Pengakuan cukup mengejutkan datang dari penyanyi top dunia asal Inggris, Billie Eilish. Penyanyi peraih Grammy Award itu mengaku bahwa dirinya kecanduan pornografi.
Bahkan penyanyi yang kini berusia 21 tahun ini, merasa bahwa otaknya rusak karena kecanduan yang dialaminya cukup lama, sejak dirinya masih SD, saat berusia 11 tahun.
"Pornografi benar-benar menghancurkan otak saya dan saya merasa sangat hancur karena saya terpapar begitu banyak konten seperti itu," ujar Billie, seperti dilansir CNBCIndonesia.Com.
Pelantun lagu "Lovely" ini bahkan mengaku dirinya kerap bermimpi buruk setelah kecanduan pornografi menjadi bagian hidupnya.
Lah sebegitu dahsyatnya kah kecanduan pornografi itu?Â
Lantas Kecanduan Pornografi itu seperti apa sih dan apa saja indikatornya seseorang dianggap sudah menjadi pecandu konten-konten porno?
Mengutip situs Medical News Today, kecanduan atau adiksi, bukan sekedar keinginan atau minat yang kuat pada sesuatu hal.
Kecanduan adalah kondisi medis yang mengubah otak dan tubuh serta menyebabkan seseorang terdorong untuk terus menerus menggunakan zat tertentu atau menjadi bagian dalam sebuah aktivitas, meskipun sebenarnya ia sadar bahwa perbuatannya itu berpotensi membahayakan.
Sementara, pornografi secara etimologis berakar dari bahasa Yunani, yang berarti "menulis" dan "Pelacur."Â
Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi, pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi, dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan di masyarakat.
Secara umum masyarakat Indonesia saat ini menyebut konten-konten pornografi dalam diksi yang berawal dari film biru yakni "bokep"
Mengutip BBC.Com, akar dari pornografi itu sebenarnya adalah seni. Sejak awal keberadaan seni, seks dan segala hal yang berhubungan dengannya seperti alat kelamin pria dan wanita selalu menjadi subjeknya.
Hal tersebut terlihat dari temuan para ahli arkeologi yang mendapati gambar-gambar pantat, payudara, vagina, atau pun penis yang dilukis oleh para pelukis pra sejarah di gua-gua.
Kemudian, seiring perkembangan jaman, di awal abad ke-20 munculah pornografi dalam bentuk yang bisa lebih menstimulasi penikmatnya, yakni dengan gambar bergerak, mengutip Kompas.Com, film porno pertama kali dibuat pada tahun 1908 di Perancis dengan judul "Bedtime for The Bird"
Setelah itu film porno mulai banyak diproduksi, dan puncaknya pada dekade 1970 hingga 1990-an.
Belakangan, keberadaan teknologi digital dan internet menjadi surga baru bagi praktisi di bidang pornografi, penyebarannya begitu masif, hampir setiap orang bisa mengakses konten-konten pornografi dengan sangat mudah.
Selain itu pornografi saat ini telah menjadi sebuah industri yang turnover-nya berjumlah raksasa.
Bayangkan, diluar segala pernak-perniknya, menurut laporan yang dilansir  situs Business Insider, industri film porno saja secara global pada tahun 2019 menghasilkan perputaran uang sebesar US$ 100 milyar atau sekitar Rp.1.500 triliun, sama dengan setengah anggaran dan belanja Indonesia.
Pornhub yang merupakan situs porno nomor satu dunia, pada tahun yang sama dikunjungi oleh 42 milyar pengguna. Artinya ada sekitar 115 juta kunjungan per hari dari seluruh pengguna internet di dunia.
Belum lagi jika kita berbicara situs porno lain yang memiliki model bisnis baru seperti Onlyfans misalnya.
Tak pelak lagi  pornografi adalah sebuah industri yang sangat besar, dan dianggap sebagai bisnis legal di sejumlah negara. Diantaranya Amerika Serikat, Jepang, Hungaria, Republik Ceko dan di beberapa negara lainnya.
Makanya tak heran, jika kasus kecanduan seperti yang dialami oleh Billie Eilish terjadi pula pada jutaan bahkan milyaran manusia di dunia ini.
Alhasil, jenis adiksi baru yang disebut kecanduan pornografi mulai menjadi masalah besar, meskipun saat ini kecanduan pornografi masih dianggap tak lebih berbahaya dibandingkan kecanduan narkoba, alkohol atau judi.
Faktanya, menurut sejumlah sumber referensi yang saya dapatkan, kecanduan pornografi belum dikategorikan sebagai penyakit atau gangguan mental yang resmi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hanya mengkategorikan kecanduan pornografi sebagai perilaku seksual kompulsif.
Karena alasan itu, kecanduan pornografi cenderung disalahpahami dan belum bisa dijadikan diagnosis sebagai pemyakit mental.
Di  sisi lain, menurut keterangan sejumlah ahli seperti yang saya kutip dari DetikHealth, justru menemukan bahwa kecanduan pornografi merupakan adiksi yang paling sulit disembuhkan, lantaran menyerang persis ke "jantung" kemanusiaan.
Kondisi ini dapat terjadi lantaran seksualitas merupakan salah satu fitrah dan menjadi pendorong utama kepentingan manusia.
Kecanduan pornografi merujuk pada hasil penelitian yang dirilis situs Medical News Today adalah ketergantungan emosional seseorang hingga menimbulkan obsesi terhadap material-material berbau pornografi yang mengganggu kehidupan mereka sehari-hari, dan berkaitan dengan relasi antar personal bahkan hingga menganggu pekerjaannya.
Kalau mau jujur, mungkin hanya sedikit dari kita yang benar-benar belum pernah terpapar konten-konten pornografi, di tengah masifnya serbuan industri pornografi lewat kemajuan teknologi internet.
Awalnya mungkin saja karena iseng atau sekedar FOMO, tapi lama kelamaan karena kebanyakan konten porno menjual pemeran yang semlohai nan menggoda dengan fantasi yang menyenangkan bagi sebagian besar orang, lama-lama tingkat engagementnya menguat dan hasratnya menjadi seperti benar-benar terikat di dalamnya sehingga berujung kecanduan.
Namun untuk menentukan seseorang kecanduan pornografi atau tidak, butuh penilaian medis yang diagnosisnya dikeluarkan oleh ahlinya.
Mengutip situs addiction center, nilai-nilai moral yang dianut pribadi bukanlah parameter utama seseorang bisa didiagnosis kecanduan pornografi atau tidak.
Meskipun demikian, agar kita waspada, untuk diketahui, ada sejumlah gejala yang menandakan seseorang mungkin telah terpapar kecanduan pornografi, diantaranya :
Pertama, tak bisa menghentikan keinginan untuk terus melihat konten-konten pornografi.Â
Kedua, keinginan menikmati konten-konten porno itu bersifat eskalatif, dosisnya terus minta ditambah, lebih banyak variasi konten porno dirasakan lebih nyaman.
Ketiga, oleh karena keinginan yang eskalatif tadi maka waktu yang dihabiskan untuk menikmati konten porno akan semakin panjang, bahkan menyita sebagian besar waktu tanpa melakukan hal lain.
Keempat, lantaran otaknya telah dipenuhi oleh berbagai fantasi tentang seks yang kadang aneh dan cukup ekstrim dari konten pornografi, orang tersebut cenderung memiliki ide-ide tidak realistis saat berhubungan seks di dunia nyata.
Kelima, musabab ide-ide tentang seks yang aneh tersebut tak terimplementasikan, pecandu pornografi kemudian seperti kehilangan minatnya untuk berhubungan seks yang sesungguhnya.
Alhasil kecanduan pornografi menjadi salah satu pemicu ketidak harmonisan dalam sebuah rumah tangga, karena hubungan seks, sejatinya merupakan salah satu pilar terpenting saat mendirikan sebuah bangunan bernama pernikahan.
Keenam, pecandu pornografi seperti kehilangan minat pada pasangannya, karena ia akan mengacu pada bentuk tubuh artis-artis pemeran pornografi, yang pastinya lebih aduhai.
Tentu saja ini membuat pasangan yang bersangkutan merasa tak dihargai dan yah ketidak harmonisan dengan pasangannya akan menjadi masalah.
Ketujuh, secara fisik, keluhan para pecandu pornografi adalah sakit pada pergelangan tangan,punggung, leher, dan kepala, akibat gerakan fisik saat dirinya menyaksikan video atau menggunakan alat saat berselancar menikmati konten porno di dunia maya.
Dan terakhir, ia bakal mudah sekali marah apabila hasratnya untuk menikmati suguhan pornografi tak tertuntaskan karena satu dan lain hal.
Apakah jika sudah menjadi pecandu pornografi bisa disembuhkan?
Mengutip laporan berbagai hasil penelitian, seperti yang dilansir artikel di situs Medical News Today, bertajuk "What To Know About Porn Addiction." Sebenarnya tak ada perawatan khusus yang bisa disarankan untuk mengatasi kecanduan pornografi.
Biasanya, mereka mencoba mengobati kecanduannya itu dengan menggunakan pintu lain, seperti misalnya dengan memakai konseling masalah hubungan suami istri, depresi, karena hingga titik tertentu kecanduan pornografi dapat menimbulkan depresi, atau masalah seksual lain.
Beberapa pengobatan terkait kecanduan pornografi dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, misalnya:
Psikoterapi, hal ini dilakukan untuk menolong pecandu porno agar memahami bahwa pornografi sama sekali tidak membantu dan berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan seks seseorang.
Konseling pernikahan, konseling yang harus dihadiri bersama pasangannya ini dapat menekankan pentingnya keberadaan nilai-nilai dalam sebuah hubungan rumah tangga dalam hal seks maupun komunikasi, dibandingkan mencari pelepasan lain lewat konten-konten pornografi.
Perubahan gaya hidup, disarankan agar menghabiskan lebih banyak waktu di dunia nyata dibandingkan berkutat di depan komputer atau gadget lainnya untuk menjelajah di dunia maya.
Selain itu, isu spiritualitas juga bisa menjadi jembatan penyembuh kecanduan pornografi, Â dalam hal ini kedekatan terhadap agama yang pastinya banyak mengulas tentang moral, dapat menjadi salah satu faktor utama lain, untuk mengurangi intensitas kontak pecandu dan pornografi.
Bagaimana pun, agama adalah penjaga moral boundaries, semacam garis demarkasi penting untuk membedakan benar dan salah bagi kita, khususnya masyarakat Indonesia yang dikenal relijius, agar tak menjadi budak pornografi.
Ingat kecanduan, apapun subjeknya selalu berawal dari iseng, kemudian intensitas terus meningkat hingga akhirnya jadi nyandu.
Segala yang berlebihan apalagi sudah pada tingkat nyandu pasti akibatnya bakal buruk, so pilihan ada ditangan anda.....
Jangan sampai terjebak dengan sesuatu yang mengikat begitu kuat, sehingga hasrat diri untuk "itu" sulit untuk lepas, seperti yang diungkapkan oleh Billie Eilish dalam lagunya berjudul "Lovely"
Thought I found a way
Thought I found a way out (found)
But you never go away (never go away)
So I guess I gotta stay now
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H