Mohon tunggu...
De Kils Difa
De Kils Difa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat

Berkarya Tiada BAtaS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teror Kolor di Malam Hari

10 Desember 2021   14:13 Diperbarui: 10 Desember 2021   14:33 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: medcom.id

Malam hari

Pendopo kampung Rebung Jaya mendadak ramai. Tua, muda, jejaka, perawan, anak-anak, aki-aki, semua tumpah ruah menjadi satu. Mereka menyaksikan penangkapan seorang pemuda 'tanggung' yang diduga kedapatan meneror warga.

Seorang anak kecil  datang membawa jagung bakar asyik di atas pundak Bapaknya. Mpok Jamilah tukang sayur di ujung kampung, tak ketinggalan datang dengan menggendong bayinya yang sedang menyusui.

Pun dengan Kong Aji yang mulutnya tak diam-diam menghembuskan asap kretek tembakaunya. Semua datang dengan raut wajah penasaran dan kepala bertanya-tanya, siapa gerangan pemuda itu? Kenapa harus neror segala? Memang punya nyawa berapa dia?

Di dalam pendopo.

Pak RT berdiri di pojok kanan meja dengan memegang map. Dua orang Polisi berpangkat Kompol duduk berhadapan dengan seorang pemuda yang hanya menyisakan celana kolor di tubuhnya. Sisanya sekitar 5 orang diminta keluar untuk menenangkan warga. Sementara saya, duduk di lantai usai membuatkan 2 kopi Liong untuk Bapak Polisi.

"Jadi kamu berasal dari daerah mana?" Tanya polisi berkelapa eeh kepala botak memulai percakapan

Semua bola mata yang ada di ruangan tertuju kepadanya. Saya yang duduk memainkan serbet menarik nafas panjang. Sang pemuda menundukkan kepala. Tak ada kata-kata terlontar dari mulutnya yang jontor di hajar warga.

"Heeeeiii... tatap mata saya..!" Polisi berpakaian preman memegang wajah pemuda yang menunduk. "Kamu dari mana asalnya?"

"Saya dari kampung sebelah pak." Pemuda itu mengelap darah yang menetes ke pahanya.

"Iya dimana?" Kedua mata Polisi berpakaian preman mendelik. Tubuhnya condong ke arah sang pemuda.

"Kampung Blukutuk" Wajahnya semakin terbenam, menyisakan rambut awut-awutan sisa dijambak Ibu-Ibu di pos.

"Apa yang kamu cari di kampung ini?" Polisi berkelapa eeeh kepala botak mengangkat dagu si pemuda.

"Saya ngga cari apa-apa Pak. Kebetulan tadi lewat kampung sini mau nonton layar tancep, terus saya dipanggil dan digeledah di pos, eh ngga taunya saya dikeroyok seluruh warga."

Di luar pendopo warga masih berkerumun. Mereka berharap sidang dilakukan secara terbuka di halaman.Teriakan-teriakan untuk mengeluarkan si pemuda menggelegar. Burung hantu yang biasa mangkal di atas pohon bambu dekat pendopo, kabur seketika.

"Keluaaaarrrrrin woyyyy...!!!!"

"Bakaaaaarrrrr.....!!!!"

"Bawaaaa keluaaaarrrr !!!!!"

"Jangan dikasih ampun !!!"

Polisi yang berjaga di luar kewalahan. Beberapa warga merengsek maju. Saling dorong tak terhindarkan. Mpok Jamilah yang lagi menyusui tiba-tiba menjerit kencang. Semua mata tertuju kepada Mpok Jamilah. Merasa jadi perhatian, dengan cenggegesan Mpok Jamilah bilang, "Maaaaf, nih bocah gigitnya kenceng banget, ampe kaget saya..."

Spontan warga berteriak "Huuuuuuuuuuuuuuuuuuu....!!!" Kemudian melanjutkan perjuangan untuk mengeluarkan si pemuda tanggung.

"Kalau kamu tidak ngapa-ngapain, kenapa warga bisa curiga dan menuduh kamu sebagai peneror?" Polisi berkepala botak mulai menghisap sebatang rokok untuk meredakan keteganggan pikirannya karena adanya teriakan-teriakan dari luar

"Sumpah saya juga ngga tau Pak." Isak tangis keluar dari mulutnya.

Sementara itu, Polisi berpakaian preman usai memeriksa isi tas yang dibawa si pemuda segera melapor, "Lapor Komandan, isi dalam tas tidak ada yang mencurigakan, hanya pakaian dalam beserta makanan tape uli saja."

Polisi berkepala botak manggut-manggut mendapati laporan tersebut, kemudian berbisik, "Pak RT saya minta tolong panggil beberapa warga yang tadi ada di pos dan menggeledah pemuda ini."

"Baik Komandan !"

Pak RT keluar pendopo, tak lama masuk kembali dengan dua orang warga yang tadi menggeledah si pemuda.

"Bapak berdua tadi berada di pos dan menggeledah pemuda ini?" Tanya Polisi berkepala botak

"Benar Komandan !" Jawab mereka berdua kompak

"Dengan alasan apa kalian berdua menggeledah dia?"

"Begini Komandan, sejak seminggu lalu kampung kami banyak kehilangan hewan ternak. Di tambah dua hari ini, beberapa ibu melaporkan banyak kehilangan pakaian dalam. Kami merasa ada yang meneror. Ada yang ingin membuat gaduh dan tidak tenang warga. Oleh karena itu, demi terciptanya kenyamanan, kami memeriksa setiap pendatang. Termasuk pemuda ini." Laki-laki berkopyah menjelaskan dengan semangat

"Lah terus atas dasar apa kalian menuduh pemuda ini sebagai peneror kampung?"

Dua lelaki itu saling berpandangan. Lelaki bersarung batik akhirnya berkata; "Waktu kami geledah memang tidak ada barang mencurigakan yang dibawa olehnya. Tapi setelah kami melucuti semua pakaian dan tersisa kolor itu, maka kami yakin pemuda inilah yang sudah meneror kampung kami."

Polisi berkepala botak menggelengkan kepalanya berulang-ulang.

"Memang ada apa di kolor pemuda ini sehingga kalian mencurigainya? Adakah yang aneh atau apa gitu?"

"Komandan bisa lihat sendiri  kolornya. Hijau. Itu artinya dia adalah lelaki berkolor ijo yang membahayakan seperti beberapa waktu lalu." Ucap lelaki bersarung

"Bisa ngilang gittuuuuu?" Celetuk saya tanpa sadar

"Cuma karena itu saja?"

Kedua lelaki itu kompak menganggukan kepalanya dengan pasti "Iyaaa.."

"Haduuuuuuhhhhh !!!!" Polisi berkepala botak itu pun menepuk jidat plus mengusap-usap kepalanya sambil menghembuskan nafas panjang.

Saat itu juga, Polisi berkepala botak segera berdiri dan memerintahkan semuanya kembali ke rumah masing-masing termasuk si pemuda tanggung tersebut.

Kasus peneror kampung berkolor ijo ditutup dan dianggap selesai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun