Mohon tunggu...
Money

Bisnis Tipu-tipu dan Kredibilitas Jepara

27 Oktober 2015   12:41 Diperbarui: 4 April 2017   18:28 1911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Seperti yang saya selalu katakan bahwa dalam bisnis, jatuh dan dijatuhkan itu biasa.

Yakinlah bahwa setiap kejatuhan itu adalah cara Tuhan memantulkan bisnis kita, hingga kita bisa meloncat lebih tingggi.

Namun kita harus bisa menarik pelajaran dalam setiap peristiwa agar kita terhindar dari jatuh di lubang yang sama.

Salah satu peristiwa yang terjadi dalam bisnis kami tahun lalu adalah penipuan yang dilakukan oleh suami istri yang tinggal di Jepara. Berikut ini kisah saya, semoga bisa menjadi pelajaran untuk sahabat semua.

 

AWAL PERTEMUAN

Saya bertemu dengan perempuan ini, bernama Lenny Maryati alias Lenny Nijman pada tahun 2013 lalu, saat itu saya diperkenalkan oleh sahabat saya dengannya, karena kami sama-sama peserta pameran furniture terbesar di Indonesia (IFFINA 2013).

Selanjutnya kami tinggal di hotel yang sama, sayapun diperkenalkan dengan suaminya bernama Harry Nijman (nama aslinya Jan Harm Nijman), warga negara Belanda. Mereka terlihat sangat baik dan ramah, terlebih lagi mereka selalu membicarakan tentang bisnis mereka yang berkembang pesat.

Sayapun percaya, bagaimana tidak, bisnis mereka yaitu Orchard Collection memiliki stand 40 meter persegi di Hall D (hall pilihan), stand ini ga murah apalagi dekorasi untuk stand di area ini rata-rata high profile.

Apalagi, disana saya bertemu sahabat kami yang lain, yang pada saat itu sedang dalam proses kerjasama dengan kedua suami istri ini. Bahkan kami sempat juga makan malam bersama.

Cair dunk pastinya, ketika hubungan bisnis telah sampai meja makan, maka tingkat kepercayaan satu sama lain menjadi lebih tinggi.

 

MEREKA MENGHUBUNGI KAMI KEMBALI

Setelah pameran, kami tidak lagi berhubungan, hingga suatu saat saya membantu sahabat saya membuat pesta ulang tahun putranya sekitar bulan november 2013 di Jepara. Pesta ulang tahun yang super duper meriah, mungkin pesta ulang tahun anak yang terakbar di Jepara.

Setelahnya Lenny Maryati menghubungi saya hampir setiap hari, meminta bantuan saya membuat gambar, katalog, dll. Sebagai sesama pebisnis, saya berprinsip bahwa saya tidak boleh menolak untuk membantu siapapun.

Suatu saat Lenny-pun mengatakan bahwa dia akan ke Bali, tetapi dia bingung karena anaknya mau berulang tahun, padahal dia ingin relax hanya berdua dengan suaminya.

Sayapun menawarkan bantuan, jika mau, anaknya boleh berulang tahun di rumah saya, karena rumah saya memiliki kebun yang cukup luas.

Diapun setuju, kemudian pada saat itu kamipun memperkenalkan suami kami.

Entahlah selama proses pesta berlangsung, suami saya dan suami lenny (harry Nijman) terus berbincang, kemungkinan masalah bisnis.

Kepiawaian Harry Nijman bercerita tentang kesuksesannya membuat suami saya terkesima.

 

TENTANG PROYEK DAN AWAL PENIPUAN

Hingga satu saat kami mendapat permintaan penawaran dari proyek hotel bintang 5 di area petitenget (Bali), penawaran yang diminta adalah untuk kamar dan area publik.

Setelah kami lihat, nilai proyeknya terlalu besar dan kami pasti akan kesulitan untuk menanggung biaya produksi sendiri, kamipun memutuskan untuk melakukan sub kontrak ke perusahaan-perusahaan besar dengan kapasitas produksi yang mencukupi.

Dalam proses kami meminta penawaran tersebut, tiba-tiba Harry Nijman datang ke rumah kami, dan mengatakan bahwa dia bersedia membantu prefinance project hotel tersebut. Ini terjadi pada akhir januari 2013.

Semula dia mengatakan hanya akan tinggal di rumah kami selama 3 hari, saat itu sayapun meminta copy paspor dan kitas-nya untuk bisa saya laporkan keberadaanya ke kepala lingkungan, namun dia tidak berikan.

Selanjutnya dia memutuskan untuk tinggal lebih lama di rumah kami, dia bilang akan membantu kami mendapatkan order lebih banyak, bahkan dia menyewa motor biar bisa lebih mobile di Bali.

Setiap kali saya tanyakan paspor dan kitasnya, dia selalu menghindar.

Belakangan saya tau bahwa paspor dan kitasnya ditahan oleh Imigrasi Pati, dikarenakan status dia adalah DPO kasus penipuan dan penggelapan yang dilaporkan di Polda Jateng.

Jadi sebenarnya dia ke rumah kami untuk bersembunyi dari pantauan Polda Jateng, ga tanggung-tanggung lho dia tinggal di rumah kami hingga 3,5 bulan sebelum akhirnya menipu kami dan meninggalkan rumah kami.

Selama dia tinggal di rumah kami, Lenny Maryati setiap hari menghubungi saya untuk menanyakan khabar suaminya, dia bahkan terus mendorong saya agar saya percaya dengan suaminya (Harry Nijman).

 

PROYEK PERTAMA, UANGNYA DIGELAPKAN

Akhirnya pada awal april, masuklah salah satu proyek cukup besar, namun dibagi beberapa termin. Ini adalah proyek leisure park, di area Pantai Pendawa.

Termin pertama adalah sofa sebanyak 70 pcs, begitu deal Harry Nijman merayu-rayu agar order diberikan ke dia.

Entah kenapa suami sayapun tergiur dan menuruti permintaan Harry, padahal sudah saya ingatkan bahwa setau saya pabrik Orchard Collection milik Harry dan Lenny Nijman hanya memproduksi furniture kayu, mereka tidak memproduksi sofa.

Hal ini dikarenakan saya pernah mengunjungi pabrik dan showroom mereka yang berlokasi di Jl. Raya Tahunan, Jepara.

Suami sayapun meyakinkan saya, bahwa energi yang biasanya saya gunakan untuk mengurusi order dan suplier bisa lebih ringan karena urusan produksi akan dihandle Harry Nijman bersama istrinya Lenny Nijman.

Sayapun akhirnya setuju.

Untuk order pertama ini kami diminta transfer ke rekening dengan nama PT. Home Living Property, awalnya saya merasa aneh, kayaknya perusahaan mereka namanya PT Orchard Collection dech.

Sayapun menelpon Lenny, menanyakan tentang kebenaran akun tersebut, dan Lenny pun mengatakan, bahwa akun tersebut memang benar milik mereka, dia bahkan meyakinkan bahwa dialah holder dari akun tersebut, dan dia pula yang bisa mengakses untuk mengambil uang di akun tersebut.

Dan akhirnya pada tanggal 11 April 2014, kami mentransfer DP dari order tersebut sebanyak 98 juta rupiah (50%). Seminggu setelahnya masih seperti biasa, tidak ada kejanggalan.

Minggu kedua setelah turun order, Harry keluar dari rumah kami dan kost di daerah kuta. Setelahnya Harry dan Lenny sangat sulit dihubungi perihal order kami.

Pada minggu ketiga, suami saya sudah harus melakukan QC awal, diapun menghubungi Harry dan Lenny untuk melakukan pengecekan.

Saat itu saya baru tahu, bahwa barang ternyata diproduksi di Cirebon.

Suami sayapun kemudian ke Cirebon, untuk melakukan QC, namun sungguh kaget kami dibuatnya, karena disana tidak ada barang orderan kami. material untuk produksi-pun tidak ada sama sekali.

Ketika kami tanya, supliernya menjawab, bahwa Harry dan Lenny tidak memberikan order ke mereka dan tidak ada DP juga yang dibayarkan ke mereka.

Seketika suami saya menelpon Harry namun tidak di jawab, dan ketika suami saya menelpon Lenny, dia mengatakan akan membantu mengecek keberadaan uang DP-nya, karena dia mengaku tidak tahu menahu soal order ini.

Saat itu saya sudah agak marah, karena toh Lenny sendiri yang waktu itu mengaku sebagai holder rekening atas nama PT. Home Living Property, dan dia sendiri yang menyuruh kami mentransfer ke rekening tersebut, sungguh aneh jika dia tidak tahu.

Akhirnya setelah beberapa waktu Lenny-pun menyampaikan bahwa uangnya sudah tidak ada di rekeningnya, dia menyatakan bahwa Harry telah mengambil semua uangnya.

Jujur, saat itu kami desperate (putus asa), apa yang harus kami lakukan, padahal 2 minggu setelahnya kami harus melakukan pengiriman pertama.

Saat itu kami belum memikirkan untuk membawa masalah penipuan dan penggelapan ini ke ranah hukum.

 

SELALU ADA JALAN

Setelah suami saya pulang, kamipun berdiskusi bagaimana solusi untuk mempertahankan kredibilitas perusahaan kami.

Terus terang klien kami ini adalah repeater klien yang selalu memberi order kepada kami untuk setiap project beliau.

Akhirnya kamipun memutuskan untuk jujur menyampaikan apa yang terjadi kepada klien kami.

Sungguh diluar dugaan, klien kami tersebut menawarkan bantuan dengan membayar 35% lagi dari total order, dan bahkan menurunkan order termin ke2.

Alhamdullilah, kami sungguh bersyukur pada saat itu, karena bantuan klien kami tersebut bisa menutup kerugian kami atas penipuan yang dilakukan Harry dan Lenny.

Setelahnya kamipun bekerja keras untuk menyelesaikan order beliau secepatnya, dan Alhamdullilah tidak mengecewakan, waktu delay yang diakibatkan oleh Harry dan Lenny masih bisa diterima oleh klien.

Setelah order tersebut selesai, barulah kami melaporkan kasus tersebut ke Polisi.

 

DRAMA HARRY & LENNY

Saat itu Harry sudah menghilang entah kemana dan Lenny play victim.

Juga saat Saya dan Suami mengunjunginya di Showroom Orchard Collection di Jepara, Lenny menangis dan mengatakan bahwa dia tidak punya uang sama sekali, bahkan untuk membeli susu Brian (anaknya) pun tidak ada.

Kamipun trenyuh, dan terus terang saat itu kami juga berfikir Lenny adalah victim dari Harry juga.

Meskipun saat itu kami juga telah mendengar dari beberapa sahabat di jepara, bahwa mereka juga korban penipuan Harry dan Lenny. Tapi entahlah, begitu pintarnya mereka memainkan peran mereka, sehingga semua tertipu.

 

GERAK UNDERGROUND

Tanpa mereka ketahui, kami terus bergerak underground mengikiti jejak Harry & Lenny.

Setiap gerak-gerik mereka saya terus pantau, hingga akhirnya kami dipertemukan dan dihubungkan dengan korban-korban mereka dari Belanda, Qatar, Malaysia, Checkoslovakia, India, dan banyak juga orang Indonesia. Tidak sedikit juga rekan-rekan pengusaha dari Jepara dan Bali yang telah menjadi korbannya. (modus-modusnya akan saya tulis dalam artikel berikutnya)

Hingga akhirnya pada tanggal 24 Agustus 2015 lalu, Suami saya berhasil menangkap Harry, seperti yang saya tulis pada artikel ini https://ferdiasbookelmann.wordpress.com/2015/08/26/my-hubby-is-my-hero/.

Setelah penangkapan tersebut, Lenny sama sekali tidak bisa dihubungi, bahkan surat panggilan sebagai saksi dari polisi-pun tidak digubris.

Dalam kesaksian awal, Harry terus saja melindungi Lenny, mungkin maksudnya biar dia sendiri yang dihukum agar anak mereka Brian tidak terlantar jika kedua orang tuanya harus mendekam di hotel prodeo.

Sangat manusiawi dan sangat dimengerti, apalagi kasus yang menjerat hari bertubi-tubi dan berlapis-lapis. Satu persatu menunggu giliran untuk diproses. Dari beberapa kasus penipuan dan penggelapan, hingga kasus pemalsuan paspor yang penuntutannya dilakukan oleh Konsulat Belanda di Bali.

Setelah 2 minggu berada pada tahanan Polres Badung, Harry akhirnya mulai mengungkap keterlibatan Lenny baik di depan kami, di depan pengacaranya dan Polisi. (Kamipun memiliki rekaman pengakuan Harry tersebut)

Kalo awalnya dia hanya memberikan pengakuan sepintas lalu, kini dia memberikan pengakuan terbuka tentang keterlibatan Lenny dalam setiap kasus penipuan.

Jadi intinya menurut Harry, Lenny selalu mengetahui apa yang dia lakukan karena mereka berkomunikasi intensif setiap hari.

