Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Cinta Segitiga antara Momen Ramadan, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Bersemi Kembali

19 April 2022   12:38 Diperbarui: 20 April 2022   16:55 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karena itu Pemerintah kerap menggantungkan asa positif pertumbuhan ekonomi nasional pada faktor musiman seperti Ramadan dan Lebaran ini.

Perekonomian Indonesia selama ini memang didominasi konsumsi masyarakat, menurut data Badan Pusat Statistik komponen belanja konsumsi rumah tangga masyarakat Indonesia sepanjang tahun 2021 mencapai Rp. 9.240 triliun.

Artinya, konsumsi masyarakat berkontribusi sebesar 54,42 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) yang mencapai Rp.16.970 triliun.

Jadi, masuk akal apabila pemerintah sangat berharap Ramadan dan Lebaran 2022 ini menjadi "booster" tren pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional, seperti diungkapkan oleh Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara.

"Kita lihat beberapa spending index masih kita lihat ada peningkatan ke depan. Kita akan mengahadapi bulan Ramadhan yang kecenderungannya adalah peningkatan konsumsi," katanya, seperti dilansir Dttc.co.id.

Lantaran berharap efek Ramadan dan Lebaran pula, Pemerintah dalam hal ini Kemententerian Keuangan memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2022 akan mencapai angka diatas 5,2 persen.

Tak hanya Pemerintah, yang berharap banyak pada momentum Ramadan kali ini, para pengusaha pun setali tiga uang harapannya, mereka berharap dengan status pandemi yang lebih terkendali bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi.

“Kalau kami dari pelaku usaha sangat berharap sebenarnya kalau bisa akhir bulan ini status itu diterapkan, tentu akan lebih baik. Kita ingin memanfaatkan momentum Ramadan dan lebaran ini untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi,” ujar Wakil Ketua Umum Kadin Sarman Simanjorang seperti dilansir Kontan.co.id. Beberapa waktu lalu.

Kendati demikian menggantungkan asa pertumbuhan ekonomi pada konsumsi rumah tangga harus diwaspadai mengingat konsumsi adalah faktor "dipengaruhi" atau dependent ketimbang "mempengaruhi" alias independent.

Pola konsumsi yang tiba-tiba naik tajam secara progresif memang bakal mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produksi di sektor industri makanan dan minuman, industri sandang, pertanian, dan perdagangan.

Namun harus diingat, sisi lain dari konsumsi masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor daya beli, yakni titik tengah antara tingkat pendapatan dan inflasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun