Mohon tunggu...
Fiksiana Community
Fiksiana Community Mohon Tunggu... Administrasi - Komunitas pecinta fiksi untuk belajar fiksi bersama dengan riang gembira

Komunitas Fiksiana adalah penyelenggara event menulis fiksi online yang diposting di Kompasiana. Group kami: https://www.facebook.com/groups/Fiksiana.Community/ |Fan Page: https://www.facebook.com/FiksianaCommunity/ |Instagram: @fiksiana_community (https://www.instagram.com/fiksiana_community/) |Twitter FC @Fiksiana1 (https://twitter.com/Fiksiana1)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[CerpenFC] Berkarat

11 Februari 2016   17:19 Diperbarui: 11 Februari 2016   17:31 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doorrr…

 

Pukul 4.59 – subuh.

Hadi mengendap-endap menuju pintu belakang rumah Nunik. Hanya anak dari adik Nyonya Sinna itulah nyawa terakhir yang bisa ia dapat. Tidak mungkin mencari yang lain, tidak sempat, sementara satu jam lagi adalah batas terakhir dari permaianan ini, setidaknya itulah ancaman dari Kamal.

Namu Hadi tak mengira, ternyata rumah dalam keadaan ramai. Dan suasana ini, seperti ada seseorang telah mati saja, bisik hatinya.

Dan benar, begitu Hadi memberanikan diri untuk muncul di tengah keramaian di ruang depan itu, beberapa kerabat mengatakan padanya jika Nunik tewas karena gigitan ular beracun.

Di mata orang-orang, Hadi terlihat terpukul akan kematian Nunik, dan menangis sejadi-jadinya. Namun, bagi Hadi sendiri, ratapannya tak lebih dari bayang kematian sang anak di depan mata. Ya, kematian sebab ia gagal menyelesaikan permaiannya.

 

Lima belas menit kemudian, tiga mobil kepolisian berhenti di depan rumah mendiang Nunik. Hadi masih menjelepok di sana saat beberapa petugas berseragam lengkap menghampiri.

“Pak Hadi, kami minta Anda ikut kami ke kantor,” Jamil mengedarkan pandangannya. Dari tempat ia berdiri, ia bisa melihat dua rekannya tengah berada di ruang tengah. Menelisik TKP ditemukannya tubuh Nunik yang membiru dengan mulut berbusa. “Mungkin… hukuman Anda akan mendapat keringanan.”

Hadi terperangah, ia menatap ke dalam sepasang mata itu. Jamil mengangguk, memastikan apa pun yang dipikirkan Hadi tentang hal yang ia ucapkan adalah benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun