Mohon tunggu...
Fitriana Eka
Fitriana Eka Mohon Tunggu... -

Sabar aja denger ocehan gue....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Eventhe [Cerpen]

2 Januari 2014   15:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:14 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku hampir saja mati mematung. Karena tak memiliki pilihan lain, akhirnya sayup-sayup aku mengeluarkan suara isakan tangis, membiarkan beberapa benda seperti kursi maupun buku-buku di sekitar berterbangan di atas ruang perpustakaan, dan ku biarkan diriku melayang di antara langit-langit ruangan. Ben terperanjat, keringatnya dengan mudah mengalir di sekitar wajahnya. Kali ini wajahnya benar-benar putih, pucat pasi. Kakinya memberi ancang-ancang untuk segera meninggalkan ruang perpustakaan. Aku pun menghentikannya. Yang terpenting bagiku adalah Ben tak sempat hati mengambil buku tersebut.

Sebuah gaun nan cantik pun segera aku gunakan. Dengan angkuh aku berjalan menggunakan sepasang sepatu yang menimbulkan bunyi “Tuk, tuk, tuk.” untuk menghampiri Ben. Jantungnya sempat berdetak tak selaras ketika ia menemui sosok aku di hadapannya, ia menghela nafas panjang. Lalu tersenyum.

“Akhirnya kau datang.”

“Ada apa denganmu? Kau baik-baik saja bukan?” mimik mukaku dengan pandai menunjukkan kekhawatiran.

“Ak.. Aku tidak apa-apa.”

“Sungguh? Mukamu sangat pucat. Sini biar ku usapkan keringatmu.”

Ben mengizinkan tanganku mengusap wajahnya. Ini merupakan pertama kalinya aku memandang wajah Ben lebih dekat, bahkan aku bisa menyentuh wajahnya meski harus melalui perantara sebuah sapu tangan yang ku gunakan, pandangannya semakin membutakanku.

“Kau sungguh cantik dengan gaunmu.”

Aku hanya tersenyum simpul membalasnya. Rupanya aku bukan hanya saja pandai mengubah mimik mukaku menjadi mimik wajah seorang yang khawatir. Aku juga pandai menyembunyikan rasa gugup akan rayuannya yang membuatku jatuh dalam jurang yang sangat nyaman tersebut. Setelah selesai membersihkan, ia mengambil posisi duduk tepat di depanku. Aku terkesima.

“Terimakasih, cantik. Ehm Evly, sebenarnya sudah lama aku ingin membicarakan suatu hal kepadamu.” Ah, aku sangat suka caranya menyebut namaku.

“Kembali kasih. Boleh, tentang hal apa itu Ben?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun