“Asyiiikk..”Koor penghuni warung.
Pesanan pun bermunculan. Ada yang mesen kopi hitam pahit. Ada yang langsung makan gorengan. “Mpok saya bikinin mie rebus pake telor dua.” Pesan Jefry.
Obrolan ngalor ngidul di lanjut. Dari masalah sepak bola, kerjaan, cewek, sampai ke politik tentang nasib pohon beringin yang mau tumbang. Semua dibahas tanpa ada penyelesaian akhir yang jelas.
Sementara di sudut warung, Jabrik menyendiri. Ke dua matanya menatap awan, lalu ia tersenyum. Kemudian menutup wajah dengan telapak tangan kanannya sambil tersipu malu. Berulang-ulang.
Jefry dan Roy yang mengawasi tak jauh dari Jabrik duduk, merasa aneh. Segera mereka merapat.
Jefry duduk di sebelah Jabrik, “Ehm.. yang lagi senyum- senyum, dewekan aja nih.”
Jabrik loncat seketika setelah mendengar suara pelan melintas di telinga. Dengan wajah malu-malu kambing, ditoyornya kepala Jefry. “Elo datang-datang, ganggu Gua aja.”
“Lagian, dari tadi nyampe sini sampai sekarang, senyam senyum aja. Ada apaan seh? Cerita dong !” Sahut Roy
“Jangan-jangan abis dapat proyek gede nih dari si Babeh?” Tangan Jefry mulai memijit-mijit pundak Jabrik.
Jabrik meringis, “Ah, elo berdua pengen tau aja. Ini masalah pribadi cuy. Sana- sanaaaa….!” Sambil menepis tangan Jefry.
“Pake rahasia-rahasian segala nih?” kedua tangan Roy ikut membantu memijit tangan kanan Jabrik