Ternyata tidak, di bawah kepemimpinan CEO barunya, John Chen Blackberry Limited kini bertransformasi menjadi perusahaan Cybersecurity.
Transformasi perusahaan menggunakan pendekatan organik dan non-organik dengan cara mengakuisisi Cyclance perusahaan yang mengembangkan detektor ancaman siber berbasis artificial intelligence (AI)Â
Sementara secara organik, Blackberry yang pada dasarnya memiliki kekuatan di sisi keamanan digital, mengkreasi solusi keamanan siber Internet of Things (IoT) dan QNX, sistem operasi yang digunakan untuk otomotif.
Karena pilihan waktunya tepat, saat ini cybersecurity memang menjadi isu yang terus mengemuka seiring perkembangan dunia digital yang luar biasa pesat.
Transformasi Blackberry dari perusahaan produsen teknologi seluler menjadi perusahaan yang fokus pada keamanan siber, bisa disebut berhasil.
Menurut situs resminya, Blackberry.com, solusi keamanan siber mereka kini melindungi 500 juta end point di seluruh dunia.
Operating system QNX milik Blackberry kini digunakan oleh lebih dari 175 juta kendaraan dari berbagai merek secara global.
Alhasil, per April 2024 laporan keuangannya menunjukan perkembangan yang positif, pendapatan totalnya mencapai US$ 815 juta , diprediksi akan meningkat 25 persen di akhir tahun yang sama.
Apa yang Kita Bisa Pelajari dari Blackberry
Kasus Blackberry ini secara keseluruhan memberikan pelajaran tentang kesuksesan, kegagalan secara ekstrim dan bagaimana akhirnya bisa survive.
Bagi investor yang gemar berinvestasi di saham-saham industri teknologi yang pertumbuhannya sangat cepat, Blackberry bisa menjadi pelajaran penting.
Berinvestasi di sektor teknologi yang sangat dinamis, tak bisa hanya berpatokan pada pemeringkatan, prediksi analis,maupun rekomendasi industri.