Mohon tunggu...
Fika Fatiha
Fika Fatiha Mohon Tunggu... Lainnya - Beriman, Berilmu, Beramal

Menulis Karena Ga Bisa Menggambar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dengan Trikotomi Kendali Ala Filsuf STOA Hidupmu Jadi Lebih Tenang

18 April 2022   15:59 Diperbarui: 2 Mei 2022   20:19 2068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pergulatan kehidupan baik di dunia nyata maupun di dunia maya sering acapkali di kategorikan berbeda, padahal jika dirimu dapat momen menyebalkan di dunia nyata pasti kamu ngasih tau dunia maya kamu, bikin postingan di sosial mediamu tentang kejamnya orang-orang hari ini. Pun sebaliknya, kalo kamu dapet sesuatu hal yang bikin iri, bikin overthingking, bikin sakit hati di sosial media, kamu juga akan bawa kesakit hatian itu ke real life. Jadi gaenak makan, stres banget mikirin hal itu, akhirnya semua kehidupan jadi berantakan gitu aja.

Stres, overthingking, kepedihan, kesedihan itutuh ngga serta merta digambarkan pada jaman sekarang aja. Pemikiran-pemikiran tentang hidup tenang supaya ga stres tuh udah dipikirin sama fisuf-filsuf Yunani Kuno dari jaman baheula. Jadi para filsuf ini dinamai dengan nama para Filsuf Stoa/stoic/stoicsm. Dari para filsuf Stoic ini dikembangkan lagi pemikirannya oleh beberapa ahli seperti psikologi adler dll. 

Nah ternyata, kalo untuk ngebuat hidup kita jadi tenang harus ada suatu hal-hal yang perlu kita sadari. Yaps, ini bukan trik ataupun suatu cara, tapi kita harus menyadari hal ini, sadar sesadar-sadarnya. Para fisuf ini membaginya ke dalam 3 hal yang dinamai dengan Trikotomi Kendali. 

Trikotomi itu maksudnya adalah 3 pembeda. Kendali disini berarti kontrol. Untuk hal yang sifatnya tentang kendali (kontrol) ini dibedakan menjadi tiga yaitu; Hal-hal yang tidak di bawah kendali kita (eksternal), hal-hal yang ada dalam kendali kita (internal) dan hal-hal yang sebagian ada dalam kendali kita. 

Tiga penyebab ini jika kita tidak menyadarinya maka sampai kapanpun kita akan terus terkung-kung dalam suatu hal yang bisa menjerumuskan kita kedalam yang seharusnya tidak kita pikirkan. Uraiannya tentang trikotomi tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Hal-hal yang Tidak di Bawah Kendali Kita

Hal-hal yang tidak dibawah kendali kita ini berarti hal yang bukan ada dalam diri kita, berarti, berada di luar tubuhmu dan di luar pikiranmu. Dalam hal ini, diharapkan nantinya kita untuk tidak memfokuskan persoalan ini secara berlebihan. Apa saja hal yang ada di luar kendali kita:

  • Pendapat/Penilaian orang lain

Sering kali kita stress karena ada orang lain berpendapat "Duh kok kamu gendut/kurus banget sih" "Kamu kok lemoth banget jadi orang", "Kamu jelek, item, dekil, bau" "Kamu itu bodoh banget orangnya" hal-hal semacam ini yang keluar dari mulut atau ketikan jari orang lain bikin kita jadi stressssssss bangetttt bangettt bangetttttt. 

Tapi tahukah kamu, kamu gausah pusingin hal itu, semua pendapat tentang orang lain itu bukan kendali kamu, kamu gabisa ngubah orang tersebut untuk jadi apa yang kamu mau, karena ini ada di luar kendali kamu. 

Orang lain mau berpendapat apa ya ga masalah, Indonesia Negara Demokrasi, Negara yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat, hehe. Tapi ga sampe sini, Indonesia juga Negara Hukum, kebebasan berpendapat bukan berarti kamu sebebas-bebasnya bisa berpendapat, kita juga punya norma (aturan) yang harus kita jung-jung tinggi sebagai identitas Bangsa. 

Tapi kalo ada orang lain yang belum tahu akan hal ini ya kasih tahu aja, mungkin mereka memang belum tahu, bukan jadi marah-marah dan kesel dan kamu buang-buang energi kamu untuk fokus ke sana hehe. Jadi intinya penilaian orang lain yang bikin kita stres jangan di jadikan prioritas untuk kita memikirkannya secara berlebihan, karena kita memiliki latar belakang yang berbeda dan orang lain tidak tahu tentang latar belakangmu, oleh sebab itu be your self and be the best person versimu sendiri. 

  • Tindakan orang lain

Kamu pasti pernah kesel sama tindakan orang lain yang bikin kamu beneran jadi downnnnnnn banget. Kamu kayaknya udah di tahap bener-bener gapengen lagi ngerasain yang namanya hidup apalagi kalo tindakan dia itu seenak jidat kekita, misalnya nyuruh-nyuruh kita sembarangan diluar job desc kita lah. Atau misalnya kita dapet hari yang siallllll banget, amit-amit lagi kecopetan nih misalnya, nah kecopetan ini adalah tindakan orang lain ya kan, ini semua diluar kendali kita. 

Atau misalnya kita di bully, kita kayaknya suka banget ya nyalah-nyalahin diri sendiri dengan bilang "Yaudah ah da emang akumah pantes diginiin", abis dari statement ini kamu langsung, nyalahin keadaan, nyalahin orang sekitar, nyalahin orang tua yang ngelahirin kita kayak gini hingga akhirnya kita ada di titik jenuh banget buat hidup. Tapi percayalah, kamu gaboleh nyalahin diri kamu sendiri, nyalahin keadaan atau nyalahin orang sekitar. 

Tndakan orang lain ke kita itu di luar kendali kita. Kamu gabisa ekspektasiin semua orang akan baik ke kamu. Akan selalu ada orang lain yang bikin kita sakit hati karena tindakannya. Contoh yang di alami tadi, itu di semua di luar kendali kita, tindakan orang lain, itu di luar kendali kamu.

"Sakit hati itu karena Kau Nikmati Jika tidak sudah kau abaikan sejak awal" -- Pidi Baiq

  • Masa Lalu

Masa lalu disini tuh ada dua, ada masa lalu yang menyenangkan, ada pula masa lalu yang menyedihkan. Mungkin kita termasuk salah satu orang yang sebellll banget sama masa lalu yang menyedihkan. Kadang kita malu kalo misalnya liat kelakuan kita jaman dulu bikin jijik dan geli. Bayang-bayang masa lalu tersebut akhirnya bikin kita jadi trauma sampe sekarang. 

Masa lalu juga ada yang bikin menyenangkan, liat jaman dulu kalo kita bayangin mungkin pernah ada di titik bahagia banget, kita pernah di hormati orang lain, di cintai oleh lingkungan sekitar, pernah berprestasi dan hal menyenangkan lainnya yang ga kita dapetin di hari sekarang.

Tapi percayalah, kalo hidup kita terus saja terbelenggu dengan masa lalu baik itu yang menyenangkan ataupun yang menyedihkan, kita jadi lupa sama hari ini, kita menciptakan bayang-bayang itu di otak kita sehingga kita lupa dan ga sadar bahwa kita udah ga hidup di jaman itu, kita hidup ya di detik ini. Masa Lalu itu benar-benar tidak dibawah kendali kita, kita tidak bisa mengubah masa lalu. Masa lalu cukuplah hanya dijadikan kenangan dan motivasi diri, tak perlu harus di jadikan trauma yang semengerikan itu atau tak perlu dijadikan kebanggaan bila masa lalu itu menyenangkan. Hidup, bergerak, dan produktivlah mulai dari detik ini dan hari ini. 

  • Masa Depan

Kita sering kali merisaukan masa depan, ambisius dengan persaingan akan jadi seperti apa kita nantinya. Karena hal tersebut lalu kita merasa khawatir dan takut akan masa depan, kisi-kisi masa depan yang semenakutkan itu akhirnya membuat kita jadi takut kalah bersaing, takut tidak jadi "orang sukses" yang di stigmakan oleh masyarakat. Akibat ketakutan tersebut, akhirnya kita menciptakan dunia masa depan kita sendiri dengan khayalan-khayalan kita pada saat melamun dan menjelang tidur. 

Di dalam khayalan itu kita menciptakan skenario hidup yang luar biasa indahnya, skenario hidup tanpa ada kesakitan apapun, dalam khayalan itu biasanya kita membuat skenario kita menjadi orang yang kaya raya, dianggap ganteng/cantik oleh orang lain, di hormati orang banyak, pintar, berwibawa dll.

Kita membuat skenario tersebut secara berlebihan hingga membuat kita lupa bahwa kita bukan hidup di masa depan yang kita bayang-bayangkan. Ingat, sadarlah, kita tak hidup disana, kita hidup saat ini, detik ini, hari ini. 

Terlalu membayangkan skenario masa depan yang berlebihan akan membuatmu lupa akan hari ini, mungkin kau menarik selimutmu secara terus-terusan, berkhayal secara berlebihan hingga kau lupa bahwa kau hidup di hari ini, maka bergeraklah untuk hari ini, untuk saat ini hidup di detik ini, bukan di khayalan masa depan yang berlebihan. 

Akibat dari kita terlalu larut dalam bayang-bayang skenario masa depan tersebut kita jadi melupakan tubuh kita sendiri di hari ini, kita melupakan keluarga, kita melupakan sodara, kita melupakan orang-orang sekitar kita hingga pada akhirnya lagi-lagi kita membenci diri kita sendiri dan orang lain karena menganggap mereka tidak sesuai dengan apa yang ada dalam ekspektasi bayangan." Masa depan adalah akumulasi dari yang kita lakukan hari ini. Masa depanmu tergantung dari apa yang kamu lakukan hari ini, maka fokus dan bertumbuhlah mulai detik ini agar tidak menyesal di kemudian hari ".

"Ibaratnya Seperti Kamu Menyalakan Lampu Di Ruangan. Untuk Membuat Ruanganmu Terang Tentu Kamu Tidak Meletakkan Lampu Tersebut Di Belakangmu Atau Di Depanmu, Kamu Meletakkan Lampu Tersebut Di Atas Kepalamu. Maka, Sama Seperti Kehidupan, Untuk Membuatmu Semakin Terang Kamu Tidak Bisa Terus-Terusan Terkungkung Dengan Masa Lalumu (Yang Dibelakangmu) Dan Masa Depan (Yang Ada Di Depanmu) Terang Yang Seterang-Terangnya Adalah Ketika Kamu Hidup Dan Bergerak Untuk Hari Ini."

  • Ekspektasi Orang Lain Terhadapmu

Istilah beban keluarga hari ini mungkin tak terdengar asing di telinga kita. Setelah kita lahir ke dunia, belajar berbicara, belajar berjalan, belajar membaca, hingga akhirnya ber-Sekolah tentu muncul ekspektasi orang lain terhadap kita. Daripada disebut ekspektasi atau harapan, aku lebih setuju hal ini disebut dengan "Tuntutan Orang Lain".

Orang lain menuntut kita untuk mencapai kesuksesan dari standar stigma masyarakat di sekitar kita, contoh sukses versi masyarakat biasanya gaakan di sebut sukses kalo gajimu belum 3 digit atau belum sukses kalo belum punya rumah dan hal lain sebagainya. Tuntutan tersebut bila tidak terpenuhi biasanya menjadi buah bibir orang-orang kalo kita ga mencapai kesuksesan menurut standar mereka. 

Kitapun biasanya jadi objek untuk dijadikan ajang perbandingan dengan orang lain "Apah?? kamu masih gitu-gitu ajah padahal udah Sekolah tinggi-tinggi? Liat dong si Markonah udah punya emas 250 kilo gram, tanah 7.000 hektar, punya 5000 unit rumah padahal cuman tamatan SD dan kamu yang Sekolah tamatan Perguruan Tinggi masih gini-gini aja? Yaampun, malu banget da akumah kalo jadi kamu" Hehehhe itu contoh aja bukan cerita nyata btw, nah pas mendengar pernyataan itu pasti kita auto kesel, keselllll banget, rasanya pengen najong ke kutub utara orang-orang yang bilang kayak gitu. Tapi inget, pendapat orang lain, ekspektasi orang lain itu di luar kendali kita. Dan tentunya jangan sampai tuntutan orang lain itu menjadi bebanmu.

"Sakit hati terbentuk karena Ekpektasi"- Wira Nagara

  • Harta/Kekayaan

Well, mungkin beberapa orang ga setuju kalo misalnya harta/kekayaan itu jadi sesuatu hal yang di luar kendali kita. Tapi sadarlah, semua yang kita miliki ini itu hanya titipan, bahkan tubuhmu sendiripun itu adalah titipan, oleh sebab itu jika harta/kekayaan yang kita miliki tiba-tiba pergi (tanpa sebab yang ga bisa di perjuangkan) yaudah ikhlas. 

Harta dan kekayaan yang kita miliki itu merupakan kehendak Tuhan. Segala sesuatu yang kita miliki termasuk tubuh kita adalah milik-Nya. Sama kayak kita minjem barang ke orang lain, ga mungkin kan kalo misalnya barang pinjaman itu kita rusakin gitu aja...? 

Nah, persis sama kayak tubuh ini, tubuh kita ini milik Tuhan, kita cuman minjem doang, oleh sebab itu masa sih kita tega untuk ngancurin tubuh kita ini dengan hal-hal stres/kekhawatiran yang ada di luar kendali kita. Kalo udah di kasih pinjem ya rawat dengan baik, jika kamu merawatnya dengan baik berarti itu merupakan salah satu tindakan rasa syukurmu atas apa yang kamu miliki selama ini, termasuk tubuhmu.

Tadi kita udah bahas hal apa aja yang ga perlu kita stresin ya kan? Hal yang bikin kita stres dan jadi ga tenang itu semua ternyata ada di luar kendali kita. Pendapat/Opini/Penilaian orang lain, tindakan orang lain, masa lalu dan masa depan, ekspektasi orang lain itu semua ada di luar kendali mu, jadi jangan di gede-gedein yang bikin kita malah jadi trauma dan stress. 

Nah yang urgent lagi nih, sekarang kita perlu tau apa aja sih hal-hal yang ada di bawah kendali kita, di bawah kendali tubuh kita dan pikiran kita (ini yang perlu kita prioritasin). Oke, ini dia:

2. Hal-hal yang di Bawah Kendali Kita

  • Pikiran/Opini/Persepsi Kita

Nah, pikiran kita, opini kita, ini ada di bawah kendali kita sepenuhnya. Artinya tak ada orang lain yang bisa menghalangi dirimu untuk memikirkan apapun, termasuk pikiran dan persepsi tentang pendapat orang lain yang di tujukan kepada kita. 

Kalau misalnya dirimu diperpektifkan dan dikomentari jelek oleh orang lain, inget, itu dibawah kendali kita, yang ada dalam kendali kita adalah pikiran kita, bagaimana kita menyikapinya.

Misal jika kita mendapati komentar jahat disertai amarah yang di tujukan kepada kita, kita perlu ingat bahwa kemarahan itu datangnya dari api, dari syaiton, secara empiris api (amarah) itu akan berhasil dipadamkan jika dengan air (ketenangan) , "berarti kita perlu nyemprotin air dong ke yang marah ke kita" Ya ga gitu juga!!........, Percikan amarah yang sampai kepada hati kita dari orang lain, jika tidak kita kendalikan, percikan itu lama-lama akan menjadi api ke dalam diri kita, oleh sebab itu bila api amarah di balas dengan api amarah maka kedua hal tersebut bukannya memadamkan malah menambah api yang terbakar sehingga tidak akan pernah selesai.

Oleh sebab itu, bila hati kita diliputi rasa penuh amarah maka tarik nafas yang dalam, tarik nafas yang dalam ini akan meredakan emosimu sejenak, (ibarat di hati kita lagi ada api terus kamu kasih tiupan udara ke hati kita, maka perlahan api itu pasti akan padam), menarik nafas yang dalam juga membuatmu berhenti sejenak untuk berpikir agar kata-kata yang keluar tidak serta merta keluar begitu saja secara reflek tanpa di pikirkan terlebih dahulu. 

Menarik nafas yang panjang selama beberapa kali membantumu berpikir jernih sehingga kata-kata yang dikeluarkan yang tadinya akan marah luar biasa bisa jadi lebih terkontrol.

Tentunya mengontrol emosi ini ngga serta merta bisa dilakukan langsung permanen sama kita, semuanya perlu di latih. Jadi kalo misalnya kamu ga bisa nahan kontrol emosi padahal udah baca artikel ini, itu bukan berarti kamu gagal, segala sesuatu tuh butuh proses kok, maka cintai proses tersebut supaya kamu dapet maknanya, jadi jangan sampai karena kita ga bisa ngontrol emosi kita malah berpendapat "ah kayaknya da akumah emang gini orangnya, gabisa-gabisa-gabisa" eitsss ngga, kamu bukan gabisa, tapi belum terbiasa aja.

"Mungkin kau tak bisa mengubah kehidupan, tapi kau bisa mengubah di dalam cara memandangnya"-Pidi Baiq

Rasulullah SAW pun mengajarkan kepada kita cara ketika kita akan meredam amarah, yaitu bila kita mendapati amarah ketika kita berdiri maka duduklah, bila kita mendapati amarah ketika sedang duduk maka berbaringlah, bila kita masih mendapati amarah padahal sudah berbaring maka berwudhulah, Masya Allah, bahkan Islam sudah mengajarkan hal-hal tersebut sedari dulu untuk bisa meredam amarah. Bila sudah berwudhu yang afdol memang langsung Sholat, aduin hal tersebut ke Allah SWT Sang Maha Pembolak Balik Hati.

  • Tindakan Kita

Tindakan orang lain tak bisa kita kendalikan karena hal ini ada di luar kendali kita.. Nah yang bisa kita fokus kendalikan adalah tindakan kita sendiri. Tubuhmu, pikiranmu, otot-otomu itu ada dibawah kendalimu bukan di bawah kendali orang lain. 

Semisal kamu saat ini merasa memiliki kesehatan yang kurang dikarenakan sebab-mu (bukan karena kecelakaan/pergantian musim dan penyakit eksternal lainnya) contohnya karena begadang, terlalu banyak main HP/Computer, terlalu banyak bersocmed dll. Kamu yang membiarkan tubuhmu menjadi sakit pusing dan gampang lelah misalnya, itu karena pola hidupmu yang kurang sehat, padahal pola hidupmu, tindakan yang kamu lakukan, itu tergantung atas kendalimu. 

Maka dari itu kendalikan dirimu untuk tidak melakukan hal-hal yang membuatmu malah merusak dirimu sendiri. Yaitu dengan apa? Dengan tidak terlalu berlebihan memikirkan hal-hal yang di luar kendali kita.

"Kamulah tuan bagi dirimu sendiri, kamulah yang mengatur apakah kamu mau sedih ataupun senang" -- Pidi Baiq

3. Hal-hal yang SEBAGIAN dibawah kendali kita

Rasanya kalo dikotomi kendali (dua hal-hal yang ada di bawah kendali kita dan hal-hal yang ada di luar kendali kita) feel nya kita kayak berasa pasrah banget sama semua hal wkwkwkkw. Tapi filsuf stoa dan lainnya ga ngajarin kita sepasrah itu kok. 

Contoh kasus bullying misalnya yang diceritakan pada tindakan orang lain tadi, kita memang gabisa nebak kapan kamu bakal terkena bullying oleh orang sekitar, tapi di trikotomi kendali kamu di wajibkan untuk ga pasrah gitu aja, kamu punya kendali, usaha untuk bisa nyelesain ini semua.

Misal kalo kamu terkena bullying, maka kamu berhak untuk ngasih tahu dengan cara langsung menanggapi seseorang yang membully kita, karena biasanya orang yang membully, kita dijadikan objek (benda mati) oleh mereka, sehingga jika tidak di respons, maka orang tersebut akan terus membully-mu, tapi kalau kita bereaksi (merespons), orang lain bukan menganggap kita sebagai objek (benda mati) , tapi akan menganggap kita sebagai subjek (orang), jika sudah begitu bila kita meresponnya otomatis pilihan orang yng membully kita ada dua, yaitu meninggalkan kita karena keberanian kita dan yang kedua mereka akan terus mencari pembenaran. 

Nah cara menanggapi kedua hal tersebut tergantung dari kebijaksanaan kita meresponsnya, misal kita tarik nafas dulu untuk jernihin pikiran kita karena habis di bully, berpikirlah sejernih mungkin sebelum mengeluarkan kata-kata. Jika sudah ada baiknya kita beri tahu bahwa perbuatan membully itu salah dengan menyertakan alasan-alasan yang relevan, jika masih tidak mempan adukan kepada pihak yang berwenang, jika masih ga mempan juga (misal pihak berwenang malah membela si pembully) kembali ke cara terakhir, pasrahkan kepada-Nya Sang Maha Pembolak Balik Hati.

Contoh lain misalnya hal-hal yang sebagian di bawah kendali kita yaitu tentang "Perjalanan karier", hal-hal yang berada penuh dalam kendali kita adalah kita bekerja sebaik-baiknya, menunjukkan kompetensi kepada atasan/kolega, menjalin kerjasama yang baik dengan kolega, meningkatkan skill dengan berbagai cara (mengikuti pelatihan;membaca buku; menonton Youtube dll.). Hal tersebut merupakan yang berada di bawah kendali kita.

Tapi hal yang tidak ada di bawah kendali kita dalam perjalanan karier adalah Penilaian atasan/perusahaan (penilaian ini sifatnya Subjektif tergantung atasan), bisa jadi alasannya karena keputusan pengangkatan jabatan, dan gosip/politik kolega. Nah dari sini hal yang diluar kendali kita yaitu outcome (hasil yang didapatkan) itu sepenuhnya bukan kehendak kita, jadi jika hasilnya tak sesuai (misal kita ga diterima kerja di perusahaan A atau kita ga naik jabatan padahal udah berusaha semaksimal mungkin) sepatutnya kita tidak perlu emosi, tidak perlu khawatir, karena hasil ini diluar kendali kita. "Jadi pernyataan proses tidak akan mengkhianati hasil itu salah dong ya?" Hahahahha lagi-lagi itu tergantung kebijaksanaan kita menanggapinya seperti apa, yang jelas lakukan sebaik mungkin yang kita bisa, hasilnya? Serahkan semuanya kepada Allah.

Contoh lain adalah tentang hubungan kita dengan orang lain, misal dalam sebuah hubungan entah dengan siapapun itu (keluarga, sodara, gebetan, teman, pasangan dll.) tentang hubungan dengan mereka yang ada di bawah kendali kita yaitu kita bisa memberikan perhatian cukup kepada mereka, kita berikan kasih sayang kepada mereka, hal-hal semacam itu ada dibawah kendalimu, tapi bila hasilnya kamu mendapati dia malah sebaliknya ke kamu, mereka malah ga punya perasaaan sayang balik ke kamu (seperti yang kamu kasih ke dia), yaudah terima, karena hal itu bukan dibawah kendali kamu, tapi di luar kendali kamu. Ingat, ga usah khawatirin hal yang ada di luar kendali kamu, lagi-lagi, pasrahkan semuanya kepada Allah Sang Maha Pembolak-Balik Hati.

"Aku mencintaimu, biarlah, ini urusanku. Bagaimana kamu kepadaku, terserah, itu urusanmu" - Pidi Baiq

Di Al-Qur'anpun sama, ada banyak ayat yang mengajarkan untuk kita bersyukur atau berpasrah diri kepada-Nya, tapi disisi lain Allah SWT juga menghendaki kita untuk berusaha mengubah kita dengan kemampuan kita sendiri, ga sepasrah itu, ga secandu itu terhadap ke pasrahan, ayat Al-Qur'an kalo kita kaji lagi banyak ayat yang menerangkan supaya kita mengubah dengan semaksimal mungkin dari kemampuan kita, seperti, Sesungguhnya Allah SWT Tidak akan mengubah suatu kaum jika bukan kaum tersebut sendiri yang mengubahnya (Q.S Ar-Rad ayat 11) . 

Tetapi hasilnya tetap, serahkan semuanya ke Allah SWT, yang penting kita udah usaha semaksimal mungkin. Dan inget, usaha kitapun jangan bikin kita jadi sombong karena usaha sendiri, usaha yang kita capai di titik ini itu karena Allah SWT memampukan kita untuk melakukannya. Lagi-lagi kita perlu merendah diri bahwa semua yang di lakukan terhadap kebaikan adalah kehendak Allah SWT.

Jadi, setelah kita tahu ada trikotomi kendali ini, kita jadi tahu dan sadar bahwa ternyata penyebab stress, tidak tenang, overthingking, insecure, trauma dan hal negatif lainnnya itu bukan karena keadaan, tapi, karena kita terlalu memikirkan hal-hal yang ada di luar kendali kita secara berlebihan. Maka itulah penyebab stress kita sesungguhnya. Kita harus menyadari bahwa ada batas-batas tertentu yang tidak bisa kita rubah. Kembali kepada penerimaan diri, mengetahui dan mengenal diri sendiri akan jauh lebih baik dari apapun.

Biasanya, rasa curiga terhadap orang lain dan benci terhadap orang lain dapat langsung di kenali dalam kehidupan sosial, tapi curiga dan benci terhadap diri sendiri cenderung kurang dikenali. Ibarat kata pepatah, "gajah di pelupuk mata tidak terlihat tapi semut di ujung sebrang sungai sana malah terlihat". Kesalahan kita yang segede gaban ga keliatan tapi kesalahan orang lain yang kecilll banget itu keliatan banget sama kita. 

Maka, cobalah untuk membuat skala prioritas, priorotaskan dulu kepedulian itu terhadap diri sendiri, eksplor apapun yang kita bisa semampu kita, kalau misalnya belum nemu tujuan kita, berarti kita memang butuh orang lain untuk tahu tujuan kita. Jangan lupakan peran keluarga, pasangan, saudara, teman, orang lain dll., yang akan bisa bantu kita dalam mencari arti hidup.

Kalo udah tahu tujuannya mau kemana, maka kamu akan menemukan letak kebahagiaan sejati yang stigma standar kebahagiaannya tidak tergantung orang lain, melainkan menciptakan kebahagiaan versi sendiri, asal kebahagiaan itu tidak bertentangan dengan norma yang ada maka kamu akan sangat menjadi pribadi manusia yang seutuhnya. 

Mencintai diri sendiri dan dicintai orang lain itu (Bonus), tapi ada satu yang gaakan pernah pergi dari kita, yaitu Allah, kalo kita cinta ke Allah maka Allah juga akan balik lebih mencintai kita, hanya Dia satu-satu Nya yang tidak ada penawaran apapun. Dengan mencintai-Nya, maka kamupun akan lebih dicintai juga oleh-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

"Jika tidak meletakkan Allah dalam hati, jangan bertanya kenapa tidak ada ketenangan dalam diri" @depnyu

Jadi apakah benar dunia ini hanya perjalanan penderitaan? Ya, benar, dunia ini adalah penderitaan bila kamu menciptakan penderitaan itu sendiri. Lalu siapa yang menciptakan penderitaan ini? Kita sendirilah yang menciptakan hal tersebut secara tidak sadar, terlalu berlarut-larut dalam kesedihan tanpa memikirkan makna dibalik kesedihan tersebut. Kembalilah kepada-Nya. Dunia hanya sementara, maka bawalah bekal sebanyak-banyaknya untuk kita hidup di keabadian penantian. Wawlohualam Bissowab.

Referensi:

Al-Qur'an dan Hadits

Yeni, Muneta. 2020. BACA BUKU INI SAAT ENGKAU LELAH: Sesungguhnya Berpura-pura Bahagia Itu Melelahkan. Yogyakarta: PSIKOLOGI CORNER

Kishimi, Ichiro dan Fumitake Koga. 2017. BERANI TIDAK DISUKAI. Tokyo. Kirawareru Yuki.

Manampiring, Henry. 2019. FILOSOFI TERAS: FISAFAT YUNANI-ROMAWI KUNO UNTUK MENTAL TANGGUH MASA KINI. Jakarta: PT Media Kompas Nusantara.

Syalhub, Fu'ad Asyi. 2006. GURUKU MUHAMMAD. Depok: Gema Insani

https://youtu.be/15L0rNuor0Y (STOIC)

https://www.liputan6.com/regional/read/4940020/hukum-membunuh-begal-untuk-selamatkan-diri-dalam-perspektif-islam

https://www.youtube.com/watch?v=s7UIHjh4FDo (Tonton Part 1 dan 2 nya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun