Untuk membiayai organisasi ini Pemerintah Korsel menyiapkan dana senilai 24 miliar Won, atau senilai Rp. 278,16 miliar untuk tahun 2020 ini.
Selain tentu saja ada banyak inisiatif lain yang dilakukan oleh pemerintah  Korsel selain 2 hal tersebut.
Tak heran film-film produksi sineas Korsel secara kuantitas moncer dan dengan kualitas yang sangat keren.Â
Contoh nyata nya ya film Parasite itu, secara kualitas film ini sudah sangat diakui, tak hanya Oscar yang ia raih penghargaan di beberapa major festival pun mereka rengkuh, seperti di BAFTA, Inggris. Golden Globe Award di ASÂ
Dan Cannes Film Festival di Perancis pun memilih Parasite sebagai film terbaiknya. Jumlah penonton film ini pun cukup menjanjikan. Sekitar 23, 7 juta penonton secara global.
Di Korsel saja film ini masuk dalam Boxoffice dan menembus 10 juta penonton. Di Indonesia film ini meraih sekitar 300 ribu penonton membuatnya menjadi film Korsel terlaris di Indonesia.
Semua pencapaian film-film Korsel itu tak lepas dari usaha-usaha para stakeholder film korea dalam menciptakan sebuah ekosistem  perfilman yang kondusif.
Sebagai tambahan informasi, industri kreatif di Korsel termasuk di dalamnya industri perfilman dan K-Pop-nya serta kuliner menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam perekonomian Korsel.
Bahkan salah satu grup K-Pop paling moncer BTS menyumbang US$ 4,65 miliar, senilai Rp 65 triliun terhadap Product Domestic Bruto (PDB) Korsel.
Berkaca pada elan positif  para pelaku film Korsel. Sehingga mampu melahirkan film-film berkualitas sekaligus laris secara komersial.
Lantas, bagaimana posisi perfilman Indonesia saat ini? Mari kita lihat mulai dari ujung tombak, etalase pemasaran film nasional, yakni Bioskop.