Pandangan Media: Matang atau Ketengan?
Media besar kayak Kompas bilang kalau Indonesia makin matang dalam berdemokrasi.
Mereka bilang partisipasi politik naik, rakyat makin kritis, dan proses demokrasi makin mantap. Tapi, di lapangan, kita masih sering liat drama kayak politikus yang hobi 'cawe-cawe'.
Ini kayak dibilang tubuh makin sehat tapi tiap hari makan junk food. Kompas mungkin mencoba ngasih gambaran positif, tapi ada sisi lain yang perlu kita bedah.
Di balik optimisme itu, apa betul demokrasi kita beneran udah matang atau cuma kosmetik buat nutupin kerutan?
Kritik dan Rocky Gerung
Rocky Gerung, dengan segala kerecehannya, pasti nggak bakal tinggal diam liat fenomena ini. Menurut dia, kalau Mulyono terus cawe-cawe, itu tanda regenerasi politik kita belum jalan.
Demokrasi yang sehat harusnya ngasih ruang buat yang muda, bukan cuma jadi panggung buat veteran lawas yang ngotot gak mau pensiun.
Rocky Gerung kerap mengkritisi bahwa kualitas partisipasi itu penting. Kalau yang aktif cuma tokoh-tokoh lama, ya demokrasi kita mandek, bukan berkembang.
Perlu ada perubahan mendasar dalam cara kita jalani demokrasi, supaya beneran bisa disebut matang.
Dan iya, dia juga percaya kalau dominasi tokoh lama itu nggak sehat buat perkembangan politik kita.