepeda motor menubrukku dari arah berlawanan saat aku akan menyebrang.
Aku tidak bisa berdiri, orang-orang mendekatiku, mengerumuniku.
Salah satu orang yang membawa mobil membopongku ke mobil, dan mengantarku ke UGD RS terdekat, karena ada banyak darah yang keluar dari hidung dan aku tidak bisa mengerakkan tangan dan kakiku
Sesaat setelah sampai di UGD, ibu menghampiriku, sambal menangis dan sedikit memarahiku.
Ibu bilang aku tidak hati-hati.
Aku masih teringat, waktu kecelakan, aku mendengar orang lain bilang "kenapa anak kecil sudah diperbolehkan mengendari sepeda listrik di jalan raya"
Aku nyakin aku percaya diri mengendarai, dan berhati-hati, menurutku.
Aku tidak salah
Ibu juga tidak salah
Bapakku apalagi
Orang-orang itu hanya bisa berkomentar saja.
Dan disini aku masih terbaring kesakitan, sambil melihat ibu menggendong adek yang masih menangis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H