Perjalanan ke rumah Dhyta sangatlah jauh hingga memasuki lintasan yang beraspal rusak. Hingga sampailah pada sebuah gubuk.
“Hahh, rumah siapa ini gak layak ditempati,” ketus Rabiah yang sudah emosi sepanjang jalan. Kemudian keluarlah gadis manis berhijab. Wajahnya teduh, semakin lama dilihat semakin manis. Dialah Dhyta pacar Teddy yang terakhir.
Sambutannya luar biasa. Digubuknya ada seorang anak perempuan usia tiga tahun dan anak lelaki masih bayi. Kemudian, seorang wanita tua yang masih bertelekung berada di kursi roda.
“Ibu mau istirahat dulu. Jauh dari kota kesini, apa enggak lelah?” tanya Dhyta pada ibu Teddy.
“Enggak nak, bagaimana kenal dengan Teddy?” tanya ibunya.
“Iya, mas Teddy sering bantu keluarga Dhyta. Pertama kali ketemu di Balai Desa. Mas Teddy di undang waktu kegiatan penyuluhan Desa Layak Anak,” jelas Dhyta.
“Oh gitu,” jawab Si ibu. Kali ini mereka sangat lama berada di rumah Dhyta. Rabiah tampak sudah kesal dengan pertemuan itu. Karena membuat ibu Teddy semakin akrab dengan Dhyta.
“Ted sini bentar.”
“Iya mah,” kemudian mereka bercerita di luar.
“Kayaknya mama lebih suka dengan Dhyta ketimbang Rabiah Ted,” ungkap ibunya membuat keterkejutan Teddy.
“Iya ma, Teddy juga sebenarnya merasa lebih cocok dengan Dhyta,”