Mereka pun berlarian kearah yang ditunjukkan oleh sang anak. Benar saja selokan yang memanjang itu seperti menghubungan cekungan danau ke arah sungai lubai. Para penduduk pun terheran-heran. Siapa yang membuatnya...? dan pastinya adalah air yang berada dicekungan itu mulai surut dan rumah penduduk tidak lagi banjir.
Ditengah keheranan penduduk itu, mereka semua dibuat kaget... seekor ular raksasa melompat dari tengah Danau Kebekan sambil berdesis mengeluarkan suara dan terdengar bunyi “gludar, gludar, gludar”. Ular raksasa itu pun seperti menari-nari diudara dan penduduk pun bersorak gembira sambil berteriak sesuai dengan bunyinya “gludai, gludai, gludai”.
***
Satu yang pasti sang pemuda gagah itu tidak pernah ditemukan dan tidak pernah kembali sampai hari ini. Sampai dengan saat ini masih banyak penduduk desa yang sering menyaksikan ular raksasa berwarna hitam dan sudah berlumut itu muncul ke permukaan Danau Kibekan diwaktu-waktu tertentu. Kemunculan gludai itu sering dikaitkan dengan datangnya suatu berita atau pertanda yang kurang baik untuk desa seperti akan terjadinya kemarau lama, kekeringan dan kelaparan serta akan datangnya suatu wabah seperti penyakit.
Selokan yang menyerupai lekukan tubuh ular yang membentang dari Danau Kibekan sampai ke Sungai Lubai itu untuk mengenang pemuda itu disebut oleh mereka dengan “sungai gludai”. Ular raksasa yang sering hilang timbul itu oleh penduduk desa untuk memudahkan penyebutan akhirnya juga disebut dengan “Gludai” (kemungkinan berasal dari kata “gludar” yang terdengar ketika ular itu melompat keluar dari tengah danau).
Gludai tidak pernah mengganggu penduduk desa dan penduduk desa juga tidak pernah berniat membunuh gludai sang ular raksasa itu. Benar-benar sinergi yang luar biasa antara penduduk desa dengan alamnya. Danau kibekan tidak pernah kering dan selokan itu pun sekarang sudah diperbaiki dan dibeton. Airnya mengalir deras ke sungai lubai. Banjir pun tidak pernah terjadi lagi... benar-benar legenda yang luar biasa.
***Gunung Raja Lubai Juni2016****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H