Mohon tunggu...
Fitria Kartika Tarigan
Fitria Kartika Tarigan Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Menulis berdasarkan pengalaman dan pengamatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menerapkan Budaya Positif di Sekolah

4 Juni 2024   01:18 Diperbarui: 4 Juni 2024   02:09 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Dalam menerapkan budaya positif ini, saya mendapatkan pengalaman dimana ternyata dengan menerapkan segitiga resistusi dalam menyelesaikan sebuah masalah dapat membuat dampak yang baik bagi siswa. Hasil dari penerapan segitiga restitusi ini cukup membuat saya takjub. Masyaallah, luar biasa. Andai dari dulu saya mengetahui cara ini. Para siswa tidak merasa sakit hati dengan perkataan kita, mereka merasa didengarkan keluh kesahnya dan mereka merasa mempunyai tanggung jawab untuk menata hati mereka sesuai dengan kesepakatan kelas yang sudah mereka sepakati. 

Ada beberapa hal yang menarik dan di luar dugaan saya, yakni:

  1. Disiplin positif tidak hanya tentang hukuman, tetapi juga tentang penguatan positif.

  2. Teori motivasi menunjukkan bahwa manusia memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, dan motivasi perilaku manusia dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan tersebut.

  3. Posisi kontrol restitusi adalah cara yang efektif untuk mengajarkan murid tentang tanggung jawab dan disiplin.

  4. Segitiga restitusi adalah proses kolaboratif yang melibatkan murid, guru, dan orang tua.

  5. Penghargaan ternyata mempunyai dampak buruk terhadap siswa, seperti membuat iri teman yang lainnya, dan menurunkan kwalitas pekerjaan siswa.

Saya merasa sangat senang dalam menerapkan budaya positif ini, karena terlihat siswa merasa nyaman dengan komunikasi yang diterapkan tanpa membuat siswa menjadi tertekan dengan hukuman kita. Sehingga mereka menjadi lebih terbuka bahwa yang kita terapkan adalah memunculkan motivasi dari diri mereka untuk mampu menerapkan nilai-nilai kebajikan universal. 

Saya juga merasa antusias dalam mempelajari resistusi ini, karena banyak hal yang dapat diselesaikan tanpa membuat kita menjadi seorang "guru penghukum". Karena selama ini saya masih menggunakan hukuman untuk mendisiplinkan siswa yang tentunya sangat bertentangan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara. Inilah yang wajib saya perbaiki, sehingga saya merasa sangat perlu untuk lebih memahami dan menerapkan budaya positif ini dalam kehidupan sehari-hari saya sebagai seorang pendidik. 

Penerapan Segitiga Restitusi Sebelumnya

Sebelum saya mempelajari budaya positif ini,  saya sudah pernah melakukan segitiga resistusi. Akan tetapi saya tidak memahami yang saya lakukan ternyata salah satu tahapan segitiga restitusi. Saat itu salah seorang murid saya menghilangkah bola milik kelas, yang dibeli bersama menggunakan kas kelas. Saya mengatakan, tidak apa-apa, mungkin kamu lagi silap dan lupa. Semua orang juga pernah lupa. Siswa saya menangis dan mengatakan akan mengganti bola tersebut. Saya katakan tidak usah diganti. Tidak apa-apa. Namun, keesokan harinya siswa saya tersebut sudah membawa bola yang baru. Datang menghadap kepada saya, dengan wajah tersenyum, sambil berkata, "Terima kasih tidak menghukum saya, ini saya ada bola yang baru." Dengan wajah yang sama bahagianya, saya menerima bola tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun