Ketiga, keuntungan yang akan kita peroleh pun akan berkurang lantaran ada kewajiban untuk membayar royalti dari sejumlah keuntungan yang kita dapatkan.
Kemudian ada juga berbagai biaya terutama untuk pelatihan dan dukungan bagi terwaralaba, pada saat pewaralaba melaunching produk baru.
Keempat, kita pun tak memiliki kebebasan buat mengembangkan inovasi untuk produk yang dijual karena biasanya secara rigid aturannya telah ditetapkan oleh pewaralaba seperti yang tertuang dalam kontrak perjanjian kerjasama diawal.
Jadi bagi mereka yang memiliki banyak ide dalam mengembangkan bisnisnya, waralaba bukan bisnis yang cocok buat mereka.
Kelima, reputasi bisnis waralaba memiliki interdefendensi yang sangat besar satu sama lain. Apabila waralaba yang lain melakukan sebuah blunder yang mengakibatkan rusaknya reputasi, maka hal ini akan berpengaruh terhadap waralaba yang kita kelola.
Dan terakhir harus diingat membangun bisnis waralaba itu tak seindah kabar cerita sukses di testimoni mereka yang berhasil mendapatkan keuntungan besar dari model bisnis waralaba ini.
Di awal membangun usaha memang banyak kemudahan yang akan didapat dari bisnis waralaba, tetapi untuk jangka panjang para pewaralaba lebih sering menemukan bahwa memulai bisnis secara mandiri jauh lebih menguntungkan.
Jadi pikir dulu pendapatan sebelum menjalin kerjasama untuk memulai bisnis waralaba, sesal kemudian kerugian sudah terjadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI