Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Daftar 50 Orang Terkaya Indonesia, Antara Old Money dan New Money

10 Desember 2022   10:10 Diperbarui: 10 Desember 2022   14:36 6352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Majalah ekonomi Forbes edisi Desember 2022, Jumat (09/12/22) kemarin merilis daftar 50 orang terkaya di Indonesia.

Top 10 besar manusia terkaya di Indonesia versi majalah ekonomi franchise asal Amerika Serikat itu, masih dipimpin oleh kakak beradik Michael dan Budi Hartono pemilk usaha Grup Djarum dengan jumlah kekayaan sebesar US$47,7 milyar atau setara dengan Rp. 744,12 triliun.

Pundi-pundi kekayaan duo Hartono ini bertambah US$ 5,1 milyar dibandingkan tahun 2021 lalu. Penyumbang utama peningkatan kekayaan mereka adalah PT.Global Digital Niaga. Tbk, induk usaha BliBli, salah satu platform e-commerce papan atas Indonesia miliknya yang baru saja Go-Public.

Dalam penjualan saham perdananya (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI), BliBli berhasil meraup uang segar Rp 8 triliun.

Menyusul kemudian, ditempat kedua ada sosok pemilik Bayan Resources, perusahaan pertambangan batu bara nomor 4 terbesar di Indonesia Low Tuck Kwong.

Kekayaannya terbang hampir lima kali lipat menjadi US$ 12,1 milyar atau Rp. 188,6 trilium, seiring meroketnya harga batu bara akibat krisis energi yang melanda dunia.

Keluarga Widjaya pemilik Sinar Mas Grup menempati urutan ketiga orang terkaya di Indonesia.

Kekayaaannya meningkat US$ 1,1 milyar menjadi US$ 10,8 milyar atau Rp.168,4 triliun. Kertas masih menjadi andalan konglomerasi usaha dengan core bisnis pengolahan kertas dan property ini.

Diperingkat keempat manusia paling sugih se-Tanah Air, ada nama pemilk Indorama Grup yang memiliki bisnis inti industri tekstil terpadu, Sri Prakash Lohia.

Kekayaannya mencapai US$ 7,7 milyar atau Rp.120,12 triliun naik Rp. 23,4 triliun dari tahun sebelumnya.

Melengkapi lima  besar manusia terkaya di Indonesia, ada pemillik nama besar Salim Grup, Anthony Salim.

Untuk yang satu ini tak perlu banyak cerita lagi lah usaha apa yang digelutinya, Bogasari, mie instan, dan jajanan "semacam chiki-chikian" melalui Indofood CBP menjadi andalan bisnisnya.

Kekayaannya sebesar US$ 7,5 milyar atau Rp. 117 triliun, turun US$ 1 milyar dibandingkan tahun 2021 lalu.

Si anak singkong Chairul Tanjung melalui Trans dan Para Grup-nya menempati urutan keenam dengan kekayaan sebesar US$ 5,2 milyar.

Berturut-turut, ada Prayogo Pangestu Bos Barito Pacific Grup dengan kekayaan US$ 5,1 milyar. Pemilik Kalbe Grup Boenyamin Setiawan yang berharta US$ 4,8 milyar.

Pemilik Mayapada Grup, Datok Sri Tahir dengan harta sebanyak US$ 4,2 milyar.  Pemilik posisi akhir 10 besar ialah Djoko Susanto  founder jaringan minimarket Alfamart yang kekayaannya berjumlah US$ 4 1 milyar.

Di luar 10 besar ada nama-nama seperti Jerry Ng diperingkat 35, mantan profesional bankir yang kini menjadi pemilik Bank Jago, hartanya mencapai US$ 1,2 milyar.

Edwin Soerjadjaya dengan Saratoga Grup-nya, Garibaldi Thohir, Putera Sampoerna, Pemilik Gudang Garam, Susilo Wonowidjojo, pemilik jaringan Media Emtek Grup, Eddy Kusnadi Sariatmadja hingga bos MNC Grup Hary Tanoesoedibjo.

Dari 50 orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes tersebut, jika merujuk pada istilah"Old Money" atau "New Money." 

Tak ada yang benar-benar bisa dikategorikan secara tegas ke dalam kategori tersebut. Istilah Old Money dan New Money ini mungkin kurang banyak diketahui  publik. 

Old Money menurut Mirriam Webster Dictionary adalah orang atau keluarga yang sangat kaya sejak lama.

Atau dalam istilah lain kekayaan keluarganya saat ini berasal dari generasi-generasi sebelumnya yang diwariskan secara turun temurun.

Istilah old money itu sendiri merupakan kebalikan dari new money atau Nouveou Riche. Sederhananya dalam bahasa Indonesia old money adalah orang kaya lama dan new money nama lain untuk orang kaya baru.

Apabila ditinjau secara historis, sejumlah contoh orang atau keluarga kaya yang bisa disebut "old money"  adalah Keluarga Rockefeller, J Paul Gettys, atau Cornellius Vanderbilt di Amerika Serikat.

Di Eropa ada keluarga Agnelli dari Italia atau Keluarga Wendels dari Perancis. Mereka orang kaya lama yang hingga saat ini masih sangat kaya karena  berhasil mengelola kekayaannya sampai dengan beberapa generasi setelahnya.

Di deretan 50 orang terkaya di Indonesia, mungkin yang paling mendekati kategori old money adalah keluarga Sampoerna.

Michael Sampoerna yang kini memegang kendali Sampoerna Grup merupakan cicit atau generasi keempat dari pendiri pabrik rokok HM.Sampoerna, Liem Seeng Tee yang didirikan di awal tahun 1930-an.

Kemudian Seeng Tee mewariskan usahanya tersebut pada dua putranya Aga Sampoerna dan Adi Sampoerna.

Aga Sampoerna yang menjadi pemegang komando di perusahaan pasca Seeng Tee tiada, kemudian mewariskan kepada anak laki-lakinya Putera Sampoerna.

Meskipun kemudian seluruh kepemilikan Saham perusahaan rokok HM. Sampoerna di jual kepada salah satu perusahaan rokok terbesar di dunia Phillp Morris pada pertengahan tahun 2000-an.

Namun, keluarga Sampoerna masih sangat kaya mereka melakukan switching sektor usaha ke berbagai sektor mulai dari perkebunan, pertambangan hingga pendidikan.

Alhasil keluarga Sampoerna kekayaannya masih tetap berkibar bahkan tak pernah absen dari jajaran salah satu orang terkaya di Indonesia , meski sudah bawah generasi keempatnya, Michael Sampoerna.

Keluarga Hartono pemilik Djarum dan Keluarga Wonowidjoyo pemilik Gudang Garam mungkin bisa disebut juga sebagai golongan old money, meskipun mereka baru generasi kedua setelah kedua perusahaan rokok itu didirikan oleh orang tua mereka sebelum masa Kemerdekaan Indonesia.

Menurut sejumlah sumber, Indonesia memiliki orang-orang kaya sejak jaman baheula, seperti Abdul Gani Rajo Mangkuto, orang kaya se Pulau Sumatera, kemudian pioner rokok kretek Indonesia, Nitisemito di Kudus pada abad 19 akhir.

Sayangnya bisnis mereka meredup seiring pergantian generasi, sehingga membuat kekayaannya tergerus.

Apakah dengan demikian berarti orang kaya di Indonesia ini didominasi oleh orang kaya baru (new money)?

Apabila berkaca pada arti istilah new money adalah seseorang dengan kekayaan baru atau orang-orang yang bukan diwarisi kekayaan dari generasi lamanya, melainkan ia menciptakan kekayaan tersebut.

Ya sebagian besar 50 orang terkaya di Indonesia saat ini bisa disebutkan ke dalam golongan new money.

Contohnya, Chairul Tanjung, Hary Tanoesoedibjo, Jerry Ng. Mereka adalah generasi pertama dikeluarganya yang kaya raya.

Atau meskipun bisnisnya sudah dibangun cukup lama seperti Kalbe Grup atau Salim Grup sekalipun, faktanya mereka masih generasi pertama atau paling jauh, kedua.

Dengan fakta tersebut, belum bisa disebutkan ke dalam kelompok old money.Mereka menciptakan sendiri kekayaan mereka. 

Mungkin dalam skala global yang paling jelas dan fenomenal adalah para technology titan, seperti Bill Gates, Mark Zuckerberg, Elon Mask, atau Jeff Bezzos.

Terang dan jelas, mereka OKB generasi masa kini., yang menciptakan kekayaannya murni lewat hasil usahanya sendiri.

Menurut status sosialnya secara umum,  keluarga kaya baru berdiri dibawah para pemilik kekayaan lama.

Situs buzzerfeed.com, menyebutkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik diantara kedua kategori orang kaya tersebut.

Orang kaya lama lebih senang dan nyaman berbisik ketika membicarakan kekayaannya, sementara orang kaya baru lebih senang berteriak sekencang mungkin saat mereka membicarakan kekayaannya.

Namun demikian, meskipun dianggap kerap show off, generasi new money lebih banyak berderma dibandingkan old money yang lebih sibuk melipat gandakan kekayaannya dengan berinvestasi secara propered agar kekayaan keluarganya berkesinambungan turun temurun.

Dalam hal persepsi sosial pun, dua kategori orang kaya ini pun dipandang berbeda, old money itu dianggap lebih "ningrat" dan well educated.

Sedangkan keluarga new money, seringkali dianggap hidup seperti dongeng, orang susah menjadi kaya raya.

Terlepas dari hal tersebut, old money dan new money tetap saja tajir melintir, sepanjang bisa menggunakan kekayaannya untuk kebaikan unat manusia secara umum ya tak ada lagi yang harus dibeda-bedakan.

Tajir ya Tajir aja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun