Mohon tunggu...
Firasat Nikmatullah
Firasat Nikmatullah Mohon Tunggu... Editor - @sekjend.kafir

Aku adalah apa yang kamu pikirkan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kilas Balik 2024: 69 Hari Menulis, 55 Artikel, dan Satu Mimpi yang Belum Tercapai

31 Desember 2024   03:55 Diperbarui: 31 Desember 2024   03:55 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Firasat Nikmatullah, seorang penulis asal Provinsi Banten. [Dok. Pribadi]

Tahun 2024 adalah tahun yang luar biasa gila.

Bayangkan saja, dalam 69 hari sejak 21 Oktober 2024, saya berhasil menulis 55 artikel, meraih 30.047 views, 24 artikel pilihan, 655 komentar, 1.264 suka, dan mendapatkan pangkat 'Taruna'.

Tapi hey, ada satu mimpi yang masih menggantung:

"Artikel saya belum pernah nangkring di artikel utama."

Yuk, kita ngintip perjalanan epik ini.

Dari Debutan Menjadi Taruna: Perjuangan Beraroma Kopi

Memulai menulis di Kompasiana pada tanggal 22 Oktober 2024 itu kayak masuk ke warung kopi yang baru pertama kali kita kunjungi.

Awalnya kikuk, takut salah pesan, tapi akhirnya nyaman dan jadi pelanggan tetap.

Dengan penuh semangat dan kopi yang tak terhitung jumlahnya, saya mulai menuangkan ide-ide yang berlarian di kepala.

Artikel pertama sih biasa aja, tapi lama-lama mulai dapet tepukan di pundak dari pembaca setia.

Saya ingat betul malam pertama saya menulis artikel di Kompasiana. Dengan secangkir kopi di tangan dan laptop yang sudah siap, saya duduk di teras depan kosan dan mulai mengetik.

Setiap kata yang keluar dari jari-jari saya adalah representasi dari pikiran dan perasaan saya.

Tentu, ada keraguan apakah tulisan ini akan diterima, tetapi saya terus menulis, percaya bahwa setiap kata memiliki cintanya sendiri.

Menulis dengan Gaya Santai Tapi Menggigit

Gaya menulis saya? Santai tapi menggigit.

Ibarat ngobrol di warung kopi sambil sesekali nyindir pelayan yang telat nganter pesanan.

Dari isu sosial sampai politik, semua saya bungkus dengan bahasa yang asik tapi tetap kena di hati.

Setiap tulisan adalah hasil dari observasi sehari-hari, dari hal-hal kecil yang sering kita abaikan sampai isu besar yang menggelitik pikiran.

Misalnya, ketika saya menulis tentang politik, saya tidak hanya menyampaikan fakta, tetapi juga menyelipkan humor dan kritik tajam.

Saya bercerita tentang janji-janji manis para politisi yang sering kali hanya menjadi angin lalu.

Saya pernah menulis tentang rakyat Indonesia yang kini sudah semakin cerdas dengan judul "Ambil Uangnya, Jangan Coblos Orangnya."

Dengan gaya bahasa yang santai, saya mengajak pembaca untuk berpikir kritis tentang realitas politik yang ada.

Tidak jarang, saya menggunakan analogi-analogi lucu untuk menggambarkan situasi politik yang absurd, seperti menggambarkan di atas Presiden masih ada yang mulia Bobby Kertanegara.

Contoh lain, dalam artikel saya yang berjudul "Jokowi Presiden Gagal", saya mengkritik kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan janji kampanye.

Saya menggunakan analogi seperti "janji manis yang berubah jadi pahit seperti kopi basi" untuk menggambarkan kekecewaan masyarakat.

Dengan gaya bahasa yang santai tapi menggigit, saya berhasil menarik perhatian pembaca dan mengajak mereka untuk berpikir lebih kritis.

24 Artikel Pilihan: Pengakuan yang Aduhai

Dari 55 artikel, 24 di antaranya terpilih jadi artikel pilihan. Ini bukan cuma angka, bro!

Ini adalah pengakuan atas kerja keras dan upaya saya untuk menyajikan konten yang gak asal-asalan.

Mulai dari ulasan politik sampai kritik sosial, semua saya garap dengan penuh cinta. Setiap kali artikel terpilih, rasanya kayak menang lotre!

Setiap kali mendapatkan notifikasi bahwa artikel saya terpilih menjadi artikel pilihan, ada perasaan bangga yang sulit dijelaskan.

Ini adalah hasil dari konsistensi ala marathon, dan tentu saja, riset yang bikin mata berkunang-kunang.

Pengakuan ini bukan hanya datang dari para editor, tetapi juga dari para pembaca setia yang selalu menunggu tulisan-tulisan terbaru saya.

Komentar dan Suka: Interaksi yang Menghangatkan

655 komentar dan 1.264 suka bukan sekadar statistik di dashboard.

Ini adalah bukti bahwa tulisan saya bisa bikin orang berhenti scroll sejenak dan mikir.

Setiap komentar, baik yang positif maupun kritik pedas, saya anggap sebagai vitamin untuk terus berkarya.

Diskusi di kolom komentar sering kali membuka perspektif baru yang bikin saya merenung (sambil ngopi tentunya).

Saya masih ingat salah satu komentar yang sangat menyentuh hati.

Seorang pembaca menulis bahwa artikel saya tentang polemik es teh goblok membuatnya tertawa sekaligus merenung.

Dia berkata bahwa tulisan saya membuka matanya tentang betapa pentingnya menjaga lisan dan ucapan. 

Hal seperti ini membuat semua usaha dan waktu yang saya habiskan untuk menulis menjadi sangat berarti.

Tidak ada yang lebih memuaskan daripada mengetahui bahwa tulisan kita bisa berdampak positif pada kehidupan orang lain.

Kesedihan: Artikel Utama yang Masih Jadi Impian

Nah, ini dia bagian yang paling bikin galau.

Meskipun banyak artikel yang diapresiasi, belum ada satu pun yang terpilih jadi artikel utama di Kompasiana. Rasanya seperti melihat kue enak di balik etalase tapi gak bisa dijilat.

Setiap kali melihat artikel orang lain menghiasi halaman utama, ada rasa kecewa yang menusuk, kayak kena sembilu.

Namun, saya percaya, kegagalan ini adalah pelajaran berharga. Saya terus belajar, mencoba, dan siapa tahu tahun depan adalah saatnya.

Kesedihan ini juga menjadi motivasi bagi saya untuk terus meningkatkan kualitas tulisan.

Saya mulai gila-gilaan ngulik informasi, baca jurnal ilmiah, melakukan riset yang lebih mendalam, dan mencoba berbagai topik pilihan.

Saya percaya bahwa dengan konsistensi dan diiringi tulisan yang berkualitas, mimpi untuk melihat artikel saya di halaman utama akan terwujud.

Mendapatkan Pangkat 'Taruna': Sebuah Kebanggaan

Pangkat 'Taruna' adalah pencapaian yang bikin saya bangga. Ini bukan sekadar label, tapi pengakuan atas kontribusi dan usaha saya dalam menulis di Kompasiana.

Rasanya kayak dapat medali emas di olimpiade menulis. Setiap kali melihat profil saya dengan pangkat 'Taruna', ada rasa bangga yang menggelitik hati.

Pangkat ini juga memberi saya semangat untuk terus berkarya. Saya merasa menjadi bagian dari komunitas yang menghargai tulisan-tulisan saya.

Ini adalah bukti bahwa setiap kata yang saya tuliskan memiliki arti dan mampu menginspirasi orang lain.

Refleksi dan Harapan untuk Tahun Depan

Melihat kembali pencapaian di tahun 2024, saya merasa bersyukur dan bangga.

Menulis di Kompasiana bukan hanya soal angka atau gelar, tapi tentang berbagi cerita, belajar dari pembaca, dan tumbuh bersama.

Tahun depan, saya berharap bisa menulis lebih baik, lebih banyak berkontribusi, dan akhirnya, siapa tahu, artikel utama bisa saya raih.

Setiap pencapaian di tahun 2024 adalah hasil dari konsistensi, dedikasi, dan pastinya dukungan dari para pembaca setia.

Saya merasa beruntung bisa menjadi bagian dari Kompasiana dan berbagi cerita dengan komunitas ini.

Untuk tahun-tahun mendatang, saya berjanji akan terus menulis dengan penuh semangat, menggali lebih dalam, dan memberikan yang terbaik dalam setiap tulisan.

Penulis: Firasat Nikmatullah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun