Mohon tunggu...
F. Nugrahani Setyaningsih
F. Nugrahani Setyaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - JFT Pranata Humas

Anggota Iprahumas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Kenali 6 Tren Konten Digital 2020 Ini agar Tetap Eksis di Medsos

31 Desember 2019   21:03 Diperbarui: 31 Desember 2019   21:26 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi : tribunnews

Jumlah pengguna internet yang terus tumbuh, seolah menjadi kue yang kian diperebutkan oleh para pemasar produk, termasuk juga oleh para praktisi Humas di intansi pemerintah.

Karena itulah, di era digital saat ini, institusi yang tidak cerdas mengelola konten akan ditinggalkan dan dilupakan oleh khalayak.

Maka tak ada pilihan lain, jika ingin berkompetisi meraih perhatian netizen, seorang kreator konten perlu secara detail memahami perilaku audience-nya sekaligus mengenali hal-hal yang sedang menjadi kesukaan mereka.

Demi untuk menarik simpati warganet, banyak perusahaan dan instansi yang secara khusus menganggarkan riset untuk pengembangan media sosialnya.

Selain itu para pengelola media sosial juga aktif memantau tren yang sedang dan akan mendominasi jagad dunia maya

Dan berikut adalah sejumlah tren konten digital di tahun 2020 yang perlu dipahami oleh seorang creator konten khususnya yang  mengelola kampanye digital media di instansi pemerintah.

Meski demikian, kami yakin tren konten digital media di tahun 2020 juga bermanfaat bagi intitusi lainnya termasuk juga bagi para praktisi pemasaran digital.

Pertama, di 2020 nanti konten dalam bentuk video akan terus berkembang dan mendominasi.

Di tahun 2019, sebagian tokoh di pemerintahan tampaknya sudah aware soal ini. Tengok saja Instagram Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang kronologi Instagramnya lebih banyak berbentuk video ketimbang gambar.

Studi yang dilakukan oleh Cisco menyebutkan bahwa, pada 2022 nanti sekitar 82 persen konten akan berbentuk video.

Itu menunjukan bahwa video menjadi bagian penting dalam tren media sosial terutama bagi kehumasan digital di tahun-tahun mendatang.

Ini lantaran konten berbentuk video dapat lebih menarik minat masyarakat dibanding teks atau foto yang sifatnya statis.

Berdasarkan data dari Hubspot, 67% audiens menyatakan bahwa mereka menonton video yang disajikan ketimbang teks atau fotonya. Maka berdasarkan data itu, penyajian konten berbentuk video akan dapat memperbesar peluang untuk menarik perhatian netizen.

Kedua, di 2020 nanti Instagram Stories semakin berkembang dan disukai.

Trend stories diprediksi akan terus berkembang dan disukai para penggunanya. Konsep dari stories ini memberikan fitur untuk para penggunanya yang ingin sering mengupload cerita tanpa batas dan akan terhapus dalam waktu 24 jam.

Hal ini juga menjadi peluang besar bagi Humas untuk lebih gencar menanamkan brand awareness instansi ke publiknya. Itu karena stories akan terhapus dalam waktu yang singkat, dan  ini akan membuat para pengguna untuk selalu kepo dan penasaran hingga tak mau ketinggalan dengan stories menarik yang kita posting.  

Ketiga, di 2020 nanti influencer akan terus berkembang.

Siapa bilang instansi pemerintah tidak butuh influencer? Kesuksesan dari para pemasar dari berbagai institusi swasta tampaknya mulai menggugah Pemerintah untuk menerapkan strategi serupa.

Sadar akan arti penting influencer, Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika bahkan berencana untuk menjadikan Aparatur Sipil Negara ( ASN) menjadi " influencer" pemerintah.

Tujuannya tak lain adalah untuk mengoptimalkan fungsi governement public relations pemerintah, dengan cara menguatkan penyebaran informasi terkait program dan prestasi yang diraih pemerintah.

Keempat, tren 2020 juga masih terpengaruh dengan rencana  penghapusan fitur like di Instagram.

Instagram baru-baru ini tengah menguji coba menghapus fitur likes di sebagian negara di Eropa dan Amerika Serikat.

CEO Instagram Adam Mosseri berharap para pengguna tidak lagi tertekan untuk mengoleksi jumlah likes tapi lebih fokus pada hal-hal yang mereka diunggah.

Sebagaimana diketahui, selama ini indikator konten berkualitas yang diunggah ke Instagram ialah seberapa banyak jumlah likes yang didapat.

Setiap kali pengguna mem-posting konten, pengguna akan dihakimi oleh likes sebagai bentuk kualitas postingan pengguna.

Penghapusan fitur itu diharapkan dapat mengalihkan fokus pengguna untuk lebih banyak mengunggah konten dibanding berlomba-lomba mengumpulkan likes.

Dengan dihilangkannya jumlah likes maka pembuat konten harus lebih kreatif menciptakan konten berkualitas.

Dan bila intitusi kita menggunakan jasa influencer maka yang perlu dilakukan adalah memilih influencer yang produktif dalam  menciptakan konten kreatif untuk membangun komunitas bagi instansi/institusi yang mereka usung.

Sehingga influencer ke depan takkan bisa lagi mengandalkan penjual jasa like untuk mendongkrak popularitas instansi/produk yang mereka usung.

Kelima, di 2020 nanti akan banyak instansi/perusahaan yang memanfaatkan pesan pribadi di WhatsApp untuk kampanye program kegiatan/produknya.

Dengan adanya rencana penghapusan fitur like Instagram di tahun 2020, maka akun instansi kita akan cukup sulit untuk bisa menonjol di antara keramaian media sosial. Karena itulah, Humas di media sosial pada 2020 perlu mengkombinasikan metode publikasi di media sosial dengan metode publikasi lainnya.

Pilihannya kemudian adalah menggunakan jejaring media sosial sebagai sumber untuk mengumpulkan informasi audiens untuk kemudian diteruskan dengan mengirim pesan pribadi di platform seperti WhatsApp .

 Melalui pesan pribadi tersebut, Humas bisa berbagi berita eksklusif tentang instansi. Humas pun bisa dengan mudah meminta pendapat masyarakat mengenai program instansi yang akan direncanakan. Dari pesan pribadi ini, audiens kita bahkan bisa ikut menyebarkan berita mengenai program Pemkab secara organik melalui saluran media sosial tradisional.

Keenam,  di 2020 nanti penggunaan Chatbot pada media sosial akan meningkat

Di tahun 2020, penggunaan chatbot pada sosial media akan semakin banyak digunakan. Penggunaan chatbot pada sosial media bisa dimanfaatkan oleh instansi untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan lebih cepat kepada masyarakat seperti menjawab pertanyaan, menangani komplain,dan  menerima masukan dengan lebih cepat melalui platform sosial media.

Itulah sejumlah tren digital media di 2020

Sebagai Humas Pemerintah, sudah selayaknya tren-tren tersebut diikuti agar akun medsos instansi kita tak ditinggalkan oleh masyarakat.

Jangan sampai Humas susah payah menyiapkan press release, tapi masyarakat justru lebih tertarik berkunjung ke akun media yang kita kirimi press release.

Bersyukur jika press realese yang sama dibingkai dengan cara yang sama pula oleh media. Jika ternyata framing atau pembingkaian berita atau kontennya bertolak belakang, kan justru Humas yang akan rugi sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun