Andai tingkat pendapatan masyarakat tak mengalami kenaikan sementara inflasi terus meningkat, pada akhirnya daya beli masyarakat akan tergerus alhasil konsumsi pun akan ikut terjun bebas.
Untuk itulah, agar ekspektasi pertumbuhan ekonomi  positif seperti yang diharapkan mampu terjaga, daya beli masyarakat harus di jaga betul.
Caranya dengan menaikan pendapatan atau dengan mengendalikan inflasi.
Mengendalikan Inflasi pada saat Ramadan bukan pekerjaan mudah, hampir sepanjang saya ingat Ramadan itu selalu berkorelasi dengan meningkatnya angka inflasi secara signifikan.
Hanya tahun 2020 saat Covid-19 tengah hot-hotnya, inflasi pada bulan Ramadan tahun itu sangat rendah mencapai, 0,07 persen.
Inflasi mungkin merupakan salah satu istilah ekonomi yang secara sadar dan langsung dampaknya dirasakan oleh masyarakat, karena inflasi maka harga barang-barang kebutuhan pokok, sekunder, maupun tersier meningkat.
Secara sederhana inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum mengalami kenaikan secara terus menerus dalam waktu yang panjang.
Jadi jika hanya satu dua saja jenis barang-barang yang harganya naik dan kenaikannya berlangsung sporadis dan pendek maka kondisi kenaikan barang itu tak bisa di sebut sebagai gejala inflasi.
Menurut sejumlah sumber referensi yang saya dapatkan, Â Inflasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bisa jadi spekulasi, dan ketidaklancaraan distribusi barang
Inflasi juga dapat terjadi  lantaran uang yang beredar lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Inflasi ini semacam bahaya perekonomian laten yang gejalanya susah untuk diatasi secara tuntas, karena ketika ekonomi sebuah negara tumbuh hampir dapat dipastikan inflasi pun meningkat.
Jadi upaya-upaya maksimal mengatasi inflasi hanya hingga pada tahap mengurangi atau mengendalikannya saja.