"A...aku hanya ingat mama.....," ucapku sekenanya. . Aku benar-benar jadi salah tingkah.
"Oh, maaf...berarti kamu sedang bersedih?" "Ah, nggak, Dok. Hanya merindukannya saja...."
"Oh begitu..., semoga mama Uni Zara baik-baik saja ya....," ucapnya tulus. Aku pun hanya bisa mengangguk sambil mendoakan mama tercintaku.
Lalu aku dan Dokter Heru sama-sama terdiam. Aku seperti orang bodoh yang sedang belajar menyusun-nyusun kata. Saat itu, mata kami pun bebas memandang ke hamparan lukisan indah ciptaan Yang Maha Kuasa. Sebuah bola kuning keemasan mulai turun ke balik barisan bukit-bukit yang mengelilingi danau. Mungkin beberapa menit lagi akan sunset.
"Mmmm....kapan-kapan kamu mau nggak bersepeda keliling danau atau menikmati terjun payung dari Puncak Lawang?" Dokter Heru mengalihkan pandangannya ke arahku. Jelas aku semakin grogi dibuatnya.
"Dengan siapa?" tanyaku lemot. Dokter Heru kontan tertawa lepas.
"Ya.. dengan aku..... Lalu dengan siapa lagi?"
[caption id="attachment_122651" align="alignleft" width="150" caption="members.virtualtourist.com"][/caption]
Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba sebuah teriakan serempak terdengar dari belakang kami. "Kami ikutan dooong......!" Lalu segera disusul oleh tawa girang khas bocah-bocah. Ternyata Dodi dan Putri langsung berlari menghambur mendekati aku dan Dokter Heru. Tak kuasa kami jadi bulan-bulanan mereka. Mereka terus-terusan menggoda dengan siulan-siulan nakalnya. Sambil tertawa-tawa riang, akhirnya kami pun melewati hari ini dengan bersama-sama menikmati sunset yang indah, dari sebuah tempat yang sederhana, di halaman belakang rumah nenekku... di tepi Danau Maninjau......
***
Catatan (Arti kata) :