Mohon tunggu...
Mr. Fitrial Rustam
Mr. Fitrial Rustam Mohon Tunggu... profesional -

"Bersahabat dan Pehuh Toleransi"

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Berantas Korupsi Melalui Partai Politik

30 April 2014   22:29 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:00 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)

Jika jawaban dari kedua pertanyaan tersebut diterima dan dimenangkan oleh sebagian kecil rakyat Indonesia saja, maka dapat disimpulkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama masyarakat belum mengetahui itu karena sosialisasi partai dan kader partai tidak masksimal, kedua, misi dari partai hanya mementingkan kepentingan kelompok saja dan tidak mengakomodir seluruh kepentingan rakyat banyak. Hal yang serupa dengan pertanyaan tidak diterima dan dimenangkan oleh seruruh masyarakat Indonesia jika jawabannya tidak diterima dan tidak dimenangkan.

Konsep dasar cara-cara yang baik adalah demokrasi murni, murni semurni-murninya. Misi yang diusung dan disampaikan kepada masyarakat melalui kader-kader partai diterima dengan baik dan penuh kesadaran karena memiliki cara pandang yang sama dengan masyarakat tersebut tanpa ada unsur paksaan di dalamnya, tanpa ada karena sesuatu, oleh sesuatu apapun bentuknya.

Realita yang Muncul sampai Saat ini Pembinaan dan pengkaderan dilakukan intensif oleh partai. Dengan harapan para kader sebagai miniatur dari visi dan misi mulia partai yang tercermin dari cara berfikir, cara berbicara, sikap dan tindakan. Partai menginginkan bermunculannya sosok-sosok ketokohan baru terhadap kader yang mampu mengayomi masyarakat, memberikan solusi terhadap masyarakat, sebagai panutan bagi masyarakat, dan bijaksana bijaksana dalam mengambil keputusan.

Namun, saat ini sulit untuk menemukan kenyataan dan realitanya kader yang sesuai dengan harapan partai. Oleh karena itu, muncul pertanyaan-pertanyaan di benak kita. Apakah pengkaderan keanggotaan partai tidak dilakukan? Jika pengkaderan dilakukan, apakah materi pembinaan dan pengkaderan yang salah? Atau apakah memang diajarkan hal-hal yang salah terhadap kader partainya?

Kenapa muncul pertanyaan-pertanyaan itu dibenak kita? Karena realitanya, tindak dan tanduk serta perbuatan para kader partai jauh dari yang diharapkan misi awal partai dan juga masyarakat, bahkan bertentangan dari Undang-Undang Dasar dan Peraturan-Peraturan lainnya yang berlaku. Partai gagal menciptakan kader-kader yang berjiwa Pancasilais yang menjadi azas partai dan kader-kader yang agamais.

Kegagalan Partai Menciptakan Kader Politik Partai gagal menciptakan kader-kader yang berkualitas. Kegagalan tersebut bukan berarti menyurutkan langkah partai dalam mewujudkan misi mulianya. Berbagai alternatif carapun dilakukan untuk mencetak kader-kader partai. Alternatif bersyaratpun dilakukan, dijadikan dan boleh dijadikan dengan catatan-catatan. Dijadikan dan boleh dijadikan sebagai kader partai atas dasar kepentingan sesaat, individu dan atau golongan semata. Sehingga partai dan pimpinanpun berfikir; "partai/saya dapat apa jika dia, partai/saya jadikan sebagai kader partai". Dan begitu juga sebaliknya, si dia berfikir hal sama; "saya dapat apa dari partai jika saya jadi kader partai tersebut".

Ketika pemikiran seperti itu muncul, maka bermunculanlah kader-kader yang memiliki kepentingan sesaat dan untuk golongan semata, dan tidak lagi sejalan dengan misi partai. Kader tersebut muncul dengan sendirinya, baik itu yang dimunculkan oleh partai maupun kader yang memunculkan diri. Sehingga yang terjadi adalah rusaknya misi partai yang begitu mulia akibat dari kegagalan partai dalam menciptakan kader.

Kader-Kader Instan Partai Kegagalan partai dalam menciptakan kader akan merusak sistem, tatanan dan misi mulia partai. Misi mulia partai akan tercoreng seketika ketika kader instan ini muncul. Partai dan pemimpin partailah penyebab utamanya, karena kebijakan dan keputusan instan yang mereka buat sendiri. Kebijakan ini terjadi ketika partai tidak percaya diri terhadap kader-kader hasil didikannya sendiri.

Seketika menjelang pemilu, barulah muncul kader-kader berwajah baru. Jika kader yang muncul tersebut memiliki pandangan yang sejalan dengan partai, maka itu merupakan sebuah keuntungan bagi partai. Dan jika sebaliknya terjadi, maka partai akan dirugikan. Rugi dan untung partai yang berlandaskan misi partai tidak menjadi persoalan, yang penting ada, dan bisa jadi misi partai dikesampingkan.

Kader yang dimunculkan oleh partai dengan dua ketentuan berupa; popular atau tidak, dan kaya atau tidak. Kader yang boleh dimunculkan juga memiliki ketentuan yang sama, akan tetapi lebih cendrung kaya atau tidak.

Internal Partai Kehilangan Wibawa dan Kendali Ketegasan dan kewibawaan seorang pemimpin partaipun sudah tidak ada, ketika yang menjadi pegangan dalam berorganisasipun dirubah. Pemimpin partai tidak akan berani menegur bawahannya yang salah dan kaderpun akan berbuat sesukanya. Pemimpin partai akan malu menegur kesalahan kadernya karena dia sendiri melakukan hal yang sama dan kaderpun tak segan-segan berbuat kesalahan karena pimpinannya memberikan contoh yang salah. Sehingga di internal partai akan kehilangan kendali, wibawa dan harga diri, tetap kelihatan kokoh dan solit tampak dari luar. Hanya fatamorgana belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun