Mohon tunggu...
De Kils Difa
De Kils Difa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat

Berkarya Tiada BAtaS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kolor Ajaib Mang Peb

3 Maret 2017   17:05 Diperbarui: 3 Maret 2017   17:09 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

##

Hujan turun deras. Langit gelap pekat. Petir terus menyambar. Sesekali suara geledek meraung keras. Menggetarkan setiap hati siapa saja yang mendengarnya. Genangan air membuncah. Selokan banjir. Air berjalan menyelusuri setiap dataran tanah yang rendah. Termasuk ke saung tempat Dwi, Nuey dan Didi bernaung sore ini di kebun belimbing milik Haji Armand.

Tanpa menghiraukan cuaca yang kurang bersahabat, mereka asyik bercengkrama, menertawai tingkah Nuey yang tadi pagi di siram oleh Mpok Minah karena ketahuan ngintip Mpok Minah jemur pakaian.

Didi yang kebetulan tak ikut serta dalam aksi konyol Dwi dan Nuey hanya bisa tertawa ngakak. Berulang kali dia memegangi perutnya karena sakit kebanyakan tawa. Dwi memang pintar kalau sedang bercerita, sesuatu yang biasa menjadi luar biasa kalau sudah diracik Dwi.

“Lagian Di, udah jelas-jelas Mpok Minah teriak “Siapa Tuh?” , masa si Nuey kagak denger?” Ujar Dwi kembali mengulang ke awal cerita.

“Loenya aja yang rese.. main tinggal aja..!” sahut Nuey kalem

“Hahahahahahaha…. Makanya pasang tuh kuping, jangan di tinggal di rumah” goda Dwi

“Sialan Loe !!!”

“Hehehehehe… gua lagi bayangin men, gimana ya muka loe waktu di pelototin Mpok Minah? Mirip kucing ketangkep nyolong ikan, apa mirip curut ke jepit jebakan? Hahahahhaha…” Didi ikut menggoda Nuey.

“Rese loe berdua.. Ngga seru ah.. ! mending kita ngomongin strategi gimana dapetin celana kolor Mang Peb itu..” usul Nuey menghindari celaan berikutnya.

“Hah? Ngomongin kolor Mang Peb yang pink itu? Najong tralala deh… situ aja kali.. emang kita cowok apaan? Hahahahaha….” Celetuk Dwi sambil bergaya bencong yang sering nongkrong di pinggir jalan gang Bacan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun