Mohon tunggu...
Fika Fatiha
Fika Fatiha Mohon Tunggu... Lainnya - Beriman, Berilmu, Beramal

Menulis Karena Ga Bisa Menggambar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dengan Trikotomi Kendali Ala Filsuf STOA Hidupmu Jadi Lebih Tenang

18 April 2022   15:59 Diperbarui: 2 Mei 2022   20:19 2068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamulah tuan bagi dirimu sendiri, kamulah yang mengatur apakah kamu mau sedih ataupun senang" -- Pidi Baiq

3. Hal-hal yang SEBAGIAN dibawah kendali kita

Rasanya kalo dikotomi kendali (dua hal-hal yang ada di bawah kendali kita dan hal-hal yang ada di luar kendali kita) feel nya kita kayak berasa pasrah banget sama semua hal wkwkwkkw. Tapi filsuf stoa dan lainnya ga ngajarin kita sepasrah itu kok. 

Contoh kasus bullying misalnya yang diceritakan pada tindakan orang lain tadi, kita memang gabisa nebak kapan kamu bakal terkena bullying oleh orang sekitar, tapi di trikotomi kendali kamu di wajibkan untuk ga pasrah gitu aja, kamu punya kendali, usaha untuk bisa nyelesain ini semua.

Misal kalo kamu terkena bullying, maka kamu berhak untuk ngasih tahu dengan cara langsung menanggapi seseorang yang membully kita, karena biasanya orang yang membully, kita dijadikan objek (benda mati) oleh mereka, sehingga jika tidak di respons, maka orang tersebut akan terus membully-mu, tapi kalau kita bereaksi (merespons), orang lain bukan menganggap kita sebagai objek (benda mati) , tapi akan menganggap kita sebagai subjek (orang), jika sudah begitu bila kita meresponnya otomatis pilihan orang yng membully kita ada dua, yaitu meninggalkan kita karena keberanian kita dan yang kedua mereka akan terus mencari pembenaran. 

Nah cara menanggapi kedua hal tersebut tergantung dari kebijaksanaan kita meresponsnya, misal kita tarik nafas dulu untuk jernihin pikiran kita karena habis di bully, berpikirlah sejernih mungkin sebelum mengeluarkan kata-kata. Jika sudah ada baiknya kita beri tahu bahwa perbuatan membully itu salah dengan menyertakan alasan-alasan yang relevan, jika masih tidak mempan adukan kepada pihak yang berwenang, jika masih ga mempan juga (misal pihak berwenang malah membela si pembully) kembali ke cara terakhir, pasrahkan kepada-Nya Sang Maha Pembolak Balik Hati.

Contoh lain misalnya hal-hal yang sebagian di bawah kendali kita yaitu tentang "Perjalanan karier", hal-hal yang berada penuh dalam kendali kita adalah kita bekerja sebaik-baiknya, menunjukkan kompetensi kepada atasan/kolega, menjalin kerjasama yang baik dengan kolega, meningkatkan skill dengan berbagai cara (mengikuti pelatihan;membaca buku; menonton Youtube dll.). Hal tersebut merupakan yang berada di bawah kendali kita.

Tapi hal yang tidak ada di bawah kendali kita dalam perjalanan karier adalah Penilaian atasan/perusahaan (penilaian ini sifatnya Subjektif tergantung atasan), bisa jadi alasannya karena keputusan pengangkatan jabatan, dan gosip/politik kolega. Nah dari sini hal yang diluar kendali kita yaitu outcome (hasil yang didapatkan) itu sepenuhnya bukan kehendak kita, jadi jika hasilnya tak sesuai (misal kita ga diterima kerja di perusahaan A atau kita ga naik jabatan padahal udah berusaha semaksimal mungkin) sepatutnya kita tidak perlu emosi, tidak perlu khawatir, karena hasil ini diluar kendali kita. "Jadi pernyataan proses tidak akan mengkhianati hasil itu salah dong ya?" Hahahahha lagi-lagi itu tergantung kebijaksanaan kita menanggapinya seperti apa, yang jelas lakukan sebaik mungkin yang kita bisa, hasilnya? Serahkan semuanya kepada Allah.

Contoh lain adalah tentang hubungan kita dengan orang lain, misal dalam sebuah hubungan entah dengan siapapun itu (keluarga, sodara, gebetan, teman, pasangan dll.) tentang hubungan dengan mereka yang ada di bawah kendali kita yaitu kita bisa memberikan perhatian cukup kepada mereka, kita berikan kasih sayang kepada mereka, hal-hal semacam itu ada dibawah kendalimu, tapi bila hasilnya kamu mendapati dia malah sebaliknya ke kamu, mereka malah ga punya perasaaan sayang balik ke kamu (seperti yang kamu kasih ke dia), yaudah terima, karena hal itu bukan dibawah kendali kamu, tapi di luar kendali kamu. Ingat, ga usah khawatirin hal yang ada di luar kendali kamu, lagi-lagi, pasrahkan semuanya kepada Allah Sang Maha Pembolak-Balik Hati.

"Aku mencintaimu, biarlah, ini urusanku. Bagaimana kamu kepadaku, terserah, itu urusanmu" - Pidi Baiq

Di Al-Qur'anpun sama, ada banyak ayat yang mengajarkan untuk kita bersyukur atau berpasrah diri kepada-Nya, tapi disisi lain Allah SWT juga menghendaki kita untuk berusaha mengubah kita dengan kemampuan kita sendiri, ga sepasrah itu, ga secandu itu terhadap ke pasrahan, ayat Al-Qur'an kalo kita kaji lagi banyak ayat yang menerangkan supaya kita mengubah dengan semaksimal mungkin dari kemampuan kita, seperti, Sesungguhnya Allah SWT Tidak akan mengubah suatu kaum jika bukan kaum tersebut sendiri yang mengubahnya (Q.S Ar-Rad ayat 11) . 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun