Metodelogi
Dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan sumber data sekunder atau data data yang diperoleh melalui buku, jurnal- jurnal dan website yang sekiranya mendukung dalam judul penelitian ini. Jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library research), yaitu: pertama, dengan mencatat semua temuan mengenai konsumsi secara umum pada setiap pembahasan penelitian yang didapatkan dalam literatur- literatur dan sumber- sumber, dan atau temuan terbaru mengenai gerakan hijab pada kalangan milenial yang merupakan kosntruksi sosial.Â
Setelah mencatat, kedua: memadukan segala temuan, baik teori atau temuan baru pada pokok pembahasan yang sam dengan topik yang dikaji. Ketiga, menganalisis  segala temuan dari berbagai bacaan, berkaitan dengan kekurangan tiap sumber, kelebihan atau hubunan masing- masing antara wacana yang dibahas didalamnya.
Untuk mendapatkan segala kebutuhan tersebut diatas, bisa dihasilkan melalui perpustakaan baik perpustakaan offline maupun online, jurnal- jurnal, buku- buku, dan jaringan internet dengan mengakses wacana dan informasi mengenai "Gerakan Hijab Sebagai New Social Movement dalam Membangun Konstruksi Sosial pada Kalangan Milenial".
Pembahasan
A. Gerakan Hijrah: Paradigma New Social Movement Generasi Muslim Milenial
Sejarah gerakan hijrah pada mulanya dianggap sebagai proses perpindahan Nabi Muhammad SAW bersama pengikutnya dari Mekah ke Madinah yang bertujuan untuk menyebarkan agama Allah SWT atau agama Islam. Banyak catatan penting dalam hijrah Nabi Muhammad SAW yang dapat dijadikan sebagai renungan dalam peristiwa penting perjalanan Islam.Â
Pertama, hijrah merupakan perjalanan batin, yang seyogyanya setiap manusia yang berhijrah memaknai hijrah dengan makna masing- masing atau sesuai dengan perjalanan batin yang kita alami. Hijrah juga diartikan sebagai perjalan rohanu, dalam meninggalkan keburukan demi kehidupan yang lebih baik, dimana setiap manusia dapat memaknainya secara berbeda sesuai dengan keadaan rohani yang di rasakan (E. Setiawan, 2017).
Kedua, hijrah merupakan pengalaman tentang pembebasan, baik secara historis maupun spriritual. Perbedaan pengalaman itu pula yang membuat manusia memiliki makna tersendiri pada hijrah.Â
Hijrah adalah proses perubahan ke arah yang lebih baik, hijrah pun tidak diartikan secara sempit melalui gaya penampilan seseorang, melainkan memiliki definisi yang sangat luas beragam dimana pemaknaan hijrah dapat berbeda- beda pada setiap manusia yang melaksanakannya, hal tersebut tergantung pada pengalaman, tujuan hidup, alasan, situasi, dan kondisi seseorang (Ramadhan, 2007).Â
Ketiga, niat dalam hijrah lebih luas dengan visi yang matang. Hijrah tentu tidak dilakukan secara fokus dan optimal, karena yang menjadikan niat seseorang berhijrah akan didapatkan oleh mereka yang hijrah. Sebagaimana dalam sebuah hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab al- Aiman wa an-Nudzur, Nabi mengatakan bahwa: