Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Chilean Paradox, Nestapa Kelas Menengah Indonesia dan Tarif KRL Berbasis NIK

31 Agustus 2024   15:01 Diperbarui: 2 September 2024   16:51 1111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penumpang menunggu kedatangan kereta rel listrik (KRL) Commuterline tiba di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Kamis (9/5/2024) | KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA

Respon lain dari Pemerintah Chili untuk meredam aksi massa adalah dengan mengikuti sebagian besar poin-poin tuntutan masyarakat, yaitu membatalkan kenaikan tarif Metro, memulai proses penyusunan konstitusi baru untuk menggantikan konstitusi era Kediktatoran Augusto Pinochet yang dianggap tidak adil, melakukan perombakan kabinet besar-besaran serta menjanjikan penyelenggaraan Pemilu yang dipercepat, dengan janji Presiden Pinera tak maju lagi sebagai kandidat Presiden dalam Pemilu yang kemudian berlangsung pada 2021.

Reaksi kemarahan rakyat Chili yang bermula dari protes mereka terhadap kenaikan tarif Kereta Metro, menjadi titik balik penting dalam sejarah Chili, yang memicu perubahan sosial dan politik yang signifikan.

Padahal, di masa itu kondisi politik dan ekonomi Chili lagi bagus-bagusnya seperti yang tercermin dalam berbagai indikator ekonomi kunci saat itu, 

Geliat ekonomi di Chili relatif stabil dengan rata-rata pertumbuhan PDB sekitar 3% per tahun dalam beberapa tahun terakhir sebelum protes.

Tingkat kemiskinan di Chili terus menurun secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir, menjadi hanya 5-6 persen, salah satu yang terendah di Amerika Latin.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Chili termasuk yang tertinggi di Amerika Latin, menunjukkan kemajuan dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan standar hidup.

Tingkat perkapita Chili pada masa itu luar biasa tingga di angka 14.551 US Dollar, jauh lebih tinggi dari Indonesia dan salah satu yang tertinggi di kawasan Amerika Selatan.

Sayangnya, indikator ekonomi positif Chili ini tidak mencerminkan distribusi kekayaan yang sebenarnya di dalam masyarakat.

Meskipun Chili memiliki PDB per kapita yang relatif tinggi, negara ini juga mengalami tingkat ketimpangan pendapatan yang tinggi. Gini coefficient, yang mengukur ketimpangan pendapatan, berada di sekitar 0,45, menunjukkan distribusi kekayaan yang tidak merata.

Tingkat utang rumah tangga di Chili juga  relatif tinggi, terutama untuk biaya pendidikan dan kesehatan. Hal ini menjadi beban berat bagi banyak keluarga kelas menengah, yang jumlahnya mayoritas.

Di sisi lain, kelas menengah pun merasakan biaya hidup mereka semakin membengkak, terutama di kota-kota besar seperti Santiago, membuat banyak warga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Chilean Paradox

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun