Mohon tunggu...
Firman Adi
Firman Adi Mohon Tunggu... Insinyur - ekspresi sederhana

arek suroboyo yang masih belajar menulis. nasionalis tak terlalu religius. pendukung juventus sekaligus liverpudlian. penggemar krengsengan, rawon dan tahu campur.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Putaran Nasib 2: Fakta

15 November 2020   10:29 Diperbarui: 15 November 2020   17:40 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena sudah bisa diajak berkomunikasi secara normal, psikiater menyarankan Pak Gunadi menceritakan hal dan peristiwa dalam hidupnya yang mengganjal agar mengurangi tekanan jiwanya.

Pak Gunadi yang ingin segera pulih, mulai menceritakan pengalaman hidupnya.

Pak Gunadi mengatakan bahwa sebelum istrinya meninggal, ia adalah seorang kriminal dengan kejahatan mulai mencopet, merampok dan pernah sekali membunuh dalam hidupnya. Hal ini dia jalani untuk menghidupi istri dan anak perempuannya yang lahir dalam kondisi menjadi anak berkebutuhan khusus. 

Sampai kemudian istrinya megetahui bahwa sumber pendapatan suaminya adalah dari hasil kejahatan. Tapi istrinya malah tidak menyuruhnya berhenti bahkan mendorongnya untuk terus berbuat jahat.

Kematian mendiang suami Bu Lala, Pak Hari, adalah akibat ulah Pak Gunadi yang memang sengaja menabrakkan motornya ke mobil Pak Hari. Setelah Pak Hari keluar dari mobil, Pak Gunadi menyakiti Pak Hari hingga kemudian membunuh dengan mencekiknya mengunakan seutas tali. Pak Gunadi selanjutnya mengambil dompet, handphone dan tas milik Pak Hari. Mobil tidak diambilnya, karena Pak Gunadi memang tidak bisa mengemudikan mobil.

Kecelakaan minibus yang menewaskan Sandi dan Aswin juga adalah akibat ulah Pak Gunadi. Saat itu Pak Gunadi dibantu istrinya memasang tali melintang di atas jalan yang kemudian dipasangkan boneka bentuk pocong yang bisa digeser geser. Motif kejahatan yang dirancang Pak Gunadi dan istrinya adalah untuk menguasai harta para penumpang yang akan menjadi korban kecelakaan. 

Obyek putih yang melayang di depan minibus sebelum kecelakaan adalah boneka pocong buatan Pak Gunadi dan istrinya. Yang di luar skenario adalah ketika minibus itu menabrak warung dimana istri dan anaknya sembunyi di warung saat itu. Pak Gunadi tidak menyangka istri dan anaknya ikut tewas dalam kecelakaan yang dia skenario sendiri. 

Sandi dan Aswin sendiri sebenarnya tidak langsung meninggal saat itu, tetapi pingsan. Tapi karena sudah dipenuhi rasa marah dan frustrasi, dan posisi Sandi dan Aswin waktu itu yang terdekat dengan jasad  istri dan anaknya, Pak Gunadi membenturkan ke bodi minibus kepala Sandi berkali kali hingga luka parah dan sulit dikenali dan kaki kanan Aswin hingga tulangnya hancur dan mengeluarkan banyak darah dan akhirnya keduanya meninggal. 

Pak Gunadi sendiri kemudian segera melarikan diri karena khawatir penduduk atau polisi terdekat segera datang lokasi kecelakaan. Pak Gunadi sendiri pura pura baru mengetahui bahwa istri dan anaknya meninggal setelah dihubungi polisi.

Terkait hubungan dengan Bu Lala, Pak Gunadi mengaku pada sang psikiater bahwa setelah ditinggal mati istrinya, sempat membuka buka dompet Pak Hari dan menemukan foto Bu Lala yang ternyata cantik menurutnya. 

Di handphone milik Pak Hari juga ada puisi yang sengaja dibuat Pak Hari untuk Bu Lala saat ulang tahun pernikahan yang menyebut nyebut nama 'Rani' sebagai belahan jiwanya sampai mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun