Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Intoleransi Sejak Dini Merupakan Ibu Kandung dari Terorisme di Kalangan Milenial

30 Maret 2021   09:24 Diperbarui: 30 Maret 2021   11:12 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehingga sejak usia cukup dini anak-anak itu sudah mulai dipapari virus intoleran. Makanya sebagian besar mereka yang sudah terpapar virus tersebut menjadi sulit menerima argumen rasional yang dipergunakan untuk menyadarkan mereka.

Lantaran  nalar dan rasionalitas itu tak selalu sejalan dengan pandangan teologi yang kadung menempel dalam pikiran mereka dan moralitas dalam kaca mata mereka.

Kondisi ini kemudian ditambah dengan pandangan politik yang sengaja dijual oleh para politisi dan ormas-ormas yang kerap menggunakan politik identitas sebagai bahan jualannya.

Contohnya tentang keharusan memilih pemimpin seagama, tinggal di satu kompleks yang sama, hingga berobat ke rumah sakit yang mencantumkan nama agama tertentu. Segregasi sosial sengaja diciptakan untuk memisahkan antara "kita" dengan "mereka."

Pemerintah memang bisa saja dan hingga titik tertentu sudah melakukan pelarangan terhadap ormas-ormas yang dikenal intoleran.

Namun selama ideologinya tetap eksis, maka ormas bisa bersalin rupa dan wajah apalagi jika hanya tinggal berganti nama saja, ya jualannya tetap sama meskipun merk dagangnya berbeda 

Maraknya intoleransi yang kemudian menjadi aksi-aksi terorisme seperti yang terjadi di Makasar kemarin adalah gejala pembajakan agama.

Para pelakunya selalu menisbahkan aksi mereka sebagai sebuah panggilan suci atas dasar agama yang mereka yakini.

Padahal, apa yang mereka pertontonkan bertolak belakang secara diametral dengan pesan otentik agama, yang mengajarkan kedamaian, cinta kasih dan toleransi. 

Masalahnya, siapapun bisa membajak agama demi keuntungannya sendiri atau 

seperti kata Shakespeare, 

 "bahkan setan pun bisa mengutip kitab suci untuk kepentingannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun