Hal tersebut linier dengan sebuah proses perjalanan demokrasi yang selalu mengalami proses demokrasi yang perkembangannya dinamis, dan cukup kompleks.
Meskipun esensi dari gagasan Demokrasi itu tetap sama yakni pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.
Apakah dengan demikian, penggunaan musik dangdut dibandingkan Jazz menggambarkan bahwa kampanye-kampanye yang lazim dilakukan selama ini bersifat artifisial atau sekedar gimmick tanpa memaparkan substansi dari program kerja para peserta pemilu.
Ya tidak juga, kita harus pahami kedua genre musik itu bisa dijadikan bagian dari sebuah proses demokrasi.
Mungkin proses kampanyenya lah yang harus dipertajam menjadi penyampaian substansi program kerja yang sebenarnya, bukan sekedar berlomba besar-besaran mengumpulkan massa dengan pancingan Dangdut yang terkesan seronok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H