Setiap kali Harry mengeksekusi korbannya, sebagian besar uang hasil penipuan mereka akan dibelikan property oleh Lenny, namun properti tersebut diatas namakan Orang tua dan saudara-saudara Lenny ........ hehehe ...... pinter juga ya.

Tapi ya sepandai-pandainya orang menipu, akhirnya akan jatuh juga.

 

HABIS MANIS SEPAH DIBUANG

Jadi nasib Harry akhirnya seperti tebu, habis manis sepah dibuang. Sejak penangkapan Harry, 2 bulan yang lalu, tak sekalipun Lenny menyuruh orang menengok Harry. Hingga selama 2 bulan lebih Harry tidak pernah berganti pakaian.

Berbeda dengan saat Harry ditangkap di Qatar, Lenny datang kesana menangis dan memohon Harry untuk dilepaskan. Lenny memohon kepada istri dari orang yang mereka tipu yaitu Letty Douty, dengan jaminan mereka akan membayar setiap sen yang mereka gelapkan dari suami Letty Douty. Begitu dilepaskan ya begitulah.

Tentunya situasi saat itu mungkin lebih menguntungkan Lenny, dibanding situasi saat ini. Dulu mereka masih punya harapan untuk bisa melancarkan aksinya di tempat lain.

Dan memang, setelah Qatar, banyak lagi korban-korban selanjutnya.

Saat ini ga mungkinlah mereka bisa melancarkan aksi di tempat lain, setidaknya untuk beberapa tahun kedepan. Deretan kasus sudah menunggu Harry.

Dan Lenny sepertinya saat ini mencoba untuk melakukan aksinya sendiri, setidaknya saya sudah mendapat laporan dari beberapa sahabat yang tiba-tiba dicontact oleh Lenny untuk diajak berbisnis dan bekerja sama.

Uniknya beberapa juga rekan bisnis saya, mereka menanyakan perihal kasus saya dan sayapun berjanji untuk menuliskan kasus yang menimpa saya agar tidak ada lagi korban-korban berikutnya.

 

BISNIS TIPU-TIPU DAN KREDIBILITAS JEPARA

Jepara adalah pusat mebel yang tersohor di Dunia, namun dalam beberapa tahun terakhir ini terdengar banyak khabar miring mengenai berbagai "Bisnis Tipu-Tipu" di Jepara. Kondisi ini sudah cukup memprihatinkan, apalagi setiap kali saya ceritakan pengalaman saya, beberapa orang pasti berekspresi "Jepara ya, O.... Pantesan". Selanjutnya beberapa orang tersebut juga menceritakan penipuan yang dilakukan oleh orang lain yang mengaku pebisnis jepara.

Dari mulai kontainer kosong yang dikirim, order yang tidak pernah dikerjakan, klien yang dipaksa menerima produk di bawah standard, dan berbagai penipuan lain.

Jujur saya sedih, karena saya punya banyak sahabat di Jepara yang berbisnis dengan benar, berbisnis dengan amanah, hingga kinipun kami masih berbisnis di Jepara dan Alhamdullilah kami mendapat partner yang memiliki kredibilitas dan integritas tinggi.

Dan yakinlah bahwa jauh lebih banyak pengusaha mebel di jepara yang berintegritas tinggi di banding yang melakukan bisnis tipu-tipu, namun seperti nila setitik dalam susu sebelanga, hal buruk akan berdampak lebih cetaar dibanding hal-hal baik.

Saya juga mengenal banyak sahabat yang berada pada jajaran kepengurusan organisasi-organisasi Mebel di Jepara. Namun kelihatannya belum ada upaya untuk mencegah praktek penipuan di dunia mebel.

Padahal praktek bisnis tipu-tipu ini merugikan kredibilitas Jepara sebagai pusat Mebel Dunia.

Saya berharap organisasi mebel bisa lebih selektif terhadap member mereka, dan kedepan saya berharap organisasi mebel bisa memberikan sertivikasi atau semacam verifikasi kredibilitas terhadap anggotanya, sehingga buyer tidak lagi memiliki keraguan untuk menjalin kerjasama.

Yah intinya sich customer protection begitu.

Verifikasi ini terutama diperlukan oleh perusahaan yang berskala kecil dan menengah, juga perusahaan-perusahaan yang belum memiliki buyer tetap.

Semoga tulisan saya ini bisa menggugah kesadaran para pengusaha jepara untuk bersatu membersihkan nama Jepara dan menjadikan Jepara sebagai Pusat Mebel Dunia yang Kredible.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun