6 Agustus 2005
Setahun sejak kelahiran Kalila, Soni semakin jarang berada di rumah Yunita. Jika sebelumnya dalam seminggu ia bisa menghabiskan waktunya selama tiga sampai empat hari, kini sehari pun jarang. Jika tidak diminta oleh Yunita, kemungkina Soni lupa pulang.
"Sepertinya kau sudah mulai jarang pulang bang" keluh Yunita pada Soni.
"Kau harus ngerti, Rika itu punya anak kecil dan aku harus lebih banyak menemaninya" kata Soni memberi alasan.
"Iya aku mengerti. tapi kau juga harus bijak mengatur waktunya" kata  Yunita "Bukankah kau berjanji akan berlaku adil"
"Keadilan apalagi yang kamu mau?" tanya Soni wajahnya terlihat gusar "Bukankah selama ini aku sudah memberikanmu materi yang sama seperti Rika?"
"Ini semua bukan tentang materi bang" jawab Yunita "Aku ini juga istrimu, aku juga butuh waktu dan perhatianmu".
"Kalau kau ingin waktu dan perhatianku lebih banyak ke kamu, maka jadilah seperti Rika yang memberiku keturunan".
"Astagfirullah, bang" ujar Yunita kaget, ia tidak menyangka jika Soni yang sebelumnya selalu berkata lembut kepadanya berbicara tajam  "Kenapa Abang bicara seperti itu, bagaimana mungkin aku memaksa apa yang  tidak Allah takdirkan untukku"
"Kalau begitu kamu jangan banyak menuntut" ujar Soni.
"Aku tidak menuntut, aku hanya mengingatkan" ujar Yunita "Tidak mudah rasanya berada di posisi seperti ini bang, wajar jika aku sedikit cemburu".
"Kalau  kau tidak suka keadaan ini, lebih baik kau gugat cerai saja"  kata Soni cuek sambil keluar rumah menuju mobilnya.