Sorenya aku pulang dengan rasa sedih yang tak terkira. Perjuanganku selama satu setengah tahun bekerja di perusahaan ini menjadi sia-sia. Berhari-hari aku hanya berdiam diri di rumah, menghabiskan waktu untuk bermalas-malasan saja. Hingga beberapa hari setelahnya, aku tiba-tiba ditelpon oleh seseorang.
"Halo, siapa Anda?" masih sunyi suara di seberang sana, hingga ada suara yang berat menjawab, "Saya pemilik perusahaan White Horse." Aku terkejut, bagaimana seorang pemilik perusahaan besar bisa menelponku.
"Ada yang bisa dibantu, Pak?" jawabku gugup.
"Apakah benar Anda Dimas Pratama yang baru saja dipecat dari kantor cabang perusahaan saya?"
"Ya benar, Pak," kataku.
"Saya mendengar cerita dari Pak Bos kantor cabang bahwa Anda dipecat karena salah dalam melakukan sebuah tugas dan perusahaan kita mendapatkan rugi. Tetapi, setelah kami cek tugas besar yang dikerjakan oleh Anda, kami sangat terkejut karena tugas tersebut telah selesai dengan sempurna. Maka dari itu saya mengundang Anda ke kantor pusat di ibu kota." Aku tambah terkejut.
"Apakah ini benar?" aku bertanya untuk meyakinkan.
"Ya itu benar. Saya akan membiayai perjalanan Anda. Hotel dan konsumsi Anda selama di ibu kota," jawabnya.
Keesokan harinya, aku langsung bersiap-siap. Sorenya aku akan dijemput oleh mobil Aphard milik Bos Besar. Akhirnya mobilnya datang, mobil Alphard baru yang sangat mewah yang sudah menghentikan bannya di depan rumahku. Seorang sopir keluar dan memperkenalkan diri.
"Halo, saya Budi, sopir pribadi Bos Besar."
Aku tercengang, sopir pribadi? Bukankan bisa saja menyewa orang biasa, kenapa harus sopir pribadinya sendiri.