Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Awas Jebakan Saham Gorengan, Kelihatan Gurih, Namun Menyakitkan di Akhir

26 Mei 2023   16:43 Diperbarui: 29 Mei 2023   03:28 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awas Jebakan Saham Gorengan, Kelihatan Gurih, Namun Menyakitkan di Akhir - Menulis pembahasan kali ini seperti ada rasa sedih, mengingat beberapa tahun lalu yang harus dengan rela melepas saham utama yang rencananya akan digunakan sebagai investasi jangka panjang. Tergiur akan godaan untung besar ditambah kekurang tahuan bagaimana detail fundamental perusahaan membuat tergoda membeli saham yang katanya gorengan itu.

Euforia dan gembar gembor investasi saat itu, memang menjadi awal banyak anak muda terjebak pada yang namanya investasi, tapi sebenarnya bodong. Tergiur dengan saham yang saat itu disebut dengan saham pom-pom atau saham gorengan karena ajakan seorang teman karena ada publik figur yang membeli saham tersebut dan notabene saham pom-pom.

Ingin kaya dengan cepat, tanpa memperhitungkan untung  ruginya, bahkan yang menyedihkan tidak paham, bahkan tidak tahu tentang bagaimana sebenarnya saham, apalagi tentang analisa fundamental dan teknikal yang harus dipahami seorang investor yang ingin berinvestasi di dunia saham, menjadi penyakit anak muda saat itu, apalagi pengaruh gaya hidup di circle-nya menjadikan mudah terpengaruh dengan hal seperti ini.

Sedih? Pasti, karena kehilangan uang yang seharusnya bisa digunakan untuk investasi lainnya, meskipun ada beberapa yang kehilangan, kami masih beruntung saat itu karena mendapatkan saham melalui program ESOP (Employee Stock Option Program) yang diberikan perusahaan kepada para karyawan, yang pada akhirnya kami jual untuk mengganti kerugian atas uang kami yang hilang.

Pahami Jenis-jenis Saham agar Tidak Tergiur Godaan Saham Gorengan

Memahami atas suatu bidang yang ingin ditekuni adalah hal wajib agar kita tidak mengalami kegagalan saat masuk dalam bidang tersebut. Selain harus memiliki minat dan juga passion pada suatu bidang, selalu terus belajar tentang bidang tersebut akan membuat kita lebih ahli dan tidak mudah terjebak pada hal-hal yang merugikan kita.

Seperti pada pengalaman Saya dan beberapa teman saat mulai ingin terjun di dunia saham, yang pada akhirnya terjungkal di lubang yang membuat kita sempat takut untuk masuk lagi pada investasi saham kemudian. Namun perlahan tapi pasti dengan berkembangnya dunia informasi dan semakin majunya dunia digital ditambah mulai banyak pihak yang memberikan informasi postif dan membagi imu tentang saham, memang membuat kami optimis untuk bisa berinvestasi dengan baik di dunia investasi ini.

Informasi saat itu memang sangat berbeda, dengan saat ini. Ketidaktahuan ditambah kurangnya sarana dan media yang kurang membuat kita saat itu mudah terjebak dalam iming-iming investasi bodong, saham pom-pom atau pun terjebak dalam saham gorengan.

Berbeda dengan saat ini yang semakin mudah bagi kita untuk mempelajari saham khususnya bagi investor pemula dengan berbagai aplikasi dan akun-akun pembelajaran yang sengaja ingin memberikan informasi yang benar tentang saham, termasuk menjaga agar uang yang kita investasikan tidak salah.

Terdapat beberapa jenis saham, muai dari lapis satu, lapis dua dan lapis tiga, yang perlu dipahami bagi investor pemula (instagram.com/gibei_stei), antara lain:

  • Saham Lapis Satu.

Saham ini biasa disebut dengan "Blue Chips", yang merupakan saham paling unggul kapitalisasi pasarnya.  Bahkan saham lapis satu ini dianggap sangat berperan dalam menggerakkan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan).

