Namanya H. Ia mendaftar di salah satu instansi pusat yang salah satu bagian SKBnya adalah wawancara.
Persis usai wawancara ia mengadukan kegundahannya lantaran semua potensi dan prestasi yang ia sampaikan ke pewawancara, hanya disambut dengan sedikit ledekan dari pewawancara.
"Tapi lulus kuliah Anda kan pekerjaannya nggak nyambung sama sekali dengan disiplin ilmu dan formasi yang Anda lamar?", ujarnya menirukan kata-kata pewawancara.
Ia semakin berkecil hati manakala tahu salah satu pesaingnya, ada yang menjadi pegawai non-PNS di instansi yang ia lamar, dan sehari-hari piawai melaksanakan Tupoksi di formasi tersebut.
Namun keadaan berbalik 180 derajat manakala beberapa hari lalu pengumuman hasil integrasi SKD dan SKB keluar.
Namanya tetap bertengger di urutan teratas dan menjadi satu-satunya peserta yang lulus di formasi itu.
Ia pun mengaku masih tidak menyangka diterima lantaran itu pertama kalinya H mendaftar CPNS.
Bertahun-tahun lulus kuliah dan bekerja di perusahaan swasta ia enggan mendaftar cuma karena banyak teman dan kerabat yang menceritakan tentang kecurangan maupun KKN dalam proses rekruitmen CPNS.
H sadar diri, dia tak punya koneksi apalagi anggaran berlebih jika memang dugaan temannya terbukti.
Sulung dari empat bersaudara itu, lulus SMP memilih mendaftar di SMK ketimbang SMA.
Menariknya, justru di SMK itulah ia mendapatkan kesempatan masuk UGM dari jalur undangan (PMDK).