Itulah sedikit perkenalan tentang aku dan keluarga. Sekarang, kita lanjutkan cerita yang di atas.
“Ayah, aku ingin mengaji sama seperti kakak. Boleh ya…. Plissss !” Aku memotong cerita Kakak tentang tulisannya yang berjudul ‘Guru Terbaik’.
“Eeehh… Adik mau ngaji juga? Kan Adik sudah mengaji sama Mama di rumah?.” Ayah membelai kepalaku
“Ihh… aku juga mau ngaji sama Ustadz Agile. Aku kan sekarang sudah besar. Sudah kelas satu. Berarti mengajinya di luar. Iya kan Mama?.” Aku mencari dukungan dari Mama
Seulas senyum terbentuk dari mulut Mama.
“Tapi kan tempat mengajinya lumayan jauh Dik. Kamu sama Mama aja dulu. Nanti kalau sudah kelas tiga, baru sama Ustadz Agile.” Saran Kakak
“Nggak. Aku nggak mau. Aku maunya sekarang. Aku udah besar kok. Aku juga berani berangkat mengaji sendiri. Boleh ya Ayah… !” rayu ku.
Ayah tersenyum. Lalu memandang Mama. Sepertinya ayah minta persetujuan dari Mama. Tak lama, aku melihat Mama mengangguk dengan senyum manisnya. Spontan aku berteriak-teriak, “Aku ngaji… Aku ngaji… Aku ngaji….”
Mereka bertiga tersenyum melihat tingkahku.
“Tapi belum malam ini ya… Ayah akan bicara dulu sama Ustadz Agile, mudah-mudahan bisa secepatnya.”
“Amiiiiiinn…” ucapku.