Mohon tunggu...
Fiqih Purnama
Fiqih Purnama Mohon Tunggu... PNS -

Penulis Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nawa Cinta

21 September 2016   22:43 Diperbarui: 22 September 2016   09:39 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Lalu, kenapa kamu bilang kemarin cocoknya dengan Rabiah? Apa karena Dhyta orang susah?”

“Bukan ma, Dhyta itu janda ma. Dua anak kecil itu anaknya. Tadi, sebelum sampai kesini, Teddy sms ke Dhyta supaya jangan kasih tahu kalau sudah punya anak, jika tak ditanya,” ucap Teddy.

“Ah kamu ini, gak masalah mau dia gadis atau janda. Menurut kamu cocok, ya sudah jadikan saja Ted,”

“Teddy masih malu ma. Rabiah bagaimana ma?”

“Itu biar mama yang atur.”

Tak seperti bertemu pacar-pacar Teddy lainnya. Ibu Teddy tak menjelaskan apa-apa tentang Teddy yang sudah memilih Rabiah sebelumnya. Mereka berpamitan, kemudian pulang.

Di sepanjang jalan mereka bertiga hanya diam. Si ibu telah lelah, sedangkan Teddy dan Rabiah sudah marahan sejak tadi. Hingga sampailah mereka di rumah Rabiah.

“Tante, sudah deh tante. Kita berhubungan baik saja tan. Rabiah belum bisa ikhlas menerima Teddy yang playboy. Usai tahu pacar-pacarnya. Kayaknya anak tante ini gak beres,” ketus Rabiah.

“Yah.... tante kan sudah minta maaf Bi..,, tapi terserah Rabiah saja,” ucap ibunya yang sebenarnya dalam hati sangat senang menerima keputusan Rabiah.

“Udah tan, Rabiah juga gak marah lagi. Tante itu orang tua yang baik, tapi Teddy..... enggak tan. Rabiah belum siap tan, maaf tan,” Rabiah berlalu masuk ke rumah tempat familynya. Esok ia berencana kembali ke Kediri dan membuang jauh-jauh cerita tentang Teddy.

Sedangkan Teddy dan sang ibu berada di dalam mobil saling tos.Mereka gembira karena tak perlu susah-susah menjelaskan pada Rabiah soal cinta Teddy ke Dhyta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun