Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Melampaui Literasi Keuangan, Memutus Rantai Kecanduan Judi

13 September 2024   14:13 Diperbarui: 14 September 2024   09:38 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanyaannya kemudian, apa yang terjadi ketika seorang penjudi begitu yakin bahwa dirinya bakal menang padahal mereka tahu di ujungnya pasti kalah?

Pertanyaan ini menjadi salah satu hal yang banyak dieksplorasi dalam berbagai literatur Financial Behaviour - cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari keterkaitan antara psikologi dan keputusan keuangan seseorang.

Misalnya, ketika melihat polanya, kita kerap mendapati seorang penjudi berani bertaruh dalam jumlah tinggi atau mempertaruhkan uangnya terus menerus hanya karena di awal pernah merasakan kemenangan.

Perilaku seperti ini, menurut studi berjudul "Carry on winning: The gamblers’ fallacy creates hot hand effects in online gambling", disebut sebagai hot-hand fallacy, yaitu keyakinan bahwa kemenangan pada akhirnya dapat dirasakan dan ketika kemenangan tersebut sudah didapatkan, keyakinan tersebut membuncah semakin besar lagi.

Hot-hand fallacy ini menjadi teori dasar model bisnis operator judi, terutama yang online. Mereka membiarkan penjudi menang di awal dan beberapa kali setelahnya, tapi kalah untuk seterusnya.

For some extent, pola ini mirip ponzi scheme dalam investasi bodong. Diberi keuntungan terlebih dahulu untuk "dihajar" kemudian.

Bias psikologi lain yang sering menghinggapi para penjudi adalah "gambler's fallacy." Bias ini mendorong pemain judi agar tetap bertaruh karena beranggapan peluang untuk memenangkan "slot" misalnya akan semakin besar setelah kalah berulang kali.

Mereka merasa yakin rangkaian gambar atau karakter tertentu yang membawa pada kemenangan akan muncul karena belum pernah muncul sebelumnya.

Nyaris serupa dengan hot-hand fallacy, operator judi online juga menggunakan bias "illusion of control" untuk merangsang penjudi terus bertaruh dengan jumlah semakin besar. Operator judi akan memberikan kemenangan bagi penjudi dengan akun baru, alhasil penjudi berpikir "wah akun baru pasti menang nih, buat akun baru sebanyak-banyaknya" untuk mengikuti pola kemenangan awal.

Padahal tindakan itu adalah jebakan batman, seolah penjudi memiliki kendali penuh dan tahu rahasia memenangkan pertarungannya melawan mesin judi, hingga akhirnya mereka terjerat erat dalam pangkuan judi online.

Intinya, manipulasi bias psikologi yang dilakukan operator judi menunjukkan bahwa memberantas judi, terutama yang online, tidak cukup hanya dengan literasi keuangan. Dibutuhkan pendekatan lain seperti edukasi, pendekatan secara norma sosial serta keagamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun