Mohon tunggu...
FithAndriyani
FithAndriyani Mohon Tunggu... Lainnya - Read and Write

Write your own history

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Katanya Pertama

11 Februari 2017   19:01 Diperbarui: 17 Juni 2021   15:17 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dik." 

Tak usah diperlengkap lagi namanya, aku tahu jika itu dia. Tak tahu bagaimana kontur wajahku kala itu karena spion motor tidak berdiri di tempatnya –yang kemudian aku syukuri. Ingin marah, kecewa, ataupun cemburu. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya kurasakan. Karena rasa ini akulah yang membangun tanpa dia turut sekadar menjadi batu batanya. 

Uniknya, aku ikut senang mendengar betapa dia menyayangi kakakku. Begitupun dengan ibunya. Tidak ada iri atau ingin bertukar posisi. Aku cukup nyaman sebagai penikmat rasa dari jauh. Aku cukup nyaman menyimpan semua itu. Pun menjadikannya sebagai muara tulisan-tulisanku. Aku senang menyesapi rasa ini sendiri tanpa dia harus ikut serta duduk di sampingku menemani.

Jadi, perasaan macam apa ini? Apakah sama dengan kenyataan yang banyak terjadi pada pasangan yang berpacaran bertahun-tahun, namun tidak pernah terpikir akan berakhir manis pada suatu akad pasti? 

Suara bel di pintu masuk gemerincing, menandakan seseorang masuk atau keluar dari kafe. Rupanya bapak berjas hitam keluar meninggalkan kue ulang tahun berangka 23 di atas mejanya menganggur. Beliau juga sudah meninggalkan note hijaunya di pohon Primo Amore yang terletak beberapa meter di samping kanan pintu masuk. Selain beliau, pengunjung tetap kafe masih sibuk dengan pikiran dan minuman masing-masing. 

Alunan menyayat dari gitar berhenti. Pemetik senarnya tengah menggantungkan note barunya di pohon. Kurasa aku akan menyusulnya setelah menghabiskan tehku yang tinggal beberapa sesapan lagi. 

Tanganku meraih note di atas meja, menuliskan pesan yang akan kugantungkan di pohon. Ini ritual pengunjung kafe sebelum beranjak pergi. 

"Tidak,

Itu bukan cinta pertama

Cuma cinta nggak sampai saja kok

Di usia dini, belom kenal itu dan ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun