Bisnis bukan perkara sim salabim, lantas kemudian bisa langsung sukses, itu pertama harus diingat bagi mereka yang memiliki niat untuk berbisnis.
Kesuksesan dalam berbisnis apapun bentuk, jenis dan model bisnisnya selalu membutuhkan sebuah proses.Butuh perjuangan yang keras dan cerdas, keinginan untuk terus belajar, dan determinasi yang tinggi untuk mewujudkan kesuksesan suatu bisnis.
Jatuh bangun dalam berbisnis adalah hal yang biasa saja, mungkin hampir semua pebisnis pernah mengalaminya.
Perjalanan bisnis tak selamanya mulus, pasti akan ada saat kita melewati jalan yang bopeng-bopeng, bahkan mungkin ada juga yang sampai kejeblos dalam lubang yang dalam.
Intinya setiap bisnis itu selalu memiliki risiko untuk gagal apapun model, bentuk dan jenis bisnisnya.
Pun demikian dengan model bisnis Franchise atau Waralaba yang terkadang digambarkan sebagai model bisnis yang bisa memangkas sejumlah kendala dan risiko saat kita mulai berbisnis.
Secara umum kendala yang kerap dialami oleh mereka yang ingin mulai berbisnis adalah keterbatasan modal, sumber daya, ide bisnis dan juga strategi saat menjalankan bisnis tersebut.
Nah, menurut sejumlah sumber bacaan yang saya dapatkan model bisnis waralaba ini mampu memangkas kendala ini.
Apakah memang model bisnis Waralaba memiliki kemampuan seperti ini?
Perlu diketahui tak ada satupun model bisnis memiliki imunitas terhadap kegagalan, setiap model bisnis selalu ada kekurangan dan keuntungannya.
Jadi waralaba bisa sangat menguntungkan tetapi sangat mungkin juga menjadi buntung. Itu dulu yang harus diketahui agar tak terjadi over expected terhadap model bisnis waralaba ini.
Pengertian waralaba atau franchise menurut Asosiasi  Franchise Indonesia adalah suatu sistem pendistribusian barang dan jasa kepada pelanggan akhir dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau sebuah entitas untuk melaksanakan sistem dengan merek, nama, sistem prosedur, dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu dan meliputi area tertentu.
Dalam dunia waralaba, pihak pemilik "merek" biasanya disebut pewaralaba atau franchisor. Pewaralaba inilah yang memberi hak usaha serta sebagai produsen untuk menjalakannya.
Sementara pihak investor yang membeli hak merek dan usaha disebut Terwaralaba atau Franchisee.
Pihak terwaralaba untuk mendapatkan hak merek dan usaha tersebut harus membayar sejumlah biaya tertentu.Â
Pada umumnya biaya tersebut meliputi biaya royalti, management fee, biaya pengadaan peralatan pendukung usaha, biaya pengadaan bahan baku, dan berbagai biaya lainnya sesuai perjanjian diawal.
Selain sebagai keuntungan bagi pewaralaba, biaya-biaya tersebut juga untuk memenuhi standar produk yang dijual oleh terwaralaba sehingga nama merek tersebut bisa terjaga.
Lantas apa yang menjadi keuntunganya menjadi terwaralaba?
Pertama, mereka tak harus membangun manajemen bisnis dari awal lantaran biasanya pewaralaba telah memiliki manajemen yang berkelanjutan dan mature, pasarnya sudah terbentuk dan tentu saja memiliki reputasi strategi bisnis yang baik.
Kedua, dan ini yang sebenarnya menurut saya yang paling penting, merek yang mereka miliki sudah dikenal dan terekspose cukup luas di publik. Mengenalkan merek pada publik merupakan sebuah proses melelahkan nan panjang dan tak ada jaminan pula merek tersebut bisa terkenal seperti harapan.
Dibutuhkan strategi pemasaran yang tepat dan biaya tak sedikit untuk mengenalkan merek tersebut.
Nah dengan waralaba ini, tiba-tiba kita sudah memiliki hak untuk menjual produk menggunakan merek yang telah dikenal publik.
Ketiga, untuk hubungan dengan pihak ketiga yang mendukung produksi dengan waralaba kita praktis tinggal menggunakan alur yang telah terbangun oleh pewaralaba.
Keempat, sistem keuangan dan pemasaran sudah terbangun kokoh,jadi praktis terwaralaba tinggal menjalankan saja. Karena hal yang paling menyusahkan bagi para pemula bisnis adalah manajemen sistem keuangan.
Kelima, konon katanya akan lebih mudah untuk sukses lantaran faktor-faktor pendukung kesuksesan bisnis sudah tersedia dan terwaralaba tinggal menjalankan saja.
Namun harus diingat setiap ada kelebihan atau keuntungannya, pasti harus menghadapi kemungkinan kerugian dan memiliki kelemahanya.
Nah, untuk bisnis waralaba ini kelemahannya pun cukup banyak, bahkan bisa menimbulkan kerugian yang lebih besar dibandingkan memulai usaha tanpa menggunakan sistem waralaba.
Pertama, bisa jadi terwaralaba salah memilih jenis bisnis dan terjebak dalam tren pasar. Ingat perilaku konsumen itu terkadang perubahannya sangat cepat.
Hal inilah yang benar-benar harus dicermati oleh peminat bisnis waralaba, jangan sampai kita masuk ke bisnis waralaba tertentu yang ternyata tengah dalam masa penurunan tren alhasil hitung-hitungan diatas kertas menjadi macan kertas saja tak sesuai dengan kondisi dilapangan.
Kedua, modal yang harus dikeluarkan untuk memulai bisnis waralaba  biasanya lebih besar dibandingkan dengan memulai bisnis tanpa sistem bisnis tersebut.
Kenapa demikian, karena ada management fee dan royalti yang harus dibayarkan pada pewaralaba diluar capital expenditure dan operasional expenditure yang harus dikeluarkan.
Kemudian dalam hal pengadaan bahan baku yang berasal dari pihak pewaralaba biasanya harga yang mereka berikan lebih mahal dibandingkan jika kita membelinya dipasar.
Bahkan terkadang kualitas bahan baku yang dijual pewaralaba tak lebih baik dibandingkan dengan kualitas bahan dipasaran.
Ketiga, keuntungan yang akan kita peroleh pun akan berkurang lantaran ada kewajiban untuk membayar royalti dari sejumlah keuntungan yang kita dapatkan.
Kemudian ada juga berbagai biaya terutama untuk pelatihan dan dukungan bagi terwaralaba, pada saat pewaralaba melaunching produk baru.
Keempat, kita pun tak memiliki kebebasan buat mengembangkan inovasi untuk produk yang dijual karena biasanya secara rigid aturannya telah ditetapkan oleh pewaralaba seperti yang tertuang dalam kontrak perjanjian kerjasama diawal.
Jadi bagi mereka yang memiliki banyak ide dalam mengembangkan bisnisnya, waralaba bukan bisnis yang cocok buat mereka.
Kelima, reputasi bisnis waralaba memiliki interdefendensi yang sangat besar satu sama lain. Apabila waralaba yang lain melakukan sebuah blunder yang mengakibatkan rusaknya reputasi, maka hal ini akan berpengaruh terhadap waralaba yang kita kelola.
Dan terakhir harus diingat membangun bisnis waralaba itu tak seindah kabar cerita sukses di testimoni mereka yang berhasil  mendapatkan keuntungan besar dari model bisnis waralaba ini.
Di awal membangun usaha memang banyak kemudahan yang akan didapat  dari bisnis waralaba, tetapi untuk jangka panjang para pewaralaba lebih sering menemukan bahwa memulai bisnis secara mandiri jauh lebih menguntungkan.
Jadi pikir dulu pendapatan sebelum menjalin kerjasama untuk memulai bisnis waralaba, sesal kemudian kerugian sudah terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H