Mohon tunggu...
Fiqih Purnama
Fiqih Purnama Mohon Tunggu... PNS -

Penulis Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nawa Cinta

21 September 2016   22:43 Diperbarui: 22 September 2016   09:39 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TEDDY hanya bisa berkilah dirinya belum siap untuk menikah. Namun ibunya terus saja mendesak. Bukanlah sulit bagi Teddy untuk mendapatkan cinta wanita. Dia seeorang pria yang tampan. Memiliki kedudukan yang bagus di  pekerjaan pada usianya yang masih 28 tahun.

“Coba Ted, jujur sama mama, Apa yang membuatmu belum mau menikah?”

“Aduh ma, pusing ah ngurusi nikah, nikah melulu.” Jawab Teddy.

“jadi apa yang harus mama urus. Kamu anak tunggal. Papamu sudah tiada, Cuma kamu yang mama urus. Kamu apa gak mau kasih mama cucu. Ngerti dong Ted. Untung aja mama bukan orang tua yang suka menjodohkan,” jelas ibunya kepada Teddy.

“Aduh ma gimana ya, rumit masalahnya ma.”

“Mama gak penting kamu dapat gadis atau janda, miskin ataupun kaya. Yang penting kamu suka dan bisa menikah. Atau jangan-jangan kamu homreng Ted?” ibunya menuduh Teddy kelainan seksual dengan menyukai sesama pria.

“Husshh..... mama ini ngomong apa.”

“Jadi apa masalah kamu nak? Usia mama sudah 54 tahun. Apa kamu gak punya pacar?”

“Punya ma,”

“jadi apa masalahmu?” tanya ibunya terus mengintimidasi Teddy.

“Masalahnya bukan cuma pacar. Tapi pacar, pacar, pacar sana, pacar sini. Aduh pusing ah ma,” kata Teddy membuat ibunya bingung.

“Maksudmu?

“Ya itu, pacar Teddy ada sembilan orang. Teddy belum pernah putus sejak SMA. Jadi saat ada rasa dengan perempuan lain, ya jalani gitu aja. Mau diputuskan kasihan, semuanya baik-baik ma,”

“Masya Allah. Kamu mempermainkan perempuan sampai sembilan orang. Kamu punya hati nurani gak sih Ted?”

“Karena mikir hati nurani ma, makanya gak nikah-nikah,” Teddy ngeles pada ibunya.

“Lah kamu. Presiden pusing mikir nawacita kok kamu malah pusing mikirin nawa cinta. Aduh begini mama lebih pusing Ted,”

“Ada yang menurut kamu cocok?”

“Semuanya cocok ma, semuanya baik dan setia,” jawab Teddy.

“Yang paling cocok menurut kamu,”

“Rabiah ma,” jawab Teddy.

“Ya sudah besok ajak dia datang ke rumah. Heran mama, dulu mama pacaran sama papa dua bulan ngebet minta jumpa sama orang tua. Ini kok pacar-pacar kamu enggak ada yang minta jumpa,” ucap ibunya.

“Ya, ya deh ma,”

***

Rabiah adalah pacar kesembilan Teddy. Keesokan harinya Rabiah datang ke rumah. Parasnya cantik menawan, putih dan tinggi semampai. Anaknya santun, kata Teddy ia kenal Rabiah saat tugas kantor ke Kediri. Ya, rabiah gadis Kediri Jawa Timur yang menurut Teddy paling cocok dengannya.

“Teddy pernah cerita soal pacar-pacarnya Bi?”

“Haah bu? ... ehmmmm belum pernah. Emaang Teddy punya pacar tan?” tanya Rabiah pada ibunya.

“Wah iyah, tante  juga terkejut. Ternyata Teddy ini playboy. Baru kemarin dia cerita,” ungkap ibunya. Teddy pun tertunduk lesu,  terkejut ia tak menyangka ibunya membocorkan rahasianya.

“Tapi menurutnya, yang paling cocok itu kamu Bi,,, mama juga begitu. Lihat kamu pertama hari ini langsung cocok. Kamu itu pilihan tepat. Mama gak perlu lihat pacar-pacar teddy lainnya.”

“Tapi tan....”

“Oh no no no no. Jangan panggil tan lagi. Sekarang panggil mama. Kamu cinta sama anak tante?”

Cinta tan,”

“hhmmm.. Atas nama Teddy tante minta maaf dengan tingkah lakunya sebagai playboy. Kalau benar cinta, mari bantu tante menyelesaikan masalah Teddy satu per satu dengan pacar-pacarnya,” jelas Ibu Teddy.

Teddy yang tadinya gelisah, kini kembali semangat. Tak disangkanya, ibunya mempunya cara komunikasi yang baik untuk menyelesaikan masalah-masalahnya.

Rabiah hanya mencubit tangan Teddy dan memandangnya sinis atas tingkah lakunya. Mereka pun bersama-sama untuk menyelesaikan masalah Teddy.

Satu orang telah selesai masalah dan bersedia menjadi calon istri Teddy.

***

Wanita kedua, Dewi dibawa oleh Teddy ke rumah pada hari berikutnya untuk menemui sang ibu. Obrolan panjang terjadi. Pada akhirnya Dewi menerima keputusan Teddy untuk memilih Rabiah. Hari itu juga mereka mendatangi wanita ketiga, Ayu. Nyatanya, setelah ibu Teddy menjelaskan, Ayu juga mengungkapkan bahwa dirinya mempunyai lelaki lain.

“Aku tak menyangka Yu, ternyata kau....”

“Eittts, Teddy kamu jangan ngomong. Yang salah itu ya kamu,” ucap Ibunya pada Teddy. Teddy hanya diam saja menuruti ibunya.

Kemudian  wanita keempat, Rita. Rita adalah satu-satunya pacar Teddy yang tak mengenakan kerudung. Ibunya, Teddy dan Rabiah bertemu Rita di salah satu gerai makanan.

“Kamu cinta dengan anak saya?”

“Ya tante, kenapa ya tante?” jawab Rita.

“Bukan.... tante mau menjelaskan, kalau Teddy ini anak tunggal. Tante masih belum ikhlas dia menikah sekarang. Apa Rita mau  menunggu sampai lima atau enam tahun lagi?” ibu Teddy terpaksa berbohong, sebelumnya ia sudah berbohong menyampaikan Rabiah adalah kemenakannya.

“Aduh kalau itu gimana yah tan. Umur Rita saja sudah sebaya Teddy.”

“Hmmm. Gak mungkin kan Rit, yasudah kalian akhiri saja hubungan dulu. Nanti tante cari calon suami buat Rita aja heheheheh,” ibunya menawarkan.

“Bener ya tan.”

“Iya.”

Dengan Rita urusan selesai tanpa masalah. Rencana keesokan hari mereka bertiga akan bergerilya menuntaskan permasalahan dengan lima pacar  teddy lainnya.

***

Pacar ke lima Teddy, Adel. Berakhir dengan pertengkaran. Namun sang ibu pada akhirnya bisa meredam dan meminta maaf pada Adel. Meski Adel sangat benci pada Teddy. Kemudian, orang ke enam yakni Tantri menerima penjelasan ibunya Teddy.

Begitu juga orang ke tujuh, Shinta dan ke delapan Via. Malah Via mengatakan sejak awal tak pernah mencintai Teddy.

“Ah kamu ke geeran. Si Via gak suka sama kamu. Ah dasar playboy,” ucap mama di tengah perjalanan untuk menemui Dhyta pacar Teddy yang terakhir akan dijumpai. Sedangkan Rabah geram-geram tak menentu pada Teddy. Di dalam mobil, saat di perjalanan mereka sering cekcok.

“Duhh, kalian ini kok cekcok. Belum saja nikah,”

“Iya ma, kalau kayak gini tingkah anak mama, gimana nanti kalau sudah nikah,” kata Rabiah.

“Lah, kan kemarin mama sudah minta maaf. Rabiah bilang mau menerimanya,”

Perjalanan ke rumah Dhyta sangatlah jauh hingga memasuki lintasan yang beraspal rusak. Hingga sampailah pada sebuah gubuk.

“Hahh, rumah siapa ini gak layak ditempati,” ketus Rabiah yang sudah emosi sepanjang jalan. Kemudian keluarlah gadis manis berhijab. Wajahnya teduh, semakin lama dilihat semakin manis. Dialah Dhyta pacar Teddy yang terakhir.

Sambutannya luar biasa. Digubuknya ada seorang anak perempuan usia tiga tahun dan anak lelaki masih bayi. Kemudian, seorang wanita tua yang masih bertelekung berada di kursi roda.

“Ibu mau istirahat dulu. Jauh dari kota kesini, apa enggak lelah?” tanya Dhyta pada ibu Teddy.

“Enggak nak, bagaimana kenal dengan Teddy?” tanya ibunya.

“Iya, mas Teddy sering bantu keluarga Dhyta. Pertama kali ketemu di Balai Desa. Mas Teddy di undang waktu kegiatan penyuluhan Desa Layak Anak,” jelas Dhyta.

“Oh gitu,” jawab Si ibu. Kali ini mereka sangat lama berada di rumah Dhyta. Rabiah tampak sudah kesal dengan pertemuan itu. Karena membuat ibu Teddy semakin akrab dengan Dhyta.

“Ted sini bentar.”

“Iya mah,” kemudian mereka bercerita di luar.

“Kayaknya mama lebih suka dengan Dhyta ketimbang Rabiah Ted,” ungkap ibunya membuat keterkejutan Teddy.

“Iya ma, Teddy juga sebenarnya merasa lebih cocok dengan Dhyta,”

“Lalu, kenapa kamu bilang kemarin cocoknya dengan Rabiah? Apa karena Dhyta orang susah?”

“Bukan ma, Dhyta itu janda ma. Dua anak kecil itu anaknya. Tadi, sebelum sampai kesini, Teddy sms ke Dhyta supaya jangan kasih tahu kalau sudah punya anak, jika tak ditanya,” ucap Teddy.

“Ah kamu ini, gak masalah mau dia gadis atau janda. Menurut kamu cocok, ya sudah jadikan saja Ted,”

“Teddy masih malu ma. Rabiah bagaimana ma?”

“Itu biar mama yang atur.”

Tak seperti bertemu pacar-pacar Teddy lainnya. Ibu Teddy tak menjelaskan apa-apa tentang Teddy yang sudah memilih Rabiah sebelumnya. Mereka berpamitan, kemudian pulang.

Di sepanjang jalan mereka bertiga hanya diam. Si ibu telah lelah, sedangkan Teddy dan Rabiah sudah marahan sejak tadi. Hingga sampailah mereka di rumah Rabiah.

“Tante, sudah deh tante. Kita berhubungan baik saja tan. Rabiah belum bisa ikhlas menerima Teddy yang playboy. Usai tahu pacar-pacarnya. Kayaknya anak tante ini gak beres,” ketus Rabiah.

“Yah.... tante kan sudah minta maaf Bi..,, tapi terserah Rabiah saja,” ucap ibunya yang sebenarnya dalam hati sangat senang menerima keputusan Rabiah.

“Udah tan, Rabiah juga gak marah lagi. Tante itu orang tua yang baik, tapi Teddy..... enggak tan. Rabiah belum siap tan, maaf tan,” Rabiah berlalu masuk ke rumah tempat familynya. Esok ia berencana kembali ke Kediri dan membuang jauh-jauh cerita tentang Teddy.

Sedangkan Teddy dan sang ibu berada di dalam mobil saling tos.Mereka gembira karena tak perlu susah-susah menjelaskan pada Rabiah soal cinta Teddy ke Dhyta.

“Sudah nih, masalah Nawa Cinta kamu selesai semua, besok kita lamar Dhyta yah,” ibunya bersemangat.

“Iya lah mamaku tercinta,” jawa Teddy manja.

Sei Rampah 21/9/2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun