"Kenapa Haezel bisa berpikir tidak jadi membeli Ice Cream itu?" tanya Ibu guru.
     "Ibu guru, sekarang mendung. Sebentar lagi mungkin hujan. Kalau hujan Ibu Haezel suka melarang Haezel makan Ice Cream," balas Haezel dengan gemasnya.
     "Oh begitu ya"
     Tak lama kemudian, tiba mobil yang tentunya sangat familiar bagi Haezel. Saat mobil tersebut berhenti bukan raut wajah ceria yang Haezel tampilkan, melainkan wajah yang terlihat kebingunagan. Ibu guru pun sedikit bingung karena ini bukan mobil yang biasanya Ibu Haezel gunakan untuk menjemput Haezel.
     "Haezel, ayo pulang," kalimat itu terucap saat orang itu keluar dari mobilnya.. Orang itu menghampiri Haezel sambil tersenyum manis.
     "Ayah!" Haezel berlari ke pelukan sang Ayah, memeluk sang Ayah yang akhir-akhir ini sangat sibuk dengan pekerjaannya sampai tidak pulang kerumah selama seminggu ini.
     "Terimakasih Ibu guru sudah menemani Haezel, kami pamit pulang"
     "Baik pak, sama-sama"  Haezel dan Ayahnya pun memasuki mobil hitam milik ayahnya itu.
     "Kenapa Ayah yang menjemput Haezel?"
     "Apa Haezel tidak senang jika dijemput oleh ayah?" ucap sangat ayah dengan raut wajah sedih.
     "Tentu saja sangat senang ayah, Haezel hanya bingung kenapa Ibu berjanji akan membeli Ice Cream untuk Haezel sepulang sekolah, padahal Haezel dijemput ayah"