Mohon tunggu...
ferash 15
ferash 15 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Berkemah di Salah Satu Pulau Bagian Utara Indonesia

28 Juni 2018   22:23 Diperbarui: 29 Juni 2018   12:57 2209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak wisatawan yang berduyun-duyun datang ke Bali, dengan harga berapapun mereka sanggup asal bisa mendapatkan kepuasan berwisata, hal ini adalah wajar karena kebanyakan wisatawan lebih memilih yang pasti-pasti saja. Cukup membayar mahal asal yang di dapat pun mewah.

Namun apakah pembaca pernah mendengar Kabupaten Kepulauan Anambas, salah satu kabupaten terluar di utara Indonesia?

Keindahan alam Kabupaten Kepulauan Anambas pernah dinobatkan oleh CNN sebagai pulau tropis terindah se-Asia tenggara.

Keindahan alam bahari dan pesisir yang menawan dan berbagai macam jenis biota laut ada di sini, pantai-pantai perawan yang benar-benar masih belum terjamah seakan memanggil untuk kita kunjungi.

Bulan Juni tahun 2017, menjadi tahun bahagia saya bersama kawan-kawan perantauan, sibuknya kota Jakarta kami lupakan sejenak dan memutuskan untuk menjelajah Pulau Telaga di Kabupaten Kepulauan Anambas, perjalanan kala itu di sponsori oleh Bapak, atau Atok saya memanggilnya Atok Johannes Karundeng, mulai dari transportasi hingga makan semua Ia tanggung. Walaupun beliau bukanlah penduduk asli setempat, namun keinginannya untuk mengenal pulau-pulau di Anambas sangat tinggi.

Bermula di akhir lebaran tahun 2017, setelah mengemas perlengkapan yang diperlukan, tepat pukul 7 pagi berjalan menuju pelabuhan desa Matak, Kecamatan Palmatak.

Menunggu kawan-kawan yang masih dalam perjalanan, kami sempatkan untuk berbincang singkat dengan kawan yang baru saya kenal.

Setelah anggota semua lengkap termasuk tim sponsor, kami pun mulau bertolak dari pelabuhan desa Matak pada pukul 9 menggunakan kapal kayu yang sekiranya cukup untuk menggangkut 50 orang. 

Selama perjalanan menuju pulau yang di tuju, di awali dengan berfoto bersama seluruh anggota. Lanjut kami berbincang sembari menikmati kopi hangat menjelang sejuk yang sedari rumah kami siapkan. Beberapa ada yang memilih tidur dan beberapa menyibukkan diri dengan mengambil foto pemandangan laut yang tiada kata sanggup mewakili.

dokpri
dokpri
Mesin kapal perlahan pelan menandakan bahwa kapal sudah memasuki pulau tujuan, keindahan bentang alam yang sungguh menyilaukan mata dan membuat lisan tak henti mengucap syukur atas nikmat yang Allah titipkan.

Tak lama menjelang kapal bersandar di pelabuhan desa Telaga Kecil, dilanjutkan dengan bongkar muat peralatan yang kemudian kami berjalan sekitar 200 meter menuju rumah salah satu saudara di pulau Telaga, Aki Sam kami memanggilnya.

Sesampainya di rumah Aki Sam, kami disuguhkan makanan yang sungguh menggugah selera, kenyang, alhamdulillah, sebab kami dipersilahkan untuk menambah jika masih belum kenyang.

dokpri
dokpri
Azan Zuhur berkumandang, beberapa yang muslim perlahan menuju musala setempat untuk melaksanakan salat zuhur berjamaah, dengan air yang cukup sulit untuk di dapat di desa Telaga Kecil ini membuat kami lebih menghemat air untuk berwudhu.

Setelah melaksanakan salat zuhur kami kembali ke rumah Aki Sam untuk mempersiapkan diri dan barang bawaan, lengkap barang dan anggota mengantarkan kami pada tepat waktu untuk menaiki kapal yang sama menuju Pulau Telaga Besar untuk mencari spot pantai yang diinginkan. 

Setelah diputuskan, kami memilih untuk berkemah di Pantai Kian Lume. Pantai indah dengan pasir putih menjurus ke air biru kehijauan memang pantas untuk dikatakan sebagai surga tersembunyi di Kabupaten Kepulauan Anambas, bersandarlah kapal kami di pelabuhan kecilnya kemudian merayu untuk kami nikmati sejenak angin yeng berhembus perlahan menenangkan.

Jelas pula kami terpaku dengan airnya yang bening seolah memperlihatkan keindahan terumbu karang diselimuti lumut.

dokpri
dokpri
Bersantai sejenak sambil berteduh di bawah rindangnya pohon kelapa, kami sempatkan berkumpul dan saling memperkenalkan nama dan asal demi mempererat silahturahmi. Tak lupa memanjatkan doa kepada Tuhan memohon perlindungan dan kelancaran aktivitas selama berkemah di Pantai Kian Lume.

Khusyunya doa dilanjutkan mendirikan kemah. Mencari spot yang terlindungan matahari siang itu yang ternyata saat sore semuanya teduh sebab mentari perlahan bersembunyi diufuk barat.

Beberapa kawan menyibukkan diri dengan menikmati hangatnya air laut dan berselimut pasir putih nan halus, beberapa mencari ikan-ikan kecil dan kerang untuk dijadikan menu makan sore, tentunya dengan cara di bakar, beberapa mencari spot berfoto dan ber selfie ria.

Pukul 5 sore, waktu itu matahari semakin tergelincir, membuat warna langit yang jingga kehitaman semakin menambah kekaguman kami akan cipataan Tuhan.

Satu-satunya rumah warga yang ada di pantai Kian Lume menjadi objek foto kami yang berlatar belakang siluet pulau Telaga Kecil.

dokpri
dokpri
Malam pun menjelang, kami kembali ke Pulau Telaga Kecil untuk mandi dan menikmati santap malam di rumah Aki Sam.

Cita rasa ikan bakar dan ikan goreng khas Kabupaten Kepulauan Anambas membuat lidah berdendang kenikmatan.

Setelah membilas badan kami kembali ke pantai Kian Lume, kali ini kami kembali kesana menggunakan kapal kayu berukuran lebih kecil karena air laut surut saat malam sehingga kapal kayu besar tadi tidak bisa menempuh air dangkal. Selama perjalanan singkat menuju pantai Kian Lume, kami kembali dibuat kagum oleh bintang-bintang yang bertaburan di langit Pulau Telaga, tanpa awan hanya ada langit cerah berbintang yang menemani perjalanan.

Setiba di pelabuhan kecil pantai Kian Lume, sejenak kami merebahkan diri menikmati pemandangan malam yang sungguh, indah tiada dapat diungkap kata. Atok Johannes Karundeng mengajak kami untuk mengambil gambar bintang-bintang yang membentuk galaksi atau dengan kata lain, milky way. Berlatar pepohonan kelapa seakan foto pun memperlihatkan keindahan alam pantai Kian Lume walau dalam keadaan gelap malam.

dokpri
dokpri
Berlantai pasir beratapkan langit berbintang yang gemerlap, kami nikmati malam itu dengan berbagai macam aktivitas, seperti bermain musik, menyalakan api unggun, berbaring santai di lembutnya pasir pantai, menikmati secangkir kopi panas yang menambah suasana tenang, sangat tenang, seolah hiruk pikuk kota rantauan lepas bebas bersama dengan nafas yang berhembus. Mata tak sanggup untuk terus terbuka, akhirnya kami terlelap di bawah langit yang gemerlap.

img-7475-jpg-5b34fad4dd0fa8029b6fbe12.jpg
img-7475-jpg-5b34fad4dd0fa8029b6fbe12.jpg
Pagi masih dini, matahari perlahan naik ke peraduan, terik sinarnya kembali memperlihatkan silaunya laut dan pasir putih dengan ombak-ombak kecil yang seakan menyapu jejak tapak yang saya buat saat melangkahkan kaki. Sesaat setelah sarapan, saya di ajak untuk bergabung dalam permainan yang membentuk kekompakan dalam tim, sesekali kami bermain di air yang sebatas dada otang dewasa membentuk menara, tujuannya agar ketika kawan yang paling kurus tak mampu untuk berdiri tegap di atas maka saat jatuh pun di air.

fb-img-1530245172411-5b35b281caf7db6049192e92.jpg
fb-img-1530245172411-5b35b281caf7db6049192e92.jpg
fb-img-1530245721712-5b35b0b4dd0fa80924521382.jpg
fb-img-1530245721712-5b35b0b4dd0fa80924521382.jpg
Setelah permainan berakhir, saya dan beberapa kawan lain menyusuri semak yang berujung di kebun warga yang tinggal di Pantai Kian Lume untuk meminta sedikit air dari sumurnya yang akan kami gunakan untuk membilas badan. Segar rasanya membasuh badan dengan dinginnya air tawar lagi segar yang kami dapat dari warga itu.

Setelah selesai membilas diri, kami kembali ke tenda untuk mengemas perlengkapan dan mempersiap kan diri selagi kapal yang kami tumpangi siap untuk menjemput.

Satu jam sudah kami berkemas, kapalpun bersandar di pelabuhan kecil pantai Kian Lume. Setelah semuanya lengkap, barang dan anggota, kami kembali berkumpul untuk berdo'a syukur atas perlindungan Allah selama kami berada disini.

Pukul 10 pagi kami bertolak dari pelabuhan Telaga Kecil, perlahan Pulau Telaga kecil luput dari pandangan kami dan berharap semoga Allah memberikan kami kesempatan untuk kembali berkunjung kesana, bersama dengan keindahan alam Kabupaten Kepulauan Anambas, harapan untuk masa depan yang cerah kami dambakan.

kompas2-5b34fce9cf01b47c2b3a2f72.jpg
kompas2-5b34fce9cf01b47c2b3a2f72.jpg
Untuk wisatawan yang berasal dari Pulau Jawa bisa menggunakan pesawat udara melalui Bandara Soekarno Hatta, Jakarta menuju Bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang yang kemudian dilanjutkan dengan beberapa pilihan transportasi seperti pesawat udara, kapal PELNI dan kapal feri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun