Beberapa hari belakangan platform media sosial X atau dulu dikenal dengan nama Twitter diramaikan oleh dua kata dalam bahasa Inggris "Asian Value" yang kurang lebih memiliki arti harfiah dalam bahasa Indonesia adalah "nilai-nilai yang cenderung dianut oleh orang Asia."
Keriuhan terkait dua kata tersebut bermula, saat dua Podcaster Channel Youtube Total Politik Budi Adi Putro dan Arie Putra mewawancarai Komedian Pandji Pragiwaksono.
Dalam siniar yang diunggah pada 4 Juni 2024 dengan tajuk "Pandji Pragiwaksono Kaget Sama Jurus Andalan Prabowo?"
Di awal, perbincangannya berjalan mulus. Tetapi kemudian memanas setelah Arie bertanya  kepada Pandji soal sesnsitivas dirinya terhadap isu politik dinasti di Pemilu 2024 yang baru lalu.
"Kenapa Loe agak sensi kayaknya, Gue lihat ada sensitivitas soal politik dinasti, kan itu hak warga negara, mau loe dinasti atau tidak?" Tanya Arie seperti yang saya saksikan dalam Podcast tersebut.
Seperti kita tahu, Komedian yang saat ini bermukim di New York Amerika Serikat tersebut, tak hanya sekedar komedian dan artis, ia juga memiliki kepedulian dan pengetahuan yang cukup dalam tentang isu-isu sosial dan politik.
Isu-isu sosial politik kerap menjadi bahan baku yang ia olah menjadi materi komedinya. Sehingga tak heran jika Pandji cakap dalam menganalisa kedua hal tersebut.
Alih-alih menjawab pertanyaan Arie secara tuntas, Pandji membalikan pertanyaan yang sama secara sarkastis kepada sang penanya
"You saying this?" ujarnya.
Sepertinya Arie tak siap, dengan pertanyaan dan gugatan balik Pandji terhadapnya dalam menyikapi isu politik dinasti tersebut, dengan terbata-bata ia malah menjawab dengan kalimat panjang, muter-muter.
"Ini pernah digugat ke MK dan gugatan itu diterima loh oleh MK. Waktu itu dinasti enggak boleh maju, anak dari bupati nggak boleh maju, saudara dan istri bupati tak boleh maju," jelasnya.
Tak puas dengan jawaban itu, Pandji kembali melontarkan pertanyaan yang lebih menohok kepada Arie dan Budi, duo founder Total Politik
"Gue nggak nanya MK, Gue nanya loe," tegasnya.
Dari sinilah, munculah dua kata "Asian Value" yang kemudian dibahas gegap gempita oleh warganet.
"Gue sebagai warga negara konstitusional dong, Gue berbicara hak warga negara. Gue punya opini, gue Asian Value," terang Arie.
"Tapi loe punya opini kan, apa opini loe, menurut loe dinasti politik salah atau nggak?" kejar Pandji.
"Ini human right" jawab Arie.
Kilah Arie yang pendapatnya diimbuhi oleh Budi, tak dapat diterima oleh Pandji, terlihat kesal ia kemudian memaparkan pendapatnya tentang dinasti politik, ia mengatakan bahwa dinasti politik itu sama sekali tak ada hubungannya dengan human right.
Dinasti politik dianggap Pandji melanggengkan kejahatan di Pemerintahan, cikal bakal lahirnya praktik korupsi.
Karena dengan dinasti politik, anggota keluarga bakal saling menutupi kesalahan satu sama lain, para pelaku dinasti politik.
Dalam pandangan Pandji, apapun alasannya dinasti politik lebih besar madharatnya dibandingkan manfaatnya, bagi rakyat Indonesia.
Perdebatan ini kemudian diamplifikasi oleh warganet sehingga menguar ramai ditanggapi oleh banyak pihak.
Sebagian besar warganet, ramai-ramai merundung Arie dan Budi, seraya mengglorifikasi Pandji.Â
Asian Value dan Human Right yang dimention Arie yang diperdebatkan dengan Pandji, dijadikan bahan olok-olok oleh warganet
Mengutip sejumlah sumber referensi, Asian Value atau nilai-nilai Asia adalah istilah yang merujuk serangkaian norma, nilai, dan prinsip budaya yang diyakini menjadi ciri khas masyarakat Asia Timur dan Tenggara. Konsep ini mulai populer pada akhir abad ke-20, terutama dipromosikan oleh beberapa pemimpin politik dan intelektual di Asia, seperti Lee Kuan Yew, mantan Perdana Menteri Singapura.
Beberapa nilai-nilai yang acap dikaitkan dengan Asian Value antara lain, kolektivitas, penghormatan terhadap otoritas, disiplin dan kerja keras, keharmonisan sosial, keberhasilan akademik, dan keberpihakan pada keluarga.
Nah, nilai-nilai Asia terakhir ini lah yang mungkin menguatkan pendapat Arie  yang menghubungkan dinasti politik dengan Asian Value.
Meskipun demikian, Asian Value bukanlah konsep monolitik yang interpretasinya seragam dan penerapannya dapat bervariasi di berbagai negara dan konteks sosial.
So, apa sebenarnya yang terjadi sehingga urusan diskusi politik ringan, harus berakhir tak mengenakan bagi sebagian pihak.
Saya tidak tahu kekesalan Pandji itu dipicu oleh berbelitnya Arie dan Budi saat menjawab pertanyaan dirinya, atau karena kedua host podcast itu cenderung setuju dan menganggap dinasti politik itu dapat dibenarkan, yang berlawanan dengan pendirian dan cara berpikir Pandji.
Andai jawabannya, karena Arie serta Budi berbelit dan berkelit terkesan tidak jujur saat menjawab pertanyaannya, tak ada yang salah dengan kekesalan Pandji tersebut.
Namun, jika pemicu kekesalan Pandji  yang kemudian diiringi dengan hujatan bertubi-tubi terhadap Total Politik oleh sebagian warganet lantaran pendapat dan cara berpikir keduanya terhadap dinasti politik berbeda dengan Pandji, dalam prespektif kebebasan berpendapat  yang problematik justru Pandji dan para penghujat Arie dan Budi.
Terlepas dari substansi isu dinasti politik itu benar atau salah, bukankah perbedaan pendapat dalam suatu hal termasuk tentang dinasti politik, itu sah-sah saja di alam demokrasi seperti saat ini.
Memangnya semua orang, harus berpendapat dan berrpikir sama, serupa dan sebangun dengan cara berpikir dan pendapat Pandji, jika tidak mereka dianggap salah, bodoh, dungu dan layak dirundung?
Ini seperti  salah satu ciri-ciri  dari fasisme yang menekan perbedaan pendapat dengan cara-cara kurang beradab, "menganiaya" mereka yang berbeda pandangan dengannya.
Perbedaan pendapat dianggap sebagai kejahatan pemikiran, mereka yang menghujat bertindak seolah mereka polisi pikiran, siapa yang berbeda pendapat dengan mereka, akan dihukum dan dihakimi lewat perundungan.
Cara-cara fasis seperti itu diametral  dengan demokrasi, menghargai perbedaan pendapat versus membungkam perbedaan pendapat.
Bukan kah yang dijunjung tinggi oleh mereka yang berpendapat bahwa dinasti politik itu "jahat", lantaran salah satunya dianggap mencederai demokrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H