Bahkan menurut informasi, kapitalisasi pasarnya bisa mencapai lebih dari Rp. 40 Triliun. Saham-saham dalam kategori ini memiliki volatilitas harga yang tidak terlalu tinggi. Tidak banyak terlalu terpengaruh dengan gejolak pasar karena perusahaan dengan saham ini memiliki kinerja yang baik.

Selain itu yang menarik adalah fundamental saham terbilang sangat kuat, sehingga menjadi sulit untuk "digoreng".

Saham pada lapis satu ini juga memiliki pergerakan yang tidak terlalu fluktuatif. Maka dari itu, banyak analis yang yang menganggap bahwa 'Saham Pada Lapis Satu' ini merupakan saham yang paling aman dan juga benar-benar layak utuk dibeli, apalagi dimiliki sebagai investasi jangka panjang. Oleh karena itu, tidak heran bila Saham Lapis Satu ini disebut sebagai Blue Chips atau First Liner.

  • Saham Lapis Dua.

Saham pada lapis dua ini disebut dengan mid-cap stocks atau second liner, yang terbilang cukup stabil dan terbilang likuid.

Saham Lapis Dua ini memiliki kapitalisasi pasar antara Rp 500 miliar sampai dengan Rp 10 triliun. Harga sahamnya cenderung fluktuatif dan juga saham dikategori ini bisa dikatakan cukup likuid.

Sedangkan fundamental perusahaan pun bisa dikatakan cukup baik, meskipun masih dalam tahap berkembang.

Harga saham lapis dua ini memang tidak semahal harga saham Blue Chips dan karena kapitalisasinya tidak lebih besar dari Saham Lapis Satu maka jumlahnya tidak sebanyak pada Saham Lapis Satu.

  • Saham Lapis Tiga.

Saham Lapis Tiga ini disebut juga dnegan "Small-Cap Stocks", yaitu jenis saham yang memiliki volatilitas harga yang sangat tinggi.

Saham Lapis Tiga jenis ini menjadi incaran para spekulan karena bisa dimainkan sehingga harganya bisa melonjak. Dalam situasi tersebut, spekulan mengambil keuntungan, oleh karena itulah saham ini disebut sebagai "SAHAM GORENGAN".

Dari sisi harga, maka Saham Lapis Tiga bisa dikatakan sangat murah. Harganya pun lebih murah daripada saham pada kategori Second Liner dan First Liner. Sedangkan kapitalissinya berada di bawah angka Rp 500 miliar.

Untuk bisa mendpatkan keuntungan pada jenis saham lapis tiga atau yang disebut saham gorengan ini dari trading saham ini, Anda harus memiliki kemampuan analisis yang kuat. Dan tentu saja kehati-hatian danjuga kecermatan menjadi sangat penting agar tidak merugi dalam jumlah banyak, karena fluktuasi harga saham ini yang ditandai dengan masuknya saham dalam kategori 'Unusual Market Activity (UMA)".

Dengan mengetahui berbagai hal tersebut di atas baik itu Saham Lapis Satu, Saham Lapis Dua, dan Saham Lapis Tiga, maka kita minimal bisa memitigasi risiko yang ada dengan cara melihat 'kapitalisasi pasarnya'.

Kapitalisasi pasar merupakan harga saham dikalikan dengan total jumlah saham yang telah diterbitkan emiten (perusahaan yang bersangkutan) dan tercatat di Bursa Efek Indoesia (BEI).

Mewaspadai Saham Gorengan dengan Mengenal Ciri-cirinya

Dengan memahami pengertian saham gorengan, termasuk berbagai hal tersebut maka minimal kita tidak akan mencoba masuk dan memilih Saham Lapis Tiga yang disebut dengan saham gorengan tadi.

Sebenarnya analoginya sama dengan gorengan yang sering kita konsumsi, rasanya enak dan gurih dengan berbagai pilihan, namun mengandung efek buruk bila kita terus menerus mengonsumsinya. Bahkan ancaman kolesterol menjadi hal penting untuk menghindari ancaman penyakit ini.

Agar terhindar dari saham gorengan tersebut sudah jelas Anda harus mengenali segala ciri-ciri saham gorengn tersebut (CNBC Indonesia). Terdapat beberapa ciri-ciri saham gorengan yang harus Anda kenali agar Anda bisa berinvestasi dengan aman dan tenang, sebagai berikut:

1. Saham gorengan bisanya terindikasi 'Unusual Market Activity (UMA)".

UMA adalah suatu aktivitas perdagangan dan atau suatu pergerakan harga dari suatu efek yang tidak biasa dalam kurun waktu tertentu di bursa yang menurut penilaian Bursa dan bisa berpotensi mengganggu terselenggaranya perdagangan efek yang wajar, teratur dan efisien.

Oleh karena itu, sangat disarankan agar Anda tidak membeli saham yang tergolong UMA ini, karena pergerakannya dianggap tidak wajar dan sangat berisiko tinggi. Yang menarik agar Anda mengetahui saham-saham tersebut ternyata bursa sudah menyediakan daftar saham dalam situsnya yang termasuk dalam kategori UMA tersebut.

2. Volume sahamnya mengalami naik atau turun secara drastis.

Sering terjadi volume suatu perdagangan efek yang mengalami kenaikan cukup tinggi, sehinga seolah-olah sahamnya banyak diburu para pelaku pasar, padahal dalam kesehariannya, saham tersebut bisa dikatakan sepi atau bahkan jarang diperdagangkan.

Volume ini bisanya tercermin pada grafik batang yang menunjukkan banyaknya transaksi di bawah harga saham.

3. Saham gorengan biasanya berasal dari saham-saham lapis dua dan lapis tiga.

Biasanya yang sering terjadi, saham gorengan ini merupakan saham-saham non blue chips (bukan termasuk saham ungguln) atau bisa dikatakan berasal dari saham lapis dua atau saham lapis tiga sehingga menjadi sasaran dimanfaatkan para bandar.

Hal ini dikarenakan untuk saham-saham unggulan tersebut memiliki harga yang sangat tinggi, sehingga dibutuhkan modal sangat besar untuk 'digoreng'. Pada saham lapis tiga ini umunya sangat berisiko sehingga sering dijadikan sasaran para bandar karena kapitalisasinya yang sangat kecil, biasanya harganya pun rata-rata murah seperti Rp 50 sampai Rp 100 rupiah per lembar.

Oleh karena itu, sebagai catatan, apabila tidak mengenal fundamental saham yang dibeli dengan baik, maka ada baiknya melakukan transaksi pada saham-saham yang masuk kategori utama atau Blue Chips.

4. Saham gorengan biasanya tidak didukung  oleh fundamental perusahaan yang baik.

Yang menarik disini yang sering tidak dipahami para investor pemula, yaitu pergerakan saham-saham gorengan ini ternyata tidak didasarkan atas faktor fundamental yang bisa membuat perusahaan bisa melambungkan bisnisnya.

Contoh yang bisa dilihat, seperti labanya naik dengan pesat, penjualan mengalami kenaikan secara drastis, dan juga ditemukan cadangan tambang dalam jumlah besar, atau aksi korporasi yang berpengaruh positif bagi perushaan. Yang menarik pada saham gorengan ini bisa diketahui saham tersebut ternyata kinerja fundamentalnya yang masih rugi.

5. Memiliki kapitalisasi pasar yang kecil.

Yang paling mudah terlihat adalah pada saham gorengan umumnya memiliki kapitalisasi pasar yang kecil, hal ini dikarenakan bandar bisa dengan mudah menggerakkan hargaya.

Kapitalisasi pasar atau yang sering disebut dengan market capitalization adalah nilai pasar dari sebuah pasar yang sahamnya diperdagangkan di bursa. Angka market cap ini didapatkan dari harga saham yang dikalikan dengan jumlah unit saham yang beredar yang diperdagangkan di pasar, nilainya pun lebih kecil dari nilai aset karena tidak semua saham yang ditempatkan dan juga disetor dijual penuh dijual ke publik.

Semoga informasi tentang  "Awas Jebakan Saham Gorengan, Kelihatan Gurih, Namun Menyakitkan di Akhir" ini bermanfaat dan Anda bisa memitigasi risiko atas tawaran saham gorengan yang seperti jajanan yang rasanya gurih, namun kalau keseringan tentu membuat tidak sehat untuk tubuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun