REGRET
Mentari telah menenggelamkan dirinya, di ganti oleh bulan yang bersinar indah. Namun cahaya bulan saja kurang untuk menerangibumi, membuat lampu-lampu jalan ikut serta membantu pencahayaan bagi manusia.
Gadis itu menatap nanar pemandangan di depannya pikirannya berkecemuk, di tangannya terdapat selembaran kertas yang baru saja membuat dunianya seakan hancur berkali-kali, dia melihat kearah selembaran kertas lalu membacanya dengan serius, berharap bahwa semua yang di bacanya tadi salah, namun sudah berkali-kali membacanya tetap saja percuma, semua sama. Membuat pria itu kembali menangis.
“Mama, Papa.......Melis kangen”
*****
“Lis, lo beneran?” Tanya seorang gadis kepada melis, dia mengangkat kertas bertuliskan (Positif Kangker Darah atau Leokimia stadium dua) yang di bawa melis tadi.
Melis mengangguk.. enggan menjawab, namun pandangan gadis itu kosong, mencoba untuk menerawang masa depannya.
“Kapan jadwal kemoterapimu?” tanya fithro dengan pandangan yang sangat kasian ke arah sahabatnya itu, masih kurang pedih apa hidupnya sampai-sampai dia diberikan cobaan penyakit mematikan seperti itu.
“Besok” Jawab melis.
“Lis, lo gak mau ngasih tahu bapakmu?” tanya fithro hati-hati takut menyinggung melis.
Melis menggeleng, dia tak ingin merepotkan orang tuanya, biarkanlah mereka pulang ke indonesia dengan sendirinya.. hal itu membuatnya rindu akan orang tua.