Untuk bisa melakukan hemodialisis biasanya ada kondisi minimal tubuh, artinya sebelum dilakukan hemodialisa darah pasien akan di periksa untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam tubuhnya.
Oh iya di awal, saat pertama kali proses hemodialisis dilakukan akan dipasang alat yang dinamakan cimino, untuk mencangkok arteri vena yang dilakukan dengan menyambungkan antara arteri dan vena dengan menambahkan selang sintetis fleksibel, agar memudahkan proses hemodialisis.
Proses hemodialisis ini sangat melelahkan, yang nganternya aja cape apalagi pasiennya. Itu juga yang dirasakan kami sekeluarga, kita bergiliran mengantar ayah jadwal siapa mengantar kapan ditempel di dinding rumah. Jadwal kami harus disesuaikan, apalagi bagi ayah ia benar-benar seperti tersiksa.
Tak lama memang ia menjalani proses hemodialisis, mungkin sekitar 6 bulan. Karena cape harus bolak balik rumah sakit, lantas kondisi yang tidak nyaman pasca hemodialisis serta keinginan sembuh dan beraktivitas kembali dengan normal, akhirnya ia dan kami sekeluarga memutuskan untuk melakukan transplantasi ginjal.
Kami melaksanakannya tak di luar negeri, tapi di Indonesia, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM) Kencana, setelah saya cari tahu, konon katanya untuk urusan transplantasi ginjal, RSCM Kencana merupakan salah satu yang terbaik di Asia Tenggara.
Proses persiapan melaksanakan transplantasi itu cukup panjang, berkaca pada pengalaman saya bisa sampai 6 bulan. Dan biayanya sangat besar.
Terdapat tiga tahapan dalam melaksanakan transplantasi ginjal. Pra-transplantasi, pelaksanaan transplantasi, dan yang terakhir pasca transplantasi.
Pra-Transplantasi
Saat itu saya bersama ayah mendatangi seorang Dokter bergelar Profesor dari FKM-UI bidang bedah Urologi Prof. DR. Endang namanya, sudah cukup senior. Untuk berkonsultasi dengannya agar dapat memastikan bahwa kondisi ayah saya memungkinkan untuk melakukan transplantasi, mengingat usianya saat itu sudah mencapai 65 tahun.
Setelah di periksa ternyata ayah kondisinya memungkinkan untuk dilakukan transplantasi. Dan kebetulan ada keponakan ayah yang bersedia untuk mendonorkan ginjalnya.
Maka mulailah rangkaian panjang proses pra-tranplantasi dilaksanakan. Setelah kembali memeriksa kondisi ayah, sang pendonor pun dicek kesehatannya, seperti medical check up.
Oh iya gol darah calon pendonor itu sama dengan ayah. Dari awal memang Dokter mensyaratkan calon pendonor harus bergolongan darah sama dengan penerima atau resepien agar bisa ditindak lanjuti, karena jika tak sama akan percuma katanya.