Mohon tunggu...
Firman Fadilah
Firman Fadilah Mohon Tunggu... Lainnya - Simple man with a simple love.

Never give up!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penari Ular

17 Juni 2022   04:21 Diperbarui: 17 Juni 2022   04:25 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat itu, Fikar berpikir, dirinya kini bukanlah dirinya. Ia merasa seolah terjebak dalam tubuh bocah laki-laki. Dirinya yang sesungguhnya adalah seorang perempuan, seorang penari ular. Ia melihat bayangannya yang lincah dan gemulai. Ia jatuh cinta dengan tarian.

Untuk hari-hari setelahnya, Fikar menari dengan ular di dekat kuil. Ayahnya meniup pungi. Mereka mendapat uang yang sangat banyak. Oleh sebab itu, ayahnya tak keberatan jika Fikar berdandan seperti seorang perempuan dengan kain sari dan gelang di tangan serta kakinya. 

Akan tetapi, timbul suatu kebencian dari ke empat kakak laki-lakinya. 

"Kau boleh saja menari, tapi jangan berdandan seperti seorang perempuan! Itu menjijikkan!"

"Kau mencoreng nama baik keluarga!"

Orang-orang pun kerap membicarakan hal itu. Ayahnya dianggap telah melakukan eksploitasi terhadap seorang bocah usia sekolah untuk mencari nafkah. Mereka tak pernah tahu jika menari adalah pilihan Fikar sendiri. Dengan menari, ia jadi dirinya sendiri. Ibunya pula tak kuasa menanggung malu sebab tetangga sering menyindirnya.

 "Kau telah gagal mendidik seorang anak! Kau gagal menjadi seorang ibu!" 

 Kadang ia kesal karena kain sarinya mendadak tak ada di lemari, juga riasan wajah yang tiba-tiba menghilang. 

Lelah menjadi bahan perundungan, Fikar memutuskan untuk pergi dari rumahnya yang nyaman. Ia tak membawa apa-apa, kecuali ular kesayangannya sebab ia tak bisa berhenti menari. Menari adalah bagian dari hidupnya. 

Fikar menari dari kota ke kota, dari stasiun ke stasiun, dari pasar ke pasar, serta pinggiran jalan. Orang-orang asing ramai menonton. Berkat menari, ia bisa membeli kain sari lengkap dengan kosmetik. Ia beli cukup makanan untuk dirinya dan ular-ular dalam keranjang. 

Dandanannya melebihi seorang perempuan kodrati. Tangan, pinggul, kepala, dan kaki ia gerakkan serupa gelombang selaras dengan gerakan ular di tubuhnya. Bertahun-tahun, ia menari. Ia tak pernah memiliki tempat untuk menetap. Ia tinggal di mana saja, di emper pertokoan, bangunan kosong, atau kolong jembatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun