Disusun Oleh:
Kelompok 4 Etik 05:
1. Achmad Andika Putra R.
2. Brillian Marreysa Putri
3. Fibi Rimadani
4. Muhammad Fadil Maulana
5. Muhammad Farel Syah Putra
6. Nhira Febriana Damayanti
7. Prameswa Azzahwa R.T.N.
8. Shola Faatikh B.N.K.
9. Versilia Penke Yomima W.
Perkembangan teknologi kesehatan digital dan kecerdasan buatan (AI) telah membawa kemudahan dalam dunia medis, meningkatkan efisiensi, aksesibilitas, dan kualitas layanan kesehatan. Namun, di balik segala kemudahan yang diberikan, terdapat tantangan etis yang perlu diperhatikan.
Privasi data pasien menjadi isu krusial, mengingat kerentanan informasi pribadi yang sangat sensitif. Selain itu, transparansi dalam pengambilan keputusan berbasis AI juga penting untuk mencegah bias yang dapat merugikan kelompok tertentu. Ketergantungan berlebihan pada teknologi juga berpotensi mengikis interaksi manusia yang penting dalam penyembuhan.
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan regulasi yang ketat, pengawasan yang cermat, serta pengembangan etika AI yang kuat. Prinsip-prinsip seperti otonomi pasien, keadilan, dan non-maleficence harus menjadi landasan dalam pengembangan dan penerapan teknologi ini.
Prinsip Otonomi Pasien
Prinsip otonomi merupakan salah satu prinsip etika di mana hak-hak pasien sangat dihormati. Perkembangan teknologi digital, terutama telemedicine dan aplikasi kesehatan, telah membawa perubahan signifikan terhadap otonomi pasien dalam pengambilan keputusan terkait kesehatan mereka. Dengan akses
informasi yang lebih luas dan cepat, pasien kini tidak lagi bergantung sepenuhnya pada dokter sebagai sumber pengetahuan tentang kesehatan.Â
Sebaliknya, mereka dapat mencari informasi dari berbagai sumber online, yang memungkinkan mereka untuk lebih aktif dalam proses pengambilan keputusan. Namun, pergeseran ini juga menimbulkan tantangan baru. Meskipun pasien memiliki akses informasi yang lebih banyak, namun kualitas dan akurasi informasi tersebut sering kali bervariasi, yang dapat membingungkan pasien dan mengarah pada keputusan yang kurang tepat.
Prinsip Keamanan dan Privasi Data
Data pribadi pasien seperti nama, jenis kelamin, dan alamat merupakan informasi yang menjadi privasi milik pasien, dimana setiap orang memiliki hak privasi yang melekat dalam dirinya. Hak privasi tersebut harus dijaga dan dilindungi kerahasiannya. Sebagai contoh penerapan prinsip keamanan dan privasi data dalam teknologi kesehatan digital bahwa segala bentuk pengambilan dan pengolahan data pribadi akan diproses mengikuti pedoman yang telah disampaikan pada kebijakan privasi dan berpegang pada regulasi hukum yang berlaku, selain itu juga dengan tidak menyebarluaskan informasi mengenai data pribadi tanpa izin pengguna dan selalu memberikan informasi terbaru mengenai perubahan kebijakan privasi kepada pengguna.
Prinsip Keadilan Akses terhadap Teknologi
Menurut WHO, keadilan dalam kesehatan berarti semua orang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan layanan kesehatan yang mereka butuhkan. Artinya, tidak boleh ada orang yang kesulitan mendapatkan layanan kesehatan karena alasan tertentu, seperti keterbatasan biaya atau tinggal di daerah terpencil.
Whitehead menjelaskan bahwa tujuan keadilan dalam kesehatan bukan untuk membuat semua orang sama sehatnya, tapi untuk menghilangkan hal-hal yang membuat orang tidak bisa sehat.
Prinsip Non-Maleficence dan Beneficence
Beneficence adalah prinsip dasar dalam etika yang menekankan pentingnya berbuat baik pada orang lain. Dalam konteks kesehatan, prinsip ini mewajibkan tenaga medis untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi pasien, baik dalam bentuk tindakan pengobatan, pencegahan penyakit, atau dukungan emosional. Prinsip ini menjadi landasan bagi pengambilan keputusan dalam dunia medis, namun penerapannya tidak
selalu mudah karena seringkali melibatkan pertimbangan yang mendalam.
Sedangkan prinsip non-maleficence, yaitu melarang tindakan yang membahayakan atau memperburuk keadaan pasien. Â Prinsip non-maleficence atau "tidak membahayakan" adalah konsep penting dalam dunia medis, terutama saat menghadapi situasi sulit seperti penyakit parah atau terminal. Prinsip ini menjadi dasar dalam pengambilan keputusan apakah harus melanjutkan atau menghentikan suatu perawatan. Intinya, setiap tenaga medis harus selalu menimbang baik buruknya suatu tindakan sebelum melakukannya.
Risiko dan Tantangan Teknologi dalam Kesehatan Digital dan AI
a. Keamanan dan Privasi Data Pasien
Salah satu tantangan terbesar dalam penerapan AI di bidang medis adalah keamanan dan privasi data pasien. Data medis yang digunakan dalam pengembangan model AI sering kali mencakup informasi yang sangat sensitif, seperti rekam medis, citra medis, dan data genetika.Â
Perlindungan data tersebut dari ancaman kebocoran atau penyalahgunaan menjadi sangat penting. Misalnya, data yang tidak terlindungi dapat diakses oleh pihak yang tidak berwenang, yang dapat merusak kepercayaan pasien terhadap sistem kesehatan.
b. Keakuratan dan Keandalan Model AI
Keakuratan dan keandalan sistem AI dalam medis sangat penting, karena kesalahan diagnosis atau rekomendasi pengobatan yang dihasilkan oleh algoritma dapat berakibat fatal. Untuk mencapai tingkat keandalan yang diperlukan, algoritma harus diuji secara rigor dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi sebelum diterapkan dalam praktik klinis.
c. Bias dalam Algoritma AI
Kecerdasan buatan diyakini dapat mengurangi bias dalam sistem pelayanan kesehatan, termasuk mengurangi kesalahan manusia dan bias kognitif yang dialami dokter saat membuat keputusan mengenai pengobatan yang paling tepat. Namun Algoritma AI juga dapat menyebabkan hasil yang bias. Algoritma AI yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan hukum dapat mengandung bias dan kesalahan, yang dapat mengakibatkan putusan yang tidak adil.
 d. Ketergantungan terhadap Teknologi
Dalam penerapan kesehatan digital dan AI jika tidak diimbangi dengan penguasaan ilmu akan menimbulkan dampak yang merugikan. Penggunaan AI dalam mengatasi masalah kesehatan akan menimbulkan ketergantungan jika dilakukan secara terus menerus tanpa adanya filter yang baik.Â
Jika sistem AI maupun kesehatan digital mengalami kesalahan atau kerusakan maka akan menimbulkan gangguan dalam proses pelayanan kesehatan. Diperlukan adanya pelatihan pada tenaga medis maupun tenaga kesehatan dalam pengoperasian teknologi, sehingga hal ini dapat
mengurangi risiko kesalahan dalam penggunaan teknologi.
Dengan demikian, kita dapat memanfaatkan potensi penuh dari teknologi kesehatan digital tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI