Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Kampanye Pemilu, Mengapa Dangdut Bukan Jazz?

30 April 2023   11:08 Diperbarui: 30 April 2023   11:30 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan demikian, mengapa kampanye politik di Indonesia hampir selalu menyajikan suguhan tambahan dangdut, dan hampir tak pernah menyajikan musik jazz ya karena "relativitas budaya" dalam bermusik.

Apalagi jika kemudian diimbuhi oleh para penampilnya, dangdut hingga titik tertentu dianggap lebih memikat karena cenderung lebih bisa "seronok" dibandingkan penampilan para penampil musik Jazz yang lebih membosankan karena mendekati formal.

Padahal jika kita mau menggali esensinya, ideologi musik jazz itu sejalan dengan sebuah proses perkembangan demokrasi politik termasuk di dalamnya, pemilu dengan segala proses praksisnya seperti kampanye.

Dan Demokrasi sendiri  selalu menyisakan ruang pembicaraan tentang perdebatan, melanjutkan kekuasaan serta perubahan atau dekontruksi yang dilaksanakan dengan smooth.

Mengutip sejumlah sumber referensi yang saya dapatkan, jika mengacu pada sejarahnya, ideologi jazz itu bersifat pembebasan, liberalitas, demokratis, dan dekonstruktif terhadap kebekuan gaya-gaya permainan sebelumnya yang bisa disebut sebagai sifat kritis terhadap sebuah kondisi status quo.

Spirit dekontruksi musik jazz  tercermin dalam gambaran kronologis tentang perkembangan musik jazz seperti yang ditulis oleh Joachim Ernst Berendt dalam bukunya "The New Jazz Book".

Dalam bukunya tersebut Berendt, memaparkan perkembangan musik Jazz dibagi ke dalam 3 periode waktu, di mana masing-masing periode melahirkan gaya permainan jazz yang spesifik.

Pertama, Periode Jazz Tradisional mulai tahun 1890 hingga 1940 melahirkan gaya-gaya permainan Rag Time, New Orleans, Dixieland, New Orleans in Chicago, Kansas City, Chicago, dan Swing.

Kedua, Periode Jazz Modern (1940-1980)  yang memunculkan New Orleans and Dixieland Revival, Bebop, Cool Hardbop, Free, Mainstream, dan Fusion.

Ketiga, Periode Jazz Post-Modern (1980-sekarang) memproduksi gaya-gaya Neobop, Free Funk, Classicism, Neo-Classicism, No Wave dan World Music.

Ketiga periode tersebut mendekontruksi satu sama lain seraya terus memelihara benang merah esensi dari sebuah kebudayaan bermusik yang bernama Jazz.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun