Saya ingat betul malam pertama saya menulis artikel di Kompasiana. Dengan secangkir kopi di tangan dan laptop yang sudah siap, saya duduk di teras depan kosan dan mulai mengetik.
Setiap kata yang keluar dari jari-jari saya adalah representasi dari pikiran dan perasaan saya.
Tentu, ada keraguan apakah tulisan ini akan diterima, tetapi saya terus menulis, percaya bahwa setiap kata memiliki cintanya sendiri.
Menulis dengan Gaya Santai Tapi Menggigit
Gaya menulis saya? Santai tapi menggigit.
Ibarat ngobrol di warung kopi sambil sesekali nyindir pelayan yang telat nganter pesanan.
Dari isu sosial sampai politik, semua saya bungkus dengan bahasa yang asik tapi tetap kena di hati.
Setiap tulisan adalah hasil dari observasi sehari-hari, dari hal-hal kecil yang sering kita abaikan sampai isu besar yang menggelitik pikiran.
Misalnya, ketika saya menulis tentang politik, saya tidak hanya menyampaikan fakta, tetapi juga menyelipkan humor dan kritik tajam.
Saya bercerita tentang janji-janji manis para politisi yang sering kali hanya menjadi angin lalu.
Saya pernah menulis tentang rakyat Indonesia yang kini sudah semakin cerdas dengan judul "Ambil Uangnya, Jangan Coblos Orangnya."