Mohon tunggu...
Firman Adi
Firman Adi Mohon Tunggu... Insinyur - ekspresi sederhana

arek suroboyo yang masih belajar menulis. nasionalis tak terlalu religius. pendukung juventus sekaligus liverpudlian. penggemar krengsengan, rawon dan tahu campur.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Putaran Nasib 2: Fakta

15 November 2020   10:29 Diperbarui: 15 November 2020   17:40 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hantu Sandi tiba tiba menampakkan diri di tengah jalan dengan jarak yang sangat dekat dengan mobil, sang pengemudi pun terkejut, tidak mampu mengendalikan kemudi, selip dan menabrak sebuah batu besar di sisi kiri jalan.

Kali ini, akibat ulah hantu Sandi, efek kecelakaannya cukup parah. Sang pengemudi mobil meninggal dunia di tempat. Satu penumpang yang lain selamat walaupun dalam kondisi luka parah di kaki kirinya.

Biasanya, hantu Sandi tidak pernah menghiraukan siapa korbannya.  Betapa terkejutnya hantu Sandi ketika dia sekelebat melihat ibunya meninggal terjepit di dalam mobil dengan kondisi yang mengenaskan, luka parah di kepala dan bagian depan tubuhnya.

"Ibuuuu ...!! Maafkan aku, Ibu. Ibu kenapa ada disini ....", Hantu Sandi menangis sejadi jadinya. Dia tidak mengira korbannya kali ini ibunya sendiri yang sangat dia cintai.

Sadar akan ulah salahnya selama ini, Hantu Sandi memutuskan untuk menyusul ayah dan adiknya hidup di alam kubur. Apakah dia bisa hidup tenang di dalam kubur, hanya Allah yang tahu.

Penumpang yang selamat adalah Pak Gunadi. Ternyata malam itu Bu Lala dan Pak Gunadi naik mobil bersama setelah pulang makan malam. Sebenarnya mulai timbul benih cinta diantara keduanya. Pak Gunadi merasa Bu Lala lah yang bisa mengisi kekosongan hatinya paska ditinggal mati istri dan anak perempuannya.

Begitu juga Bu Lala merasa Pak Gunadi bisa merasakan kepedihan yang sama karena juga ditinggal oleh orang-orang yang dicintai dalam satu kejadian kecelakaan. Apalagi ketika Pak Gunadi memanggilnya 'Rani', ada sesuatu yang menggetarkan hatinya. 

Bu Lala sempat menanyakan ke Pak Gunadi mengapa memanggilnya 'Rani', Pak Gunadi hanya menjawab bahwa dari rangkaian nama panjangnya, 'Rani' adalah gambaran yang paling sesuai untuk wajah cantik Bu Lala. 

Tapi benih cinta mereka yang baru tumbuh, harus mati sebelum semakin membesar karena kematian Bu Lala dalam kecelakaan yang diakibatkan ulah hantu anaknya sendiri.

Pak Gunadi pun mengalami tekanan jiwa berat yang membuatnya harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa setempat dalam bimbingan seorang psikiater.

Psikiater yang belum lama bertugas di RSJ setempat dan merawat Pak Gunadi terus sabar memberikan konseling dan berikut bantuan obat penenang, yang membuat kondisinya mulai pulih dan bisa diajak komunikasi secara normